Tak lama kemudian semua kebingunganku terjawab. Orang-orang datang beriringan membopong tubuh yang telah kaku. Tak sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka, raut muka mereka begitu kelam, diam dengan kepedihan yang sama dengan ibuku.
Semakin penasaran, kudekati mereka, dan anehnya tubuhku bergetar dengan sendirinya. Semakin dekat dengan tubuh itu, semakin bergetar tubuhku. Sekilas kuingat baju yang dikenakan tubuh kaku itu. Spontan kulihat tubuhku sendiri. Karena masih ingin meyakinkan lagi, kulihat baik-baik tubuh yang penuh darah itu.
Wajah itu...!!!
Itu wajahku...! Tubuhku langsung melorot. Kilasan peristiwa di perempatan tadi membayang bak film yang diputar di layar tancap. Ya, Allah... Jadi... aku ini, apa?
Sebuah bingkisan mungil tiba-tiba terjatuh dari tubuh yang telah kaku itu, disertai sayup-sayup suara tangis yang hanya terdengar oleh burung malam.
Â
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akunFiksiana Community
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H