Mohon tunggu...
Amelia Nisrina Almas
Amelia Nisrina Almas Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hidup itu sekali, ngga boleh rugi!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah tidak ada Akuntansi dalam Al Qur’an?

14 Juni 2016   17:32 Diperbarui: 14 Juni 2016   17:47 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahim

Mungkin sebagian orang sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan di atas, bahkan kompasianers sendiri pun sudah ada yang mampu menjawab pertanyaan di atas. Salah satu kompasianers sebelumnya yang sudah membahas bahasan ini yaitu ada Indra Sastrawat dengan judul “Mukjizat Akuntansi dalam Quran” serta Andri Kurniawan dengan judul “Sejarah Akuntansi dari Prospek Islam”. Namun saya ingin menceritakan sebuah pengalaman yang akhirnya membuat saya memikirkan “Benarkah tidak ada Akuntansi dalam Al Qur’an”.

***

Di dalam sebuah ruangan kelas, sedang berlangsung Kegiatan Belajar Mengajar atau yang sering disebut KBM. Seorang guru tengah menjelaskan sebuah materi kepada murid-muridnya. Kali itu, saya duduk sebagai salah seorang siswa. Ditengah-tengah penjelasan sang guru, saya mendengar salah satu pernyataanya yang menurut saya cukup keliru dan sedikit ambigu. Beliau mengatakan

“Di dalam Al Qur’an itu ngga ada yang namanya akuntansi

 Saya yang mendengar pernyataan guru saya itu, merasa tidak setuju. Karena menurut apa yang saya tahu dari pemateri di sebuah kajian ilmu menjelaskan bahwa Islam itu syumul. Syumul itu artinya menyeluruh. Artinya, Islam itu menyeluruh ke berbagai aspek kehidupan, termasuk ke bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan bidang-bidang kehidupan lainnya. Karena pedoman dari agama Islam itu adalah Al Qur’an dan As-Sunnah, maka sudah pasti bidang-bidang yang ada dalam Islam dibahas dalam pedoman-pedoman utama agama Islam. Mungkin konteks kata ‘Akuntansi’ memang tidak disebutkan secara langsung. Tapi saya yakin bahwa konsep Akuntansi pasti terdapat dalam Al Qur’an.

                Tetapi karena ilmu saya yang pas-pasan dan saya tidak berani menyanggah pernyataan guru saya, akhirnya saya memilih diam.

***

Dari pengalaman ini kita menjadi tahu, tidak semua orang meyakini bahwa Islam itu menyeluruh ke berbagai aspek kehidupan lainnya. Bahkan bisa jadi orang Islam sendiri meyakini bahwa Islam dan bidang-bidang kehidupan lainnya itu tidak saling berhubungan. Jikalau saya memiliki kesempatan untuk berargumen dengan guru saya ini, saya ingin menceritakan bahwa di dalam Al Qur’an terdapat konsep-konsep Akuntansi Dasar. Selain itu jika kita (minimal yang beridentitas Muslim) mau menengok sejarah Islam, ternyata praktik akuntansi sudah ada sejak jaman kekhalifahan Islam.

Karenanya mari kita tengok Akuntansi dalam Al Qur’an serta dalam Islam, sejak kapan dan seperti apa praktiknya, agar kita tidak hanya bangga dengan ilmu yang katanya berasal dari barat padahal beratus-tahun sebelumnya sudah ada di timur.

#Konsep Akuntansi dalam Al Qur’an#

Dalam perkuliahan yang membahas mengenai sejarah Akuntansi, sudah tidak asing lagi dengan nama Luca Pacioli. Beliau dikenal sebagai “Bapak Akuntansi Dunia” dikarenakan memperkenalkan cikal bakal “Double Entry Accounting System” sekitar abad 14-15an dalam bukunya yang berjudul “Summa de Arithmatica Geometria et Propotionalita” (Indra, 2015). Tapi ternyata jauh sebelum itu, Al Qur’an sudah membahas mengenai Akuntansi dalam surat Al Baqarah ayat 282:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur…”

Ayat di atas menjelaskan mengenai bagaimana melakukan transaksi utang-piutang dalam Islam, yang ternyata sampai saat ini pun masih digunakan. Jadi jauh-jauh sebelum Luca Pacioli menjadi Bapak Akuntansi Dunia, Akuntansi ternyata sudah muncul lebih dahulu dan dipraktikkan oleh orang-orang sebelumnya. Tetapi uniknya di dalam kelas-kelas formal, dan dikalangan akademisi tetap saja lebih akrab dengan nama Luca Pacioli ketimbang dengan Qudamah bin Ja’far yang menyusun buku pedoman akuntansi Baitul Mal (Instansi keuangan publik pertama di jaman Nabi Muhammad saw.).

Selain ada di dalam Al Qur’an, praktik akuntansi pun sudah akrab dilakukan sejak dari jaman Nabi Muhammad saw. Di dalam jurnal Akuntansi Perbankan Syariah sesuai PAPSI tahun 2013 yang ditulis oleh Sapparudin Siregar pada tahun 2015 membagi kegiatan Akuntansi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Akuntansi di Kalangan Arab Sebelum Islam

Bangsa Arab sudah dikenal sebagai bangsa yang suka melakukan pedagang. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an  Surat Al Quraisy ayat 2 yang berbunyi

(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.”

