Pada periode akhir tahun 2022, muncul berbagai informasi yang mengisukan bahwa dunia akan mengalami resesi, tepatnya di tahun 2023. Informasi ini di sampaikan oleh Presiden Jokowi yang menyebutkan bahwa " Di tahun 2023 sepertiga ekonomi dunia di prediksi mengalami resesi". Sebuah informasi yang ternyata mempengaruhi sebagian orang-orang di Indonesia dan tidak sedikit dari mereka mulai khawatir akan terjadinya resesi ekonomi. Padahal sebelumnya Indonesia pernah mengalami resesi pada tahun 1998 silam dan tidak lama ini di tahun 2020. Itu artinya Resesi bukanlah hal baru lagi. Apasih resesi itu?
Resesi adalah kondisi dimana suatu negara memburuk karena penurunan produk domestik bruto, meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi rill bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Salah satu penyebab resesi ekonomi ialah inflasi yang tinggi. Lalu, apa itu inflasi? Secara sederhana inflasi itu terjadi ketika harga-harga barang menjadi naik dan semakin mahal serta berdampak pada sulitnya mencari pekerjaan karena banyak perusahaan yang melakukan pengurangan jumlah karyawan.
Mengapa Ekonomi ditahun 2023 dikatakan gelap?
Dalam proyeksi ekonomi global 2023 yang dikeluarkan IMF (International Monetary Fund) "Resesi tak hanya akan menggerus negara maju tapi juga warga negara miskin dan negara berkembang seperti Indonesia". Yang Pertama, karena Bank Sentral Amerika The Fate tentu akan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi dan pastinya imbal hasil atau hubungannya akan semakin meningkat dan secara otomatis para investor asing yang berinvestasi di Indonesia akan memilih menarik dananya dan memindahkan dananya ke Amerika Serikat. Kedua, jika semakin banyak investor asing yang menaruh dananya di Bank Sentral Amerika Serikat maka Dollar Amerika akan semakin kuat yang mana hal tersebut akan membuat rupiah melemah bahkan nilai tukar Rupiah diprediksi menembus 16.000 per Dollar Amerika. Ketiga, karena inflasi di Indonesia sudah melampaui target Bank Indonesia perseptember 2022 inflasi Indonesia mencapai 5,95% padahal targetnya di tahun ini sekitar 2-4% . Ke empat berkaitan dengan pandemi covid-19 dimana masyarakat Indonesia melakukan penghematan akibatnya tingkat daya beli menurun dan banyak PHK yang terjadi di berbagai perusahaan padahal konsumsi rumah tangga ini menyumbang lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam laporan IMF pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 masih diproyeksi positif atau tumbuh sekitar 5% bahkan secara keseluruhan negara berkembang diproyeksi tumbuh positif 3,6% di 2023. Namun IMF tetap memperingatkan bahwa negara berkembang akan mengalami inflasi yang tinggi yakni mencapai 9,9% di tahun ini dan menurun ke-8,1% di tahun depan. Yang artinya ancaman resesi ini sudah di depan mata.
Lalu, Bagaimana cara mengatasi resesi ekonomi?
Keynes berpendapat bahwa "Resesi terjadi akibat kurangnya permintaan agregat, dan untuk mengatasi resesi, intervensi pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter diperlukan". Sementara itu, Friedman menganggap bahwa resesi adalah hasil dari kebijakan moneter yang tidak tepat, dan menekankan pentingnya kebijakan moneter yang stabil untuk mencegah resesi.
Apa itu Kebijakan Fiskal?
Kebijakan fiskal ialah keputusan yang diambil pemerintah yang berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan negara untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Kebijakan fiskal meliputi pengaturan pengeluaran pemerintah dan pengumpulan pendapatan melalui pajak dan sumber-sumber lainnya.
Bagaimana Pengaruh Kebijakan Fiskal saat mengalami resesi?
Seorang Ekonom, Paul Krugman sering mengadvokasi kebijakan fiskal ekspansif dalam mengatasi resesi dan pengangguran. Krugman berpendapat bahwa pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi, seperti investasi dalam infrastruktur, dapat mendorong permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi.