Indonesia oil prices are creeping up. This is causing fuel increase In Indonesia.
Apa si alasan dari kenaikan dari BBM ini? Pasti dari kita semua bertanya-tanya tentang apa si alasan dari kenaikan bbm ini, oke dari yang saya ketahui saya menemukan bahwa alasan dari naiknya harga bbm ini dari kebijakan pemerintah Indonesia menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan alasan dikarenakan sekitar 70% subsidi BBM yang menikmati adalah kelompok masyarakat mampu, dan lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati kelompok masyarakat mampu, yaitu pemilik mobil pribadi, ujar Pak Jokowi. Yang disebut pengamat ekonomi sebagai upaya "yang tidak tepat dan salah sasaran".
Dan akhirnya pemerintah Indonesia mulai mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi setelah berminggu-minggu spekulasi, dalam langkah yang disebutkan oleh bapak Presiden kita yaitu Pak Joko Widodo sebagai "pilihan terakhir pemerintah".
Mulai Sabtu (03/09) pukul 16:30 (WIB), berlaku kenaikan harga bagi beberapa jenis BBM bersubsidi.
Harga Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp.10.000 per liter.
Harga solar subsidi naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp.6.800 per liter.
Sementara itu harga BBM non subsidi Pertamax naik dari Rp.12.500 menjadi Rp14.500.
Menurut saya tindakan ini kurang tepat ya, kenapa? karena disini yang terkena dampak yang besar adalah masyarakat kurang mampu, dan masyarakat yang kurang mampu agak keberatan untuk kenaikan BBM ini dan saya juga keberatan karena ke 2 orang tua saya dan kakak saya pengguna BBM juga orang tua saya dan kakak saya ketiganya mengendarai sepeda motor untuk pulang dan berangkat untuk kerja, dan juga untuk ojek online. Karena ini bisa saja tidak mencukupi hidup dalam sehari jika harga BBM naik, dan BBM sudah menjadi kebutuhan untuk sepeda motor,angkot, dan lain-lain.
Selama beberapa minggu ke belakang, dari beberapa menteri Pak Jokowi telah memberi sinyal akan perlunya menaikkan harga BBM dikarenakan beban subsidi yang cukup begitu besar pada keuangan Negara.
Namun Pak Jokowi sudah beberapa kali menunda langkah tersebut, dengan alasan perlu perhitungan lebih hati-hati akan dampak dari menaikan BBM ini.
Bapak Presiden kita mengatakan pemerintah memutuskan untuk mengalihkan sebagian subsidi BBM ke berbagai bentuk bantuan yang lebih tepat sasaran dan dialihkan ke berbagai bentuk bantuan sosial.
Pemerintah akan memberikan Rp150.000 per bulan selama empat bulan, mulai September 2022 kepada