Maksud berpergian dalam ayat di atas adalah berdagang.  Dikarenakan kebiasaan bangsa ini yang suka berdagang maka dibutuhkan pencatatan untuk menghitung keuntungan. Sesuai dengan pengertian akuntansi menurut Abubakar. A & Wibowo (2004), adalah proses identifikasi, pencatatan dan komunikasi terhadap transaksi ekonomi dari suatu entitas/perusahaan. Maka praktik pencatatan yang bertujuan untuk menghitung keuntungan, secara tidak langsung sudah merupakan bentuk dari praktik akuntansi.

2. Akuntansi pada masa Rasul dan Khulafa’ur Rasyidin

Ra’ana (1997) dalam jurnalnya Saparudin (2015) menguraikan fase pengelolaan keuangan negara Islam sejak masa awal dan khulafa’ur Rasyidin yang membuktikkan bahwa bentuk pencatatan telah ada semenjak awal Negara Islam. Namun terjadi perkembangan yang sangat drastis saat masa Kekhalifahan Umar bi Khattab dimana Keuangan Negara mulai dikelola secara sistematis dimana salah satunya adalah dimunculkannya perbendaharaan Negara.

3. Akuntansi Pada Masa Daulah Islam

Pada periode kedua dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan mengalami perkembangan yang pesat, maka pada periode ketiga justru perkembangan Akuntansi semakin terlihat mirip . Pada masa Daulah Bani Umayyah, Khalifah Walid bin Abdul Malik adalah orang pertama yang menghimpun buku-buku Akuntansi yang tadinya terpisah untuk dihimpun dan dijilid. Dan pada masa Dinasti Abbasiyah, mulailah muncul praktik akuntansi yang cukup mirip dengan akuntansi saat ini yang ditandai dengan digunakannya 12 buku akuntansi khusus diantaranya Daftarun-Nafaqat (buku pengeluaran), Daftarun-Nafaqat wal-iradat (buku pengeluaran dan pemasukan) dan Al Auraj (Buku besar pembantu piutang). Selain dari pemakaian buku tersebut yang saat ini sudah umum digunakan oleh akuntan saat ini, ternyata pada masa Daulah Abbasiyah sudah dilakukan pelaporan rutin salah satunya adalah Laporan bulanan yang dikirimkan ke diwan baitul mal.

Kesimpulannya akuntansi ternyata memang tidak tercatat secara langsung dalam Al Qur’an. Tetapi konsep-konsep di dalam Akuntansi tetap ada dalam Al Qur’an dengan pemaparan yang luas dan butuh penjelasan yang lebih detail. Sehingga jika seseorang hanya mencari kata ‘Akuntansi’ memang tidak akan ditemukan, tetapi jika yang dicari inti-inti dari konsep Akuntansi justru kita akan melihat bahwa Al Qur’an pun menjelaskan dengan jelas dan detail.

Dalam kesempatan kali ini, saya tidak bermaksud mempertanyakan siapakah penemu Akuntansi. Tetapi sekali lagi, kita harus lebih kritis dan adil dalam melihat sejarah. Terutama bagi penerima informasi akhir seperti akuntan yang tidak meneliti secara langsung mengenai sejarah sebenarnya mengenai Akuntansi ataupun guru mata pelajaran yang berhubungan dengan akuntansi. Antara sejarah Luca Pacioli atau Qudamah  bin Ja’far akan sulit untuk diputuskan, karena masing-masing bukti sejarah yang ada artinya harus diperiksa kembali. Tetapi terlepas dari dua nama itu, Al Qur’an sudah lebih dulu membahas mengenai Akuntansi, salah satunya yaitu tentang utang-piutang. Dan ayat ini tentunya bisa dilihat oleh semua orang yang memiliki Al Qur’an. Dan pada akhirnya siapapun yang menemukannya, tidak lebih penting jika tidak memberikan manfaat bagi kehidupan.

Wallahu’alam bishawab

Referensi:

Kurniawan, Andri. 2015. “Sejarah Akuntansi dari Prospek Islam”. http://www.kompasiana.com/andrikurniawanumy/sejarah-akuntansi-dari-prospek-islam_54f91809a33311e9018b4647 [1 Juni 2016]

Sastrawat, Indra. 2010. “Mukjizat Akuntansi dalam Quran”. http://www.kompasiana.com/islamrasional79.blogspot.com/mukjizat-akuntansi-dalam-quran_55004a4ea333117f735105ff [1 Juni 2016]

Hussein, Abu Taqiy. 2016. “Kesempurnaan Islam”. https://dakwahdantarbiah.com/kesempurnaan-islam/ [1 Juni 2016]

Jasiman. 2012. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Solo: Auliya Press

Siregar, Saparrudin. Akuntansi Perbankan Syariah sesuai PAPSI tahun 2013. Medan: FEBI UIN-SU Press, 2015.

Tuasikal, Muhammad Abduh. 2013. “Tafsir Surat Quraisy”. https://rumaysho.com/3477-tafsir-surat-quraisy.html [9 Juni 2016]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun