Gendut dan perjalanan terakhinya Kaka gue yang ngga nyadar akan gedenya biaya operasi dll, dimarahin ortu karena 700rb melayang untuk seekor kucing yang ngga tau sembuh apa nggaknya. Bahkan ortu gue bilang "Biarin ajah mati kucingnya!". Gue cuma bisa diam karena gue takut kalo nyolot, gendut bakal diusir dari rumah karena keadaanya yang parah. [caption id="attachment_300844" align="alignleft" width="300" caption="keadaan gendut 5 Desember 2013"][/caption] Sepulangnya gendut kerumah (1/12), gue cuma bisa nangis sambil mandangin wajahnya gendut yang amburadul. Kata dokter gendut kena infeksi di rahang sebelah kirinya, tapi karena keterbatasan alatnya dokter nyaranin rontgen sama operasi rahang di tempat lain yang biaya operasinya ajah 1jt. Gue mengurungkan niat untuk membawa gendut operasi lagi, gue ngga punya biaya begitu juga kaka gue.Gue bukan termasuk orang ngga mampu, tapi gue juga bukan orang kaya karenanya gue nggak punya saving apalagi buat hal mendadak. Satu hal yang gue dapet dari dokter, kemudian diperkuat dengan kesaksian dari tetangga gue yang punya warung ngga jauh dari rumah adalah Gendut DITABRAK!! DI DALEM KOMPLEK. gue nggak habis pikir setergesa apa orang tersebut sampe-sampe kucing gue tega dia ditabrak, gue juga nggak habis pikir sekenceng apa dia mengemudi kendaraannya entah motor ataupun mobil sampe kucing gue matanya keluar dan darahnya berceceran di tikungan selokan. Cuma satu alasan yang bisa gue terima, TAKDIR, ya itu semua takdir dari Allah. Gue nggak ikhlasin satu alesanpun buat si pelakunya. [caption id="attachment_300846" align="alignleft" width="300" caption="Alat makan gendut. (Semprotan, sendok, tuna kaleng untuk kucing)"]
"Mel jgn sedih ya,si gendut mati deket tong sampah"
Gue yang baca itu ketika mau menggunakan kalkulator terdiam bengong. Lalu gue minta untuk nguburin gendut nunggu gue, gue milih untuk ijin dari matkul Akuntansi. Tapi pembantu gue bilang kalo gendut udah dikubur. Kali itu gue kaya disambar petir. Gue ingin banget nangis di lab, tapi gue tahan. Karena gendut udah dikubur, gue nggak mungkin bongkar lagi. Muka gue udah galau banget sampai KM dan beberapa teman di kelas gue nanyain keadaan gue. Tapi gue milihi diem. Kali itu tidak ada kata yang ingin gue ucapkan. Kali itu yang ada gue ingin menyalahkan semua orang. Gue ingin nyalahin dokter yang ngerawat gendut tapi ngga nanganin rahangnya padahal rahangnya cukup parah bahkan lebih parah dari matanya. Gue ingin nyalahin orang tua gue yang ngga mau bantu sepeserpun uang. Gue ingin nyalahin temen-temen gue yang gue minta BAJU BEKASnya untuk alas tidur gendut tapi ngga digubris sampai gendut mati sekalipun. Gue ingin nyalahin kesibukan kuliah yang buat gue lupa nemenin gendut. dan gue juga ingin nyalahin diri gue yang miskin, egois dan nggak bisa bantu gendut apa-apa! tapi gue pun berpikir ulang, gue sadar bahwa semua ini adalah takdir dari Allah. Takdir dari Allah pasti adalah kejadian yang terbaik, walaupun gue belum nerima. Gue belum terima, karena diantara hari kenapa mesti ketika gue belum kasih dia makan dalam 3 hari belakangan, padahal biasanya gue rutin. Gue nyesel banget. Satu-satunya yang bisa gue lakuin adalah kasih bunga yang cantik dikuburannya. goodbye Gendut, thank you and sorry for everthing, next time I'll take care you more. I love you. Your existention is a gift from Allah. Sorry for can't bring you to surgery in veterinarian because my selfishness. I know Allah take you from me, because you deserved a better place than my house. Hope we can meet again, someday :') I never regret to take care you in my house. Thank you for accompany me in my loneliness, but sorry for can't accompany you in your last minute. (part 1: ketika hidup bukan tentang manusia saja part 1.1 Gendut ) [caption id="attachment_300856" align="alignleft" width="612" caption="Gendut in memoriam (2009-2013)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H