Pagi itu aku hanya merebahkan diri, menatap langit-langit kamar. Aku sangat bosan, sekolah diliburkan selama seminggu. Selama itu sepertinya aku akan menghabiskan waktu di kamar.Â
Tapi, pikiran itu langsung hilang saat ibu mengetuk pintu kamarku. Ia masuk sembari tersenyum manis padaku. Ibu menyuruhku untuk bersiap-siap karena ibu bilang, ia ingin pergi ke tempat kakek.Â
Aku tak pernah bertemu kakek selama aku hidup. Aku sangat bersemangat mendengar hal tersebut. Ternyata, tak hanya keluargaku yang akan melihat kakek, keluarga pamanku juga ikut.Â
Sangat disayangkan, nenek tak bisa ikut karena tiba-tiba ia ada urusan penting. Padahal, aku rasa akan lebih menyenangkan jika nenek juga ikut.Â
Selama di perjalanan, aku menikmati angin lewat jendela mobil. Musik yang diputar sangat cocok untuk berkendara. Tak ada rasa mual sedikitpun.Â
Ditengah-tengah perjalanan, lalu lintas kendaraan menjadi macet. Karena tak ingin sampai disana terlalu malam, kami memutuskan untuk mencari jalan yang lain.Â
Sungguh tidak beruntung diriku, niat hati ingin mencari jalan pintas, malah kembali terhambat. Dihadapanku terdapat tumpukan tanah, sepertinya baru saja terjadi longsor.Â
Namun, tak lama kemudian jalan kembali terbuka setelah dibersihkan bersama. Tak butuh cukup lama untuk mengangkut tanah-tanah tersebut.Â
Perjalanan pun dilanjutkan. Sebelum ke rumah kakek, tentu kami membeli buah-buahan dan makanan lainnya. Karena kakek sedang sakit.Â
Saat sampai disana, ternyata keluarga dari paman sudah lebih dulu sampai. Aku memasuki rumah kayu, menapakkan kaki pada karpet di lantai.Â