Mohon tunggu...
Nisrina Luthfy Nur Adilah
Nisrina Luthfy Nur Adilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Kedokteran yang antusias dengan literatur klasik dan filsafat. Menggabungkan ilmu medis dengan refleksi filosofis dan kekayaan sastra untuk memperkaya pandangan hidup. Segala buah pikiran akan saya dengar dan coba pahami.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

#2 Shadow Forest, Psikologi Analitik Jung

12 Agustus 2023   11:43 Diperbarui: 12 Agustus 2023   11:46 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana Bayang-bayang Terbentuk

Suatu hal yang ditolak oleh ego dan kesadaran akan menjadi bayang-bayang. Suatu hal yang diterima secara positif akan diidentifikasikan menjadi bagian dari ego dan persona. Jadi, dapat dikatakan bahwa bayang-bayang ini merupakan aspek yang tidak diterima dan tidak cocok dengan ego, kesadaran dan persona. Kepribadian dari bayang-bayang ini bersifat tersembunyi dari indrawi penglihatan dan biasanya hanya muncul pada keadaan tertentu. Dunia cenderung tidak mengetahui “pribadi” dari bayang-bayang tersebut. Kebalikan dari bayang-bayang, persona tampak lebih nyata dan mampu memainkan peran untuk beradaptasi dengan dunia sosial.

Bayang-bayang dan persona bisa dianalogikan layaknya saudara, tetapi keduanya merupakan keterbalikan. Persona itu terbuka di dunia sosial dan bersifat rasional, sedangkan bayang-bayang itu tersembunyi dan bersifat emosional. Bayang-bayang dapat dikatakan sebagai subkepribadian yang menginginkan sesuatu, tetapi terhalang dan tidak diperbolehkan oleh persona.

Ego yang mengidentifikasikan dirinya dengan persona dan menerima sifat-sifatnya, sisi bayang-bayang ini akan cenderung dianggap suatu hal yang berbau busuk. Jika seseorang berusaha penuh untuk mengurung bayang-bayangnya, hidupnya memang akan patut dan baik, tetapi akan sangat tidak lengkap. Namun sebaliknya, jika seseorang berusaha membuka diri terhadap bayang-bayangnya, maka akan menyebabkan seseorang tersebut ternoda dengan imoralitas atau penyimpangan moral, tetapi akan memiliki derajat keutuhan yang lebih besar. Yang perlu kita garis bawahi dari hal tersebut adalah untuk tidak terlalu berlebihan dalam mengurung maupun membuka diri terhadap bayang-bayang, secukupnya.

Pada pembahasan ini telah selesai kita memasuki wilayah bayang-bayang. Untuk pembahasan selanjutnya, mari kita berpetualang di wilayah persona, topeng yang kita gunakan untuk menghadapi lingkaran sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun