Apa yang terlintas di benak anda saat mendengar kata Palembang? Selain tentunya makanan khas berupa pempek, ibu kota Sumatera Selatan ini juga memiliki landmark yang begitu ikonik. Berkunjung ke Palembang tidak akan benar-benar terasa kalau belum ke sini. Ya betul, Jembatan Ampera.
Jembatan ini berlokasi di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Waktu terbaik untuk menikmati keindahan jembatan legendaris ini adalah pada malam hari. Pesona begitu terpancar dengan lampu-lampu hias yang mengelilingi jembatan dengan warna yang berubah-ubah. Terlepas dari daya pikat tersebut, sebaiknya kamu juga tahu fakta-fakta mengejutkan seputar Jembatan Ampera Palembang berikut.
1. Dana dari Rampasan Perang Jepang
Ternyata pembangunan Jembatan Ampera memiliki nilai historis yang begitu kuat, Seperti Monas di Jakarta. Dana pembangunannya saja berasal dari dana hasil rampasan perang Jepang senilai 2,5 miliar Yen. Tak hanya itu saja, ahli-ahli konstruksi Jepang juga ikut berjasa dalam proyek pembangunan.
Sebenarnya, ide membangun jembatan yang bisa menghubungkan dua daratan di atas Sungai Musi telah muncul sejak 1906 pada zaman Gemeente . Pada 1924, ide tersebut kembali ada saat Le Cocq de Ville menjabat sebagai Wali Kota Palembang. Masih belum terealisasi hingga masa kemerdekaan, akhirnya DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengajukan pembangunan jembatan melalui sidang pleno pada 29 Oktober 1956 silam.
Modal awal pembangunan berasal dari anggaran Pemerintah Kota Palembang senilai Rp30.000. Lalu panitia pembangunan dibentuk pada 1957 dengan beranggotakan Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Kemudian, Wali Kota Palembang, M. Ali Amin, beserta Wakil Wali Kota, Indra Caya, meminta bantuan Presiden Sukarno agar menyetujui pembangunan jembatan tersebut. Bantuan pemerintah Jepang kemudian menyempurnakan hingga jembatan sukses selesai pembangunannya.
2. Awalnya bernama Jembatan Bung Karno
Nama Jembatan Ampera ternyata baru berlaku pada 1966. Pada awalnya, jembatan ini dinamakan Jembatan Bung Karno untuk mengenang jasa Presiden Soekarno. Proklamator Indonesia ini memang berperan penting dalam mewujudkan harapan masyarakat Palembang agar memiliki akses yang lebih leluasa untuk menyeberangi Sungai Musi.Â
Saat masa pergantian nama, situasi politik mulai didominasi oleh sikap anti-Soekarno dalam pemerintahan. Maka berubahlah nama menjadi Jembatan Ampera yang merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat dan bertahan hingga sekarang.Â
3. Diresmikan oleh Letnan Jenderal Ahmad Yani
Letnan Jenderal Ahmad Yani juga menjadi nama penting dalam sejarah Jembatan Ampera. Dibangun pada April 1962, Ahmad Yani meresmikan jembatan ini untuk pertama kalinya pada 30 September 1965. Ia dipercayakan sebagai orang yang meresmikan penggunaan jembatan untuk pertama kalinya. Peresmian yang dilakukannya kemudian menjadi agenda kenegaraan terakhir sebelum tragedi pembantaian G30S/PKI pada 1 Oktober.
4. Pernah Menjadi Jembatan Terpanjang di Asia Tenggara
Jembatan ini memiliki panjang mencapai 1.177 meter dengan lebar 22 meter serta tinggi 63 meter. Adapun menaranya memiliki rentang 75 meter dengan massa hingga mencapai 944 ton. Makanya, tidak heran kalau jembatan ini pernah menjadi jembatan terpanjang se-Asia Tenggara pada era 1960-an.
5. Bagian Tengah Jembatan Bisa Naik-Turun
Jembatan Wong Kito Galo ini punya kelebihan karena bagian tengahnya bisa naik-turun. Fungsi tersebut untuk memudahkan transportasi kapal pengangkut barang dengan ukuran besar. Memang, Sungai Musi masih kerap dijadikan arus transportasi antar daerah. Kemampuan naik-turun bagian tengah jembatan didukung oleh peralatan mekanis berupa dua bandul pemberat berukuran 500 ton di kedua menaranya.Â
Kecepatan naiknya selama 10 meter per menit, sehingga dibutuhkan sekitar 30 menit untuk mengangkat jembatan secara penuh. Namun, aktivitas tersebut tidak lagi terlihat saat era 1970-an. Hal tersebut dikarenakan waktu bagian tengah jembatan untuk naik-turun terbilang begitu lama dan mengganggu arus lalu lintas darat. Bandul pemberatnya pun sudah diturunkan pada 1990 demi menghindari jatuhnya yang dapat membahayakan pengguna jembatan.Â
6. Berubah Warna Sebanyak Tiga Kali
Kalau kamu berkunjung ke sini, pasti akan mudah mengenali karena warnanya yang merah menyala. Tapi ternyata jembatan ini telah mengalami perubahan warna sebanyak tiga kali. Saat pertama kali berdiri, jembatan ini masih berwarna abu-abu pada 1962. Jembatan ini kemudian dicat ulang dengan menggunakan warna kuning pada 1992. Terakhir, jembatan dengan warna merah mencolok baru mulai pada 2002 hingga saat ini.Â
7. Terkenal Mistis
Ternyata Jembatan Ampera juga dikenal mistis seperti halnya Jembatan Ancol. Sampai sekarang masih banyak masyarakat setempat yang percaya dengan mitos-mitos tersebut. Apalagi, jembatan ini juga kerap menjadi lokasi bunuh diri. Sejumlah kejadian aneh pun dikaitkan dengan adanya jembatan Ampera. Di antaranya, kebakaran besar di bawah jembatan pada 2010 lalu, sosok dua orang tergambar dari kobaran si jago merah yang melalap sisi jembatan.
8. Masuk dalam Map Game Point Blank
Dunia game online pun mengakui popularitas jembatan ikon khas Palembang ini. Soalnya, game animasi populer, Point Blank memasukkan jembatan ini ke dalam salah satu medan tempur. Sebagai jembatan terpanjang di Sumatera, map Jembatan Ampera di dalam Point Blank pun merupakan map terpanjang, penuh dengan lorong-lorong dan tempat rahasia yang menjadi favorit bagi pengguna game animasi ini.
9. Dilewati Obor Asian Games 2018
Jembatan Ampera memiliki nilai prestisius tersendiri. Ikon Palembang ini berkesempatan dilewati Obor Asian Games 2018. Pawai obor dimulai dari Stadion Jakabaring dan dilakukan oleh sejumlah atlet dan public figure. Di antaranya, artis Mikha Tambayong turut menyemarakkan pawai obor dengan melalui Jembatan Ampera pada tanggal 4-5 Agustus 2018.
10. Memiliki Jam Analog Raksasa
Sebagai bentuk pembenahan jelang Asian Games 2018 yang dihelat di Palembang, Jembatan Ampera pun tak lepas dari perhatian. Jembatan ini dipasangi dua jam analog dengan ukuran besar di kedua menaranya. Pemasangan jam tersebut menjadikan jembatan ini semakin tampak modern dan semakin keren.
11. Ramalan Jembatan Ampera akan Ambruk
Ternyata, jembatan ini sering diprediksi ambruk oleh beberapa pihak. Termasuk, peramal Mama Laurent yang memprediksi jembatan bersejarah ini akan ambruk pada 2009 lalu. Kejadian tabrakan kapal pengangkut batu bara juga ditakutkan membuat kekokohan jembatan bersejarah ini jadi berkurang. Faktanya, jembatan ini masih terus bertahan hingga sekarang. Soalnya, pemerintah Palembang memang mengalokasikan anggaran untuk perawatan jembatan ini.
Terimakasih dan semoga membantu :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H