Mohon tunggu...
Nisrina Qonitah
Nisrina Qonitah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Hampir Lulus

Senang mengisi waktu luang dengan hal tidak bermanfaat/semi bermanfaat/sedikit bermanfaat/30% bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengelolaan Irigasi Salin pada Budidaya Kedelai

20 Juni 2023   22:50 Diperbarui: 8 Juli 2023   08:57 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis : Nisrina Qonitah dan Sundahri FAPERTA UNEJ

Email : sundahri.faperta@unej.ac.id

Kedelai (Glycine max (L.) Merril) di Indonesia merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang cukup penting setelah beras dan jagung. Kedelai bagi masyarakat Indonesia banyak diolah menjadi tempe dan tahu yang dikonsumsi hampir setiap hari. Produk lain yang dari kedelai yang sering dijumpai yaitu kecap dari kedelai hitam, tauco dari bubur fermentasi kedelai, dan susu kedelai yang merupakan sari kedelai. Kebutuhan kedelai terus naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan pangan masyarakat, konsumsi kedelai nasional rata-rata 2.953.022 ton pada periode 2015-2020, sedangkan produksi kedelai hanya mampu memperoleh pada kisaran rata-rata 674.843 ton di periode 2015-2020. Dari hal tersebut sangat jelas bahwasanya produksi kedelai Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pasar nasional, sehingga tidak jarang pemerintah melakukan impor kedelai dalam jumlah yang besar.

Upaya dalam meningkatkan produksi kedelai dalam negeri terus dilakukan, ekstensifikasi dan intensifikasi terus digalakan sebagai upaya mencapai swasembada. Intensifikasi dilakukan dengan budidaya sedemikian rupa agar hasil produksi tanaman meningkat, termasuk salah satunya dengan melakukan irigasi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Pada daerah yang menerapkan sistem pertanian irigasi, suplai air berkualitas baik mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air pada proses budidaya. Salah satunya ialah terjadinya salinitas pada lahan dan air tanah di Indonesia, hal tersebut dapat terjadi secara alami seperti intrusi air laut akibat bencana alam serta perubahan iklim, maupun karena campur tangan manusia seperti pemupukan kimia, irigasi air tanah yang berlebihan, pencemaran bahan kimia, dan efek pemanasan global merupakan penyumbang dalam peningkatan salinitas di lahan. Di indonesia diperkirakan lahan yang rentan mengalami salinitas mencapai luasan 12,020 juta ha atau sebanyak 6,20% dari total daratan Indonesia, permasalahan salinitas ini masih sering terkait dengan kualitas air tanah pada lahan beririgasi.

 Dalam budidaya kedelai membutuhkan jumlah pengairan yang cukup banyak dibutuhkan pada fase perkecambahan, stadia awal vegetatif, fase generatif pembungaan dan saat pembentukan biji polong. Air irigasi berkualitas baik yang tidak tersedia pada beberapa daerah suboptimal di Indonesia akan menjadi masalah utama kekurangan air pada tanaman kedelai, sehingga pada keadaan mendesak tersebut dapat diterapkan irigasi salin agar tanaman tidak kekurangan air. Penggunaan air garam untuk irigasi harus sangat diperhatikan, jika air garam digunakan untuk mengairi tanaman yang sensitif/intoleran akan menyebabkan penurunan pertumbuhan yang signifikan. Salinitas berpengaruh negatif terhadap terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, kadar garam yang tinggi akan berpengaruh terhadap fisiologi dan biokimia kedelai hingga ke tingkat molekuler tanaman. Akumulasi ion Na dan Cl pada konsentrasi tinggi dalam tanaman akan beracun, menyebabkan daun  menguning/klorosis, layu coklat mengering/nekrosis serta tepi daun mengering dan mengulung ke atas seperti mangkok. Pada kondisi salinitas tinggi terjadi perontokan daun, bunga serta kegagalan pengisian polong bahkan kematian tanaman. Maka dari itu perlu adanya pengelolaan irigasi kondisi salin pada budidaya kedelai untuk mencegah kesalahan teknis yang menyebabkan tanaman tidak berproduksi atau bahkan layu dan mengering.

Dalam situasi kurangnya ketersediaan air tawar atau air berkualitas baik untuk pengairan, maka dapat diterapkan irigasi tawar-asin. Irigasi ini dilakukan dengan mencampurkan air tawar dan air asin, di mana perbandingan air  ditentukan berdasarkan tingkat salinitas air asin. Pada tingkat air salin yang tinggi maka perlu pengenceran dengan air tawar yang lebih banyak, sehingga volume perbandingannya air tawar lebih banyak daripada air asin. Pada air salin yang kadar garamnya rendah, maka perbandingan air tawar dan air asin bisa sama atau bahkan volume air tawar dapat lebih sedikit dibandingkan air asin. Teknik irigasi tawar-asin lain yang serupa yaitu dengan melakukan pengairan tanaman secara bergantian/berseling antara air asin dan air tawar. Ambang batas salinitas untuk tanaman kedelai pada 5,0 dS/m, hasilnya akan turun 20% pada DHL (Daya Hantar Listrik) tanah 4,0 dS/m, dan turun 50% pada 7,5 dS/m dari kondisi normal.

  • Modifikasi Sistem Tanam

Metode penanaman juga dapat membantu pengelolaan tanaman dalam kondisi salin, dengan melakukan modifikasi pada teknik penanaman kedelai, maka salinitas pada air irigasi dapat diatasi.  Modifikasi sistem penanamannya yaitu dengan menanam kedelai pada bedengan, tujuannya tidak hanya untuk menyediakan tempat penanaman, melainkan juga untuk mempermudah akumulasi garam ke permukaan tanah. Penanaman tidak dilakukan di atas bedengan, melainkan berada di sisi bedeng pada posisi miring, sehingga ketika terjadi evaporasi oleh paparan sinar matahari, garam akan menumpuk di atas bedengan dengan demikian mengurangi pengaruh kadar garam tinggi pada tanaman. Jika penanaman dilakukan pada tanah rata atau tidak dilakukan di atas bedengan, kemungkinan garam terkristalisasi akan rendah karena tertutup tajuk kedelai, juga ketika garam berhasil terkristalisasi malah akan mengendap disekitar perakaran kedelai yang malah mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Posisi kedelai pada pinggiran bedengan bertujuan untuk memperluas paparan matahari langsung pada permukaan tanah, sehingga proses kristalisasi garam dapat terjadi lebih cepat. Jika kedelai ditanam pada sisi atas bedengan, luasan tanah akan tertutup oleh tajuk kedelai di mana akan menyebabkan paparan sinar matahari terhalang, sehingga proses evaporasi tidak berjalan dengan optimal dan garam tidak mengkristal sempurna, kadar garam pada tanah pun akan tetap tinggi.

  • Ameliorasi Tanah

Tanah yang dialiri air salin/garam terus-menerus akan menyebabkan akumulasi garam pada tanah, kadar garam pun semakin meningkat, sehingga diperlukan ameliorasi tanah yang bertujuan untuk menurunkan kadar garam pada tanah yang menjadi salin. Ameliorasi tanah salin merupakan upaya pembenahan tanah melalui penambahan bahan-bahan tertentu sehingga kondisi tanah menjadi optimal untuk media tanam. Amelioran atau bahan-bahan yang dapat memperbaiki kondisi fisik serta kimia tanah salin diantaranya sulfur, gipsum pertanian, serta pupuk kandang. 

Pada lahan salin dengan DHL 10-15 dS/m langkah yang dapat dilakukan dalam menciptakan kondisi tanah yang lebih baik untuk kedelai yaitu dengan penambahan 750 kg/ha sulfur, 5 ton/ha gipsum pertanian, 5 ton/ha pupuk kandang, dan 1.5 ton/ha gipsum yang dicampur dengan 5 t/ha pupuk kandang. Seluruh bahan tersebut disebar bersamaan atau dapat diaplikasikan setelah pengolahan tanah. Setelah ameliorasi tanah dilakukan, untuk memenuhi kebutuhan air kedelai dengan menggunakan air salin masih dapat dilakukan dengan batas DHL air 4,0 dS/m.

Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan pada lahan-lahan salin dalam proses budidaya kedelai, di mana ketersediaan air tawar untuk irigasi sangat terbatas dan perlu menghindari kekeringan pada tanaman yang dapat menghambat atau bahkan mematikan tanaman. Penggunaan air garam untuk irigasi harus sangat diperhatikan agar tidak terjadi penurunan pertumbuhan yang signifikan, sehingga kedelai dapat berproduksi secara optimal. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun