Bagi pekerja yang terdampak Covid-19 juga diberi bantuan seperti diikutkan pelatihan melalui pra-kerja dan bagi warga kurang mampu mendapatkan PKH yang semata-mata juga mendukung tujuan dari kebijakan moneter yaitu meningkatkan inflasi. Dengan adanya bantuan tersebut diharapkan tetap dapat menjaga perputaran output dimasyarakat pada sisi demand.
Bauran kebijakan fiskal dan moneter pada saat New Normal sangat diperlukan. Untuk memperbaiki perekonomian maka harus memperkuat imunitas perekonomian yaitu melalui kekuatan perekonomian domestik dan memperbaiki rantai pasokan dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian.
Selain itu, dalam menstabilkan inflasi di masa New Normal maka pihak Bank Sentral melakukan penurunan tingkat suku bunga hingga 4,50% dan dengan turunnya tingkat suku bunga akan berdampak terhadap penurunan suku bunga kredit. Stimulus pemerintah dari sisi supply juga melakukan kelonggaran kredit melalui penangguhan cicilan bagi koperasi dan UMKM.
Dengan kedua stimulus ini yaitu dari sisi demand maupun dari sisi supply diharapkan dapat menyuntik perekonomian dan memperbaiki pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemudian untuk mempercepat perputaran output, bank umum memperkecil angka laverage agar dana yang ada dapat diputar dimasyarakat. Lalu selain itu untuk meningkatkan daya beli masyarakat juga dapat dengan melakukan diferensiasi produk dan melalui sistem pemasaran yang baik agar konsumen dapat tertarik untuk membeli. Dari BI sendiri juga sudah menurunkan giro wajib minimum (GWM) agar banyak likuiditas yang terserap di masyarakat.
Dan hal yang paling efektif dalam menangani ketidakpastian ekonomi ini adalah melawan virus corona dengan penemuan obat dan vaksin agar semua kehidupan kembali normal. Sebelum obat dan vaksin ditemukan diharapkan semua stakeholders saling bekerjasama demi melawan virus yang berasal dari negara China.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H