Mohon tunggu...
Hasna Nisrina H
Hasna Nisrina H Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

just a beginner. happy reading, hope u enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Penerapan Ergonomi Demi Kualitas Kerja yang Baik

23 November 2021   21:51 Diperbarui: 20 Desember 2021   19:50 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sarjanaekonomi.co.id/ergonomi/

Di Indonesia, beberapa perusahaan terbukti telah lolos uji secara administratif di bidang K3. Namun sangat disayangkan bahwasanya pencapaian tersebut tidak diimbagi dengan apa yang seharusnya para karyawan atau pekerja perhatikan, yakni faktor ergonomi. Nah, apa akibatnya jika perusahaan tempat para pekerja tersebut tidak memperhatikan faktor ergonomi? Tentu saja angka kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan tersebut akan meningkat.

Berbicara perihal ergonomi, tentu sangat erat kaitannya dengan K3. Karena kedua hal ini sangat berhubungan erat dalam rangka mencapai tujuan meningkatkan kualitas kehidupan para pekerja di perusahaan tersebut. Karena dengan tingginya kualitas kehidupan para pekerja, pasti akan berpengaruh pada tingkat produktivitas dan kualitas para pekerja di sebuah perusahaan. Dengan  demikian, suatu perusahaan selain harus memahami ilmu manajamen K3, juga diwajibkan untuk mengenal lebih jauh mengenai ilmu ergonomi. Karena sejarah dari K3 sendiri juga tidak terlepas dari peran ergonomic.

Definisi ergonomi menurut para ahli

Menurut Iftikar Z. Sutalaksana (2006) dalam bukunya yang berjudul "Tata Cara Kerja" berpendapat bahwasanya ergonomi merupakan salah satu cabang ilmu sistematis yang memanfaatkan informasi mengenai kemampuan, sifat, dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja. Tentu hal ini bertujuan agar terciptanya kehidupan sistem kerja manusia yang baik, aman, nyaman, efektif, serta efisien.

Kemudian terdapat definisi lain dari ergonomi yang telah disepakati oleh Federasi Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) pada tahun 2000 yang menyatakan bahwasanya ergonomi merupakan suatu disiplin ilmu yang penting untuk diperhatikam karena erat kaitannya dengan interaksi antar manusia dan elemen lain dalam sebuh sistem serta profesi yang sekiranya membutuhkan pengaplikasian dari teori, prinsip, data, dan metode. Hal ini dirancang guna mencapai tujuan kesejahteraan manusia dan sistem kerja yang lebih optimal.

Sedangkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 mendefinisikan bahwa ergonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Sehingga bisa dijabarkan lebih luas bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerja dengan kondisi tubuh mereka dengan tujuan meminimalisir stress yang akan mereka hadapi. Maka dari itu, Departemen Kesehatan RI menyarankan bahwa diperlukan penyesuaian ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh pekerja agar sesuatu yang diharapkan tidak terjadi seperti cidera ataupun kecelakaan pada manusia.

Ergonomis merupakan sifat dari ilmu ergonomi yang mana merupakan sifat dari suatu ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia tehadap pekerjaan yang sedang dilakukan. Adapun penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja berada dalam kondisi terbaiknya ketika melakukan suatu pekerjaan. Tentunya dalam mewujudkan ergonomi kerja diperlukan suatu kerja sama yang baik diantara semua pihak yang terlibat.

Adapun diantaranya beberapa ergonomi kerja yang harus diperhatikan para pekerja agar terhindarkan dari bahaya kerja. Yaitu:

1. Posisi dalam bekerja

Posisi disini terbagi menjadi posis duduk dan berdiri. Adapun pada posisi duduk pekerja diharuskan menggunakan kursi yang simetris atau stabil, dan juga dengan posisi badan yang tegak menghadap ke depan, dan kaki jangan sampai terbebani oleh berat tubuh

2. Proses Kerja

Ketika melakukan pekerjaan, proses juga ikut mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja, Adapun beberapa ergonomi kerja ketika proses kerja yang harus diperhatikan ketika proses kerja berlangsung, diantaranya yaitu:

  • Tidak melakukan gerak atau aktivitas yang tidak diperlukan
  • Melakukan peregangan otot sesaat setelah bekerja
  • Memakai sepatu yang nyaman saat bekerja

3. Tata letak tempat kerja

Tata letak disini sangat berkaitan dengan proses kerja, Demi mencapai kondisi pekerja yang ergonomi dalam tentu diperlukan proses pengaturan dalam proses tata letak ruangnya. Misalnya, penempatan meja kerja yang terlalu mepet dengan dinding dikhawatirkan memberi ketidaknyamanan kepada pekerja dan akhirnya mempengaruhi produktivitas atau bahkan keselamatan kerjanya.

4. Mengangkat beban

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya proses dalam bekerja sangat erat kaitannya dengan proses angkat-mengangkat beban. Adapun cara mengangkat beban juga perlu diperhatikan agar tidak memicu adanya kecelakaan kerja, karena jika beban yang dibawa terlalu berlebihan maka akan mengakibatkan adanya cidera tulang atau punggung. 

Dengan demikian Organisasi Buruh Internasional yang merupakan wadah yang menampung isu buruh internasional dibawah naungan PBB menetapkan aturan untuk berat beban maksimal yang harus diangkat. Misal beban yang bisa diangkat bagi laki-laki dewasa beban maksimal 40 kg, sedangkan untuk laki-laki berusia 16-18 tahun maksimal sekitar 15-20 kg. Lalu untuk wanita dewasa beban yang bisa diangkat maksimal sebesar 15-20 kg.

Contoh adanya penerapan ergonomi di tempat kerja diantaranya yaitu:

  • Adanya suara bising di tempat kerja

Kebisingan tentu sangat berdampak buruk pada indera pendengaran yang berujung timbulnya gangguan komunikasi dan kesalahpahaman di antara pekerja. Disisi lain, kebisingan juga mampu memunculkan efek psikos seperti terganggunya perasaan atau merasa tidak nyaman dalam diri karyawan. Dalam kasus ini, tingkat kebisingan perlu dikurangi, namun apabila tidak bisa, maka karyawan wajib dibekali alat pengaman indera pendengaran sesuai standar K3.

  • Kurangnya kegiatan olahraga dan kesegaran jasmani di tempat kerja

Para pekerja biasanya dituntut agar meiliki tingkat produktivitas yang tinggi, namun aktivitas berolahraga guna terjaga kesehatan dan jasmaninya kurang diperhatikan, tentu hal ini akan berdampak buruk pada kualitas dan produktivitas kerja karyawan itu sendiri, seperti mudah lelah, dan sakit. Dalam hal ini, pihak perusahaan seharusnya memberi perhatian penuh kepada pekerjanya dengan melakukan pembinaan dan pemeriksaan terkait kesehatan karyawannya seperti melakukan aktivitas olahraga senam, bersepeda, ataupun aktivitas olahraga lainnya di perusahaan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun