Seringkali yang namanya korupsi itu tidak sesimple yang kita kira.
Katakanlah jika kita lulus SMA dan ingin masuk PTN favorit
Tapi sayangnya nilai- nilai kita rendah. Mungkin kita kurang pandai dalam segala hal, mulai matematika sampai penjaskes. Kita berusaha keras belajar, tapi ya memang segitu- segitu aja mentoknya.
Disini kita mengerti bahwa kursi di PTN terbaik terbatas . Maka mereka mensyaratkan kita harus juga mendapatkan nialia setinggi mungkin. Disini kita merasa aturan itu nggak fair. Mengapa mensyaratkan nilai?
Otak anda segitu segitu saja bukan salah anda. Memang Tuhan ngasihnya segitu. Anda juga nggak malas belajar. Anda menyisihkan uang jajan untuk ikut les. Anda rajin baca buku. Tapi kalau sepuluh menit kemudian lupa apa yang sudah anda baca, salah siapa? Apa anda salah? Anda tidak sengaja melupakan materi buku yang barusan anda baca. Tapi entah mengapa anda selalu lupa. Orang bilang karena DNA.
Bukan salah anda donkk.. kalau mau salah- salahan, ya salah nenek moyang anda. Mereka yang menurunkan DNA pelupa pada anda. Koq kayak anda yang menanggung kesalahan mereka ketika anda semangat untuk terus sekolah?
Tapi universitas tetap keukeuh mensyaratkan nilai. Dimana letak keadilan? Apa orang bodoh ga boleh sekolah tinggi? Apa yang mesti anda lakukan? Diam meratapi nasib?
Atau anda bisa "melobby" seseorang untuk memasukkan anda?
See? ada persaingan asimetris disini
Sekarang topik korupsi.
Katakanlah tahun ini ada anggaran sekian milyar untuk pembangunan gedung sekolah. Pembangunan gedung sekolah ini hanya contoh ya, bisa saja itemnya pengerukan sungai untuk mengatasi banjir, penghijauan hutan, irigasi, jalan raya, listrik, de el el.