Salah satu Pihak yang berupaya meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik adalah Perguruan Tinggi melalui program-program pengabdian masyarakat, praktikum komunitas dan beberapa kegiatan lainnya.
Praktikum II yang diselenggarakan oleh Laboratorium Kesejahteraan Sosial UMM di bawah naungan Prodi Kesejahteraan Sosial UMM
dengan fokus Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat adalah salah satu kegiatan yang menunjang praktikan untuk melakukan observasi yang bertujuan pemetaan segala potensi yang ada di masyarakat dan melaksanakan intervensi sosial dilihat dari Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ada di wilayah tersebut.
Dalam praktikum II, praktikan akan melakukan observasi PPKS sebagai praktik yang diharapkan dapat memecahkan masalah.
PPKS adalah kepanjangan dari Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial, yaitu perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.
Menurut Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial, terdapat 26 jenis PPKS. Hasil observasi dari 10 hari yang dilaksanakan oleh praktikan selanjutnya dikaji, didiskusikan, dan dikoordinasikan dengan masyarakat untuk disepakati dalam sebuah program kegiatan.
Sebanyak 19 kelompok mahasiswa Kesejahteraan Sosial tingkat akhir ikut serta dalam kegiatan Praktikum II selama 10 hari yang berlokasi di 9 desa Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang dengan pembagian 2 kelompok pada tiap desanya.
Termasuk dari kelompok 10 yang beranggotakan 6 mahasiswa, yaitu Viky Riko Saputra, Tarisa Alfira Damayanti, Gifttama Rivaldo Papua, Nisrina Nur Husna, Mazdalifah Nur F, dan Leonardo Danutirta M malaksanakan praktikum II di Desa Purwosekar bersama dengan kelompok 9.
Pada proses observasi tersebut, praktikan menemukan beberapa PPKS yang ada di Desa Purwosekar. Terdiri dari perempuan rawan sosial ekonomi, disabilitas, dan keluarga fakir miskin.
Dalam disabilitas, praktikan menemukan sebanyak 18 kepala penyandang disabilitas. Namun, sayangnya data ini belum utuh sepenuhnya karena perangkat desa tidak memiliki data valid dan terbaru.
Pada Desa Purwosekar sendiri, memang belum pernah ada sosialisasi, program, maupun bantuan secara khusus untuk para penyandang disabilitas sehingga membawa praktikan untuk menelaah lebih jauh.
Asesmen yang dilakukan terhadap penyandang disabilitas terlebih lagi pada keluarga penyandang disabilitas memberikan tantangan bagi praktikan untuk melakukan usaha dalam pendekatan dan membangun kepercayaan masyarakat dengan klien.
Dalam asesmen, praktikan melakukan wawancara mendalam dengan keluarga penyandang disabilitas dan mendapati beberapa keluarga penyandang disabilitas yang menolak untuk diwawancarai dan cenderung menutup diri.
Maka dari itu, keterampilan komunikasi sangatlah dibutuhkan. Adapun keluarga penyandang disabilitas yang menerima dengan baik dan berbagi cerita dengan praktikan.
Mereka memiliki akan harapan-harapan, seperti harapan untuk mendapatkan akses pendidikan, kemudahan dalam berkonsul terapis, anaknya tidak dirundung, dan lain-lain.
Dengan data yang sudah kami dapatkan, kami mulai menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah sesuai hasil asesmen dengan bimbingan dari supervisor dan asisten laboratorium. Praktikan menyelenggarakan kegiatan berupa sosialisasi di Kantor Balai Desa Purwosekar bekerja sama dengan kepala desa.
Kegiatan sosialisasi ini menjadi kegiatan perdana di desa yang diselenggarakan khusus untuk penyandang disabilitas.
Sosialisasi tersebut berjudul “Sosialisasi Peran Orang Tua dan Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Disabilitas” dan mengundang pembicara dari Humas UPT Layanan Anak Berkebutuhan Khusus Malang, Dosen Kesejahteraan Sosial UMM,
beserta Ketua dan Humas Paguyuban Disabilitas Kecamatan Tajinan. Praktikan dalam perannya sebagai Pekerja Sosial berperan sebagai Broker, yakni proses menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga atau pihak-pihak lainnya yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan (Edi Suharto).
Oleh karena itu, praktikan menghubungkan keluarga dan atau penyandang disabilitas dengan para pihak professional.
Khususnya, dengan UPT Layanan Anak Berkebutuhan Khusus sebagai pengenalan sarana edukasi dengan dan dengan Paguyuban Disabilitas Kecamatan Tajinan sebagai jaringan sosial yang akan memudahkan dalam pendataan dengan Dinas Sosial Malang yang juga akan berimplikasi dalam pemenuhan bantuan untuk para penyandang disabilitas.
Klik link berikut untuk melihat kegiatan Praktikum II Kelompok 10:
https://www.youtube.com/channel/UC_MzFw1vqROStr6B71si-HQ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H