UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah kategori usaha yang ditentukan berdasarkan ukuran, omzet, dan jumlah aset yang dimiliki. UMKM memainkan peran penting dalam perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia, memberikan kontribusi signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Konsep UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) telah ada dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah umat manusia dan tidak dapat ditelusuri kembali pada waktu atau tempat tertentu. Namun ada beberapa poin penting dalam perkembangan UMKM yang menguraikan asal usul dan perkembangannya. UMKM telah hadir dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah dan memainkan peran penting dalam perekonomian global dan regional.
Di Indonesia, UMKM merupakan bagian integral dari perekonomian nasional dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah sejak zaman kolonial hingga zaman modern. Dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi internasional, dan inisiatif lokal, sangat penting bagi keberlanjutan dan pertumbuhan sektor UMKM.
Salah satu pelaku UMKM di Jogja adalah Aisah, pemilik usaha makanan khas tradisional Sumatera Selatan alias Pempek. Pempek adalah makanan khas khas palembang Indonesia yang sudah dikenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara. Dalam konteks masakan Indonesia, pempek dianggap sebagai salah satu makanan tradisional terbaik. Menurut TasteAtlas, pempek adalah salah satu hidangan paling terkenal di Indonesia, yang menunjukkan popularitas dan penghormatan terhadap tradisi kuliner Indonesia.
Selain itu, popularitas Pempek yang mendunia dibuktikan dengan fakta bahwa Pempek menduduki peringkat ke-4 oleh TasteAtlas sebagai hidangan seafood terbaik di dunia, mengungguli banyak hidangan seafood terkenal lainnya. Pengakuan tinggi ini menyoroti keunikan cita rasa dan pentingnya budaya Pempek, yang semakin memperkuat statusnya sebagai bagian populer dan penting dari masakan Indonesia. Tidak heran bila orang asli Palembang yang sedang berkunjung kekota lain yang akan dicari terlebih dahulu adalah pempek.
Aisah mengungkapkan bahwa diawal pembukaan usahanya terasa sedikit sulit karena perbedaan lidah cita rasa antara Palembang dan Jogja. Palembang yang cenderung pedas, sedangkan Jogja yang cenderung manis.
“Kadang ada yang protes kok cukonya kurang pedes, kok cukonya kurang kental? Ya kami hanya berusaha menyesuaikan antara lidah asli dan lidah daerah setempat” Ujarnya.
Aisah juga mengungkapkan bahwa ia berfokus pada organisasi UMKM nya dibanding usaha tersebut. Ia mengakui dengan bergabung di UMKM ia cukup merasakan manfaatnya. Seperti para usahawan lebih diperhatikan, terutama ketika akan diadakan acara atau bazar, maka pihak pemerintah setempat akan memberikan informasi kepada pengurus UMKM yang kemudian menawarkan terhadap para pelaku usaha UMKM yang berminat. Tentunya dengan sistem seperti itu, pelaku usaha tidak perlu khawatir usahanya akan tertinggal. Berawal dari penunjukkan pengurus Forkom UMKM oleh Ketua Forkom (Forum Komunikasi) UMKM Sleman, Aisah mengaku enjoy mengerjakan tugasnya dan belum ada lika-liku atau hambatan yang berarti.
UMKM di daerah Kapanewon Kalasan ini memiliki program mingguan yaitu "Pasar Jumpa" yang diadakan setiap minggunya dihari jumat. Di hari jumat tersebut para pelaku UMKM akan mengadakan bazar kecil-kecilan yang bertempat diteras kantor kapanewon kalasan. Di pasar jumpa biasanya juga diadakan senam pagi ibu-ibu, upacara-upacara hari peringatan, atau lomba-lomba anak usia Paud dan TK. Pasar jumpa ini pertama kali tercetus oleh para pengurus forkom UMKM kalasan dan didukung oleh pejabat kapanewon kalasan. Jika beruntung, maka di pasar jumpa tersebut kita bisa bertemu para pejabat seperti para camat dan Bupati Sleman, Dra. Hj. Kustini Sri Purnomo yang memang khendak berkunjung ke kantor kapanewon kalasan sekaligus menglarisi dagangan para UMKM. Adapun peserta pasar jumpa sendiri adalah para UMKM setempat dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Selain berdagang di bazar, Aisah juga membuka usaha pempeknya tersebut dari rumah, baik secara PO, Go-Food, atau melalui platform belanja online lainnya. Dengan seperti itu, ia tetap bisa memenuhi kewajibannya sebagai ibu dirumah untuk sekedar membereskan rumah atau mempersiapkan keperluan anak suaminya. Kelebihan yang ditawarkan dari brand ini adalah ketahanan produknya. Aisah mengaku bahwa produknya tidak menggunakan bahan berbahaya atau pengawet lainnya dan sudah mendapatkan sertifikat halal oleh MUI. Lantas mengapa produknya bisa awet? Jawabannya berada di cara pengemasannya. Packaging yang diterapkan disini beragam. Mulai dari seperti bentuk lunch box, mika, rice bowl, hingga vacuum sealer. Tidak semua pembeli memakan langsung produk yang dibeli, tidak jarang ada yang request sebagai hampers, oleh-oleh, atau sekedar stok makanan ringan dirumah. Oleh karena itu tersedialah pempek dengan kemasan vacuum yang tentunya lebih awet sekaligus fleksibel dibawa bepergian.
Saat ditanyai alasan mengapa pempek dari sekian banyak makanan yang ada? Aisah menjawab bahwa pempek adalah makanan kesukaan suaminya yang memang berdarah asli Palembang itu. Berawal dari ia ditawarkan oleh suaminya untuk mengikuti kelas masak pempek di Palembang agar bisa memasakkan pempek untuk suaminya tersebut, berakhir dengan membuka usaha dari ilmu yang ia dapat dari kelas memasak tersebut.
Dapat diakui cukup sulit awalnya untuk menyesuaikan banyak hal yang berbeda antara Palembang dan Jogja. Contoh simpel saja, seharusnya cuko untuk pempek dibuat dari Gula Merah Linggau yang memang terkenal paling mantap, kemudian ikan tenggiri yang melimpah di Sungai Musi Palembang membuat perbedaan harga tenggiri disini dan disana cukup berbeda. Tapi, berjalannya waktu tentu saja Aisah mulai terbiasa dengan semua itu.
“Ya untuk kendala saat ini sih masih sekitar perubahan harga yang terus berubah ya, hari ini telur harganya masih 28 besok sudah 31” Jelasnya.
“ Tapi untungnya saya tidak hanya menjual kapal selam, karena hanya kapal selam yang boros telur, saya membuat berbagai jenis pempek, mulai dari pempek lenjer, kapal selam, adaan, kulit, belah, tekwan, lenggang, rujak mie, dan berbagai makanan khas palembang lainnya" Tambahnya.
Ia juga menambahkan bahwa, untuk memulai membuka usaha tidak harus seorang sarjana ekonomi bisnis. Dunia bisnis adalah dunia yang boleh digeluti oleh siapa saja, pemuka agama, pejabat sekaligus berhak berdagang. Terlebih bagi umat muslim, berdagang adalah sunnah yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad S.A.W. Ia juga berpesan agar para pemuda-pemudi jangan pernah malu untuk mengawali membuka usaha, karena jika kita tidak menyoba maka kita tidak akan mengerti rasanya. Aisah menceritakan secara singkat bahwa dirinya sejatinya adalah seorang sarjana PG PAUD, yang logikanya seharusnya berada di sekolah PAUD, mengajar anak kecil, dan memakai baju seragam yang rapi. Namun ia banting stir agar bisa memiliki usaha sendiri ketimbang harus bekerja dibawah tekanan orang lain. Ia juga mengaku tidak terlalu memperhatikan keuntungan didalam usahanya, jika laku Alhamdulillah, jika tidak akan ia sedekahkan ke orang-orang disekitarnya yang berminat dengan produknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H