Mohon tunggu...
Nisrina Sri Susilaningrum
Nisrina Sri Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Great Learner

Great Learner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Kuliner] Menjadi Ekstrim Akibat Makanan Ekstrim

6 Juni 2016   23:54 Diperbarui: 7 Juni 2016   00:02 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku amat malu untuk mengakui bahwa apa yang dikatakan ayah benar adanya. Aku tahu ada yang salah dengan diriku, namun sepertinya hati nuraniku kalah oleh rasa makanan yang amat menggoda lidahku. Dan itu amat buruk, aku bisa merasakannya, ya karena mimpi itu datang setiap saat.

Aku ingat-ingat lagi, mimpi itu selalu datang di malam setelah aku menyantap makanan ekstrim tersebut.

Dan kurasakan akhir-akhir ini, sosok yang mengejar-ngejarku dalam mimpi semakin kerap datang. Tak peduli siang atau malam, setiap selesai santap ekstrim, selalu saja kantuk datang, dan sosok itu semakin lama semakin dekat, namun belum pernah sampai padaku.

Orang tuaku sudah angkat tangan, mereka benar-benar membiarkanku larut dalam duniaku sendiri sambil terus mendoakanku. Aku tahu itu.

Pernah aku melihat mereka berdua sedang sholat malam, walau lirih aku mendengar mereka menyebut namaku. Entah mengapa hatiku tak tergerak sama sekali untuk berubah, juga tak merasa kasihan pada mereka.

Tiba saatnya aku kuliah, dan ini adalah hal yang amat menggembirakan bagiku. Aku tak perlu kost, karena kampusku tak begitu jauh dari rumah. Teman-temanku bertambah, dan pergaulanku semakin luas. Hobiku tentang kuliner ekstrim semakin terbuka luas pemenuhannya.

Namun anehnya, mimpiku itu jarang datang lagi. Padahal saat ini, semakin sering aku mendatangi pusat-pusat kuliner ekstrim.

Aku hanya merasa, keadaan ini takkan lama. Karena setiap bangun dari tidur seperti ada yang mengintip dari sudut benak. Entah aku yang melupakan mimpiku, ataukah mimpiku yang ingin bersembunyi sejenak dariku?

Siang itu, saat aku berjalan sendiri di koridor kampus, aku mendengar suara,

“Tunggu sebentar lagi, Ga!” reaksiku segera menoleh, tapi tak ada siapa-siapa di sekitarku. Aku tercenung, angin lembut berdesir di belakang tengkuk. Tanpa sadar aku mengusap tengkuk dan berjalan dengan cepat menuju ruang auditorium, tempat kuliah umum oleh dosen tamu digelar.

Materi kuliah kali ini adalah tentang makan dan dimakan dalam hubungannya dengan perpindahan energi dari mangsa ke pemangsanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun