Mohon tunggu...
Amelia Nisrina Almas
Amelia Nisrina Almas Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hidup itu sekali, ngga boleh rugi!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Hidup Bukan Tentang Manusia Saja part 1.2 Gendut dan perjalanan terakhirnya

24 Desember 2013   01:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gendut dan perjalanan terakhinya Kaka gue yang ngga nyadar akan gedenya biaya operasi dll, dimarahin ortu karena 700rb melayang untuk seekor kucing yang ngga tau sembuh apa nggaknya. Bahkan ortu gue bilang "Biarin ajah mati kucingnya!". Gue cuma bisa diam karena gue takut kalo nyolot, gendut bakal diusir dari rumah karena keadaanya yang parah. [caption id="attachment_300844" align="alignleft" width="300" caption="keadaan gendut 5 Desember 2013"][/caption] Sepulangnya gendut kerumah (1/12), gue cuma bisa nangis sambil mandangin wajahnya gendut yang amburadul. Kata dokter gendut kena infeksi di rahang sebelah kirinya, tapi karena keterbatasan alatnya dokter nyaranin rontgen sama operasi rahang di tempat lain yang biaya operasinya ajah 1jt. Gue mengurungkan niat untuk membawa gendut operasi lagi, gue ngga punya biaya begitu juga kaka gue.Gue bukan termasuk orang ngga mampu, tapi gue juga bukan orang kaya karenanya gue nggak punya saving apalagi buat hal mendadak. Satu hal yang gue dapet dari dokter, kemudian diperkuat dengan kesaksian dari tetangga gue yang punya warung ngga jauh dari rumah adalah Gendut DITABRAK!! DI DALEM KOMPLEK. gue nggak habis pikir setergesa apa orang tersebut sampe-sampe kucing gue tega dia ditabrak, gue juga nggak habis pikir sekenceng apa dia mengemudi kendaraannya entah motor ataupun mobil sampe kucing gue matanya keluar dan darahnya berceceran di tikungan selokan. Cuma satu alasan yang bisa gue terima, TAKDIR, ya itu semua takdir dari Allah. Gue nggak ikhlasin satu alesanpun buat si pelakunya. [caption id="attachment_300846" align="alignleft" width="300" caption="Alat makan gendut. (Semprotan, sendok, tuna kaleng untuk kucing)"]

13878171291505871050
13878171291505871050
[/caption] Gue bukan melankolis ataupun lebay. Pada kenyataanya gendut nggak mati, gue bersyukur. Tapi dia nggak bisa makan sendiri. Rahangnya membusuk, matanya hilang satu. Suaranya yang berisik hilang, karena rahangnya rusak. Dia nggak bisa nongkrong di pager depan rumah lagi, dia dijauhin keluarga gue, dia juga dimusuhin keponakannya. dan gue cuma bisa bantu dia makan pake semprotan kecil. Semakin hari kondisinya nggak bisa dibilang membaik, walaupun kebiasaanya nempel dikaki orang, guling-guling mulai kembali, Tapi orang lain menjauhinya, gue juga serem takut kena rahangnya yang busuk. Tapi gue masih tetep inget, seburuk apapun gendut dia tetep gendut. Gendut yang nemenin gue pas lagi nggak ada temen curhat. Gendut yang sering ngehibur gue dengan guling-gulingnya yang tulus. Gendut yang nongkrong di pager pas gue pulang sekolah. Gendut yang kalo dipanggil namanya nyaut. Gendut yang kalo diluar rumah pura-pura ngga kenal. Karenanya dengan memberanikan diri gue deketin kaki gue, dan diapun menyambutnya laiaknya ketika sehat.
1387817230425235255
1387817230425235255
Entah apa yang dilakukan gendut ketika gue dan orang-orang yang masih ngurusin dia pergi. Kadang, sehabis makan dia keluar rumah. Awalnya gue khawatir orang-orang di komplek akan melempari nya karena badannya memang tidak sehat. Namun dia memaksa. Pada awalnya, ketika gendut keluar, pembantu gue kalang kabut. Walaupun kadang cuek pembantu gue ini baik banget, dia rela ujan-ujan cariin gendut. Dia termasuk orang yang jijik pada gendut tapi hati nuraninya masih jalan dan action. Lama kelamaan gue dan pembantu gue lumrah dengan kebiasaan gendut yang suka 'jalan-jalan'. Sedihnya ketika gue ikutin dia keluar rumah, dia jalan ke perempatan komplek dan duduk diam. Entah apa yang dipikirkannya. Yang lebih ajaib sempet beberapa kali gendut manjat genteng dan tiba-tiba ada di halaman depan padahal asalnya, dia di halaman belakang. Semakin hari rahangnya semakin menurun dan mebusuk, tidak hanya itu, lidahnya mulai mencoklat. Gue hanya berharap dengan makanan yang dipaksa masuk, gendut dapat tenaga untuk melawan penyakitnya. Gue rela meski uang jajan gue mesti gue pake buat makannya yang spesial karena hanya itulah yang gue punya. Walaupun gue sempet mikir buka donasi untuk gendut tapi gue urungin karena pesimis akan ada yang mengirim bantuan. Tampaknya keajaiban gendut telah habis. Pagi itu (20/12) gue udah nggak ngasih makan dia selama 3 hari. Sebagai gantinya pembantu gue yang kasih makan. Gue mikir, "ah bentar lagi gue libur, sekarang biar si emba yang kasih makan, entar pas gue libur, gue yang kasih gendut makan full" tapi tampaknya Allah tidak mengijinkannya. Gendut ngga ada dimanapun, kata pembantu gue pagi itu, dia udah nggak ada dari tadi sore. Gue dan pembantu gue mikir "oh mungkin gendut lagi jalan-jalan". Sekitar pukul 7.44 saat gue lagi di lab mengetik, pembantu gue sms
"Mel jgn sedih ya,si gendut mati deket tong sampah"

Gue yang baca itu ketika mau menggunakan kalkulator terdiam bengong. Lalu gue minta untuk nguburin gendut nunggu gue, gue milih untuk ijin dari matkul Akuntansi. Tapi pembantu gue bilang kalo gendut udah dikubur. Kali itu gue kaya disambar petir. Gue ingin banget nangis di lab, tapi gue tahan. Karena gendut udah dikubur, gue nggak mungkin bongkar lagi. Muka gue udah galau banget sampai KM dan beberapa teman di kelas gue nanyain keadaan gue. Tapi gue milihi diem. Kali itu tidak ada kata yang ingin gue ucapkan. Kali itu yang ada gue ingin menyalahkan semua orang. Gue ingin nyalahin dokter yang ngerawat gendut tapi ngga nanganin rahangnya padahal rahangnya cukup parah bahkan lebih parah dari matanya. Gue ingin nyalahin orang tua gue yang ngga mau bantu sepeserpun uang. Gue ingin nyalahin temen-temen gue yang gue minta BAJU BEKASnya untuk alas tidur gendut tapi ngga digubris sampai gendut mati sekalipun. Gue ingin nyalahin kesibukan kuliah yang buat gue lupa nemenin gendut. dan gue juga ingin nyalahin diri gue yang miskin, egois dan nggak bisa bantu gendut apa-apa! tapi gue pun berpikir ulang, gue sadar bahwa semua ini adalah takdir dari Allah. Takdir dari Allah pasti adalah kejadian yang terbaik, walaupun gue belum nerima. Gue belum terima, karena diantara hari kenapa mesti ketika gue belum kasih dia makan dalam 3 hari belakangan, padahal biasanya gue rutin. Gue nyesel banget. Satu-satunya yang bisa gue lakuin adalah kasih bunga yang cantik dikuburannya. goodbye Gendut, thank you and sorry for everthing, next time I'll take care you more. I love you. Your existention is a gift from Allah. Sorry for can't bring you to surgery in veterinarian because my selfishness. I know Allah take you from me, because you deserved a better place than my house. Hope we can meet again, someday :') I never regret to take care you in my house. Thank you for accompany me in my loneliness, but sorry for can't accompany you in your last minute. (part 1: ketika hidup bukan tentang manusia saja part 1.1 Gendut ) [caption id="attachment_300856" align="alignleft" width="612" caption="Gendut in memoriam (2009-2013)"]

1387819056278357553
1387819056278357553
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun