Aku tak percaya. Sewaktu aku memeriksakannya seminggu lalu, dokter di balai desa mengatakan bahwa ayahku sehat dan hanya membutuhkan istirahat untuk penyembuhan influenza-nya. Lantas dari mana datangnya sakit yang menyerang jantung ayahku dan membuatnya mati?
Alarm tanda bahaya yang ada di otakku mulai berbunyi, dan semakin lama semakin nyaring melengking.
Aku merasa déjà vu.
Â
Desember ke-6, 2015.
Cerita sebelumnya: Jeritan Sukma.
Untuk membaca episode peserta fikber sebelumnya, silahkan menuju link yang ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H