Minggu, 9 April 2023. Dengan jelas aku mengingatnya, itu kejadian yang konyol bagiku di tengah kekalutan hati. Malam hari sekitar pukul 9 malam aku mengirim pesan pada Dia dan memintanya untuk mencarikan seseorang yang bisa menjemputku di malam itu. Hampir satu jam lebih aku bertukar pesan dengannya. Aku berboncengan dengan teman yang baru ku kenal seminggu dari line 1. Dengan bodohnya aku percaya dan mau pergi dengannya, tanpa bertanya detail kegiatan dan kepentingan apa untuk pergi dengannya itu. Aku hanya diminta untuk menemaninya ke suatu tempat dan tanpa curiga sedikit pun, aku mau menemaninya.
Aku menceritakan kronologi cerita secara ringkas pada Dia, hanya Dia yang ketika itu terlintas untuk ku hubungi. Aku memaksa teman yang memboncengiku itu untuk berhenti di salah satu SPBU yang kami lewati, perjalanan masih jauh dan aku mengancam akan kencing di atas motor jika ia tak berhenti di SPBU atau apalah itu untuk kencing. Alasan klasik, tapi itu berhasil. Aku jadi punya tempat longgar tanpa di awasi walau sejenak untuk menghubungi orang rumah dan menceritakan lebih detail pada Dia via voice note. Dia sepertinya marah, ketika itu hampir jam 11 dan aku mengiriminya lokasi di mana aku berada saat itu.
'Gila, kamu ngapain sampai situ jam segini.' Begitu ia mengataiku.
'Makanya jemput aku, aku takut ga tau jalan pulang.'
'Kalau sekarang aku ga bisa.'
'Kalau ga ada yang jemput, kemungkinan besok Senin aku ga kerja lah. Mungkin aku juga ga kerja di situ lagi'
'Pakai grab kan ada, kenapa ga dari tadi sore. Kalau maghrib tadi masih sempat, sekarang aku capek barusan beli baju buat lebaran.'
'Terima kasih, sudah menemani selama perjalanan jauh ini. Kamu cukup membuatku tenang.' Dia memang menjadi pengalih suasana dalam situasi genting itu.
Aku ingin pulang, tapi malam itu aku dipaksa untuk menginap di kosan temannya. Aku tak memiliki solusi lain ketika itu selain meminta bantuan dari Dia. Aku egois, aku terlalu merepotkan banyak orang ketika itu. Paman dan ibuku yang akhirnya menjemputku ketika jam menginjak tengah malam. Aku bahkan tidak diperbolehkan untuk kembali bekerja. Tapi, oh ayolah. Aku tak akan mengulangi hal yang sama lagi, aku akan membuat jalan keluar yang lebih praktis. Nyatanya selama 1 minggu di rumah tanpa bekerja aku sangat bosan.
Senin, 17 April 2023. Pada akhirnya aku diizinkan untuk kembali bekerja setelah permintaan izin yang agak merepotkan pada ibu dan nenekku. Hampir semua teman satu timku menanyakan apa yang terjadi 1 minggu lalu hingga aku tak berangkat kerja. Lalu dia berkata," Alis kok berangkat lagi toh."
"Ya kenapa? Emang ga boleh." Begitu jawabku.