Mohon tunggu...
Nisrina Rizki Amalia
Nisrina Rizki Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Nisrina Rizki Amalia. Saya berasal dari kota Wonosobo Jawa Tengah. Saya suka dengan konten yang berbau dengan science dimana disitu saya dapat belajar mengenai science.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Ekonomi Nelayan Tradisional yang Terbelenggu Kemiskinan di Kebumen, Jawa Tengah

6 April 2024   22:04 Diperbarui: 6 April 2024   22:07 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Grafik Data BPS Penduduk Miskin Kab. Kebumen (Sumber : BPS Kabupaten Kebumen)

          Oleh: Nisrina Rizki Amalia FPIK Universitas Jenderal Soedirman

            Destinasi wisata bahari yang berada di wilayah Kebumen menawarkan keindahan alam yang memukau bagi para wisatawan asing maupun lokal. Garis pantai di sepanjang pesisir utara dan selatan Kebumen menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pantai – pantai di pesisir utara memiliki karakteristik pasir hitam dan ombak yang rendah, sementara pantai – pantai di pesisir selatan terkenal dengan pasir yang putih halus dan ombak yang tinggi. Keunikan geografis ini menjadi daya tarik utama bagi pengunjung yang ingin menikmati pesona alam di Kabupaten Kebumen. Namun, meskipun memiliki potensial yang bagus, daerah pesisir di Kabupaten Kebumen juga menghadapi kendala serius. Masalah yang signifikan dalam masyarakat wilayah pesisir adalah kemiskinan struktural. Sebagai kelompok manusia yang memiliki tingkat keterkaitan langsung kaitannya dengan laut, nelayan kecil sangat dipengaruhi oleh fenomena ini. Oleh karena itu, penyelesaiannya menjadi salah satu prioritas pembangunan dan pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Kebumen.

Gambar 1. Grafik Data BPS Penduduk Miskin Kab. Kebumen (Sumber : BPS Kabupaten Kebumen)
Gambar 1. Grafik Data BPS Penduduk Miskin Kab. Kebumen (Sumber : BPS Kabupaten Kebumen)
 

           Kabupaten Kebumen, merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah ini masih terbelenggu kemiskinan. Dapat di lihat dari data grafik kemiskinan Kabupaten Kebumen Menurut data BPS kemiskinan Kabupaten Kebumen menurun 3 tahun terakhir, pada tahun 2023 jumlah kemiskinan penduduk kebumen yaitu 451.678 ribu jiwa atau 16,34%. Walaupun angka kemiskinan ini kian menurun setiap tahunnya tetapi masih terdapat kelompok masyarakat miskin yang terbelenggu kemiskinan. Kabupaten Kebumen memiliki kekayaan akan sumber daya alam hayati laut, potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik karena tingkat kesejahteraan yang rendah di kalangan nelayan miskin dan nelayan tradisional.

Gambar 2. Ilustrasi Nelayan mencari ikan di Pantai (Sumber : Lintas Kebumen. Word.press)
Gambar 2. Ilustrasi Nelayan mencari ikan di Pantai (Sumber : Lintas Kebumen. Word.press)

A. Tantangan di Musim Paceklik

          Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat pesisir adalah adanya musim paceklik. Musim paceklik merupakan salah satu masalah terbesar bagi para nelayan dimana musim paceklik ini ialah musim yang terjadi selama 6 bulan yaitu periode Oktober hingga Maret sehingga nelayan tidak bisa melakukan aktivitas melaut. Hal ini berdampak bagi nelayan tradisional dan mereka yang hidup dalam kemiskinan. Buruh nelayan akan kesusahan untuk mendapatkan ikan karena hal ini salah satu sumber mata pencaharian mereka. Menurut data TPI, sekitar 300 perahu hanya 40 hingga 50 kapal yang melaut pada musim paceklik nelayan hanya mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 1 – 2 kg saja yang dimana hal ini belum bisa menutup perekonomian mereka. Hal ini berdampak pada perolehan TPI yaitu yang biasanya mendapatkan penghasilan sebesar 300 juta bila sedang menurun tidak sampai 200 juta.

B. Tantangan Kurangnya Akses Pendidikan

           Tantangan lain yang dihadapi oleh masyarakat tradisional yaitu kurangnya akses pendidikan yang berkelanjutan. Dimana Pendidikan ini penting bagi keberlanjutan nelayan. Disisi lain pendidikan mengajarkan berbagai hal baru seperti pengalaman pada saat penggunaan alat – alat modern ataupun pengalaman pada saat sedang melaut. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan membawa pengaruh pada keadaan keluarga yang semakin sejahtera karena adanya hubungan timbal balik dari pekerjaan yang mapan dengan kualitas pekerja yang baik dan pendapatan yang diperoleh. Rendahnya pendidikan akan membawa nelayan tertinggal jauh dalam mengadopsi teknologi baru. Kemampuan dalam menguasai teknologi inilah yang dapat berefek pada produktivitas nelayan dan pendapatan mereka. Dimana teknologi terbarukan ini bisa saja terbuat dari bahan yang ramah lingkungan yang tidak merusak sumberdaya laut ataupun stok ikan yang ada. Hal ini sangat penting bagi keberlanjutan nelayan tradisional di daerah pesisir untuk bisa mengoperasika teknologi terbarukan

C. Tantangan Kurangnya Akses Infrastruktur 

          Tantang lain yaitu kurangnya akses infrastruktur yang memadai dimana akses infrastruktur ini memudahkan para nelayan untuk memasarkan produk perikanan. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik Kebumen) data pelabuhan perikanan tahun 2016-2018 sebanyak 0 ( nol ) dan tempat pelelangan ikan (TPI) tahun 2016 – 2018 sebanyak 8 tempat TPI. Hal ini sangat disayangkan karena pelabuhan perikanan merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi para nelayan untuk berlabuh untuk kapal perikanan dimana produk perikanan jika tidak segera di bawa ke TPI akan membusuk dan akan menyebabkan hasil tangkapan yang memiliki kualitas  yang kurang bagus dan tidak dapat diperjulbelikan ke pasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun