Oleh: Nisrina Qatrunnada
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)
Sepanjang hayat kehidupannya, individu mengalami masa transisi baik secara fisik maupun psikologis. Dalam setiap transisinya, individu akan mengalami proses belajar dan proses mengeksplorasi diri serta dunianya.Â
Dalam setiap transisinya juga, terdapat banyak perubahan-perubahan yang harus dilalui oleh individu tersebut yang seringkali terdapat rasa ketidaksiapan terhadap perubahan-perubahan yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut, fokus dari tulisan ini yaitu pada masa transisi remaja menuju dewasa.
Pada masa transisi remaja menuju dewasa banyak hal yang terjadi dikarenakan pada masa ini individu mulai difokuskan untuk memikirkan dan menrencanakan kehidupan di masa yang akan datang, mengeksplorasi diri dan dunianya yang tentunya berbeda dari fase-fase sebelumnya.Â
Eksplorasi diri tersebut dilakukan guna membentuk kehidupan di masa yang akan datang nanti. Pada masa ini juga individu mulai merasakan adanya lika liku dan drama kehidupan secara nyata.
Fase tersebut dapat disebut juga emerging adulthood yaitu masa dimana individu berada pada masa remaja akhir menuju dewasa dalam rentang umur 18-29 tahun.Â
Dalam fase emerging adulthood individu cenderung ingin memiliki kebebasan yang seperti kata orang kebanyakan jiwa muda memiliki jiwa bebas, namun di sisi lainnya individu tersebut juga mengalami kekhawatiran akan masa depannya nanti akan menjadi seperti apa.Â
Pada fase ini, individu cenderung mengalami quarter life crisis yang dimana saat ini hal tersebut tidak menjadi tabu lagi khususnya di masa pandemi ini yang memberikan tekanan lebih untuk menjadi seperti apa nantinya.
Quarter life crisis itu apa sih? Quarter Life Crisis atau krisis usia seperempat abad merupakan istilah psikologi yang merujuk pada keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 20 hingga 30 tahun seperti kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan kebingungan menentukan arah hidup.Â
Krisis ini dipicu oleh tekanan yang dihadapi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, belum memiliki tujuan hidup yang jelas sesuai dengan nilai yang diyakini, serta banyak pilihan dan kemungkinan, sehingga mengalami kebingungan untuk memilih (Tirto.id, 2020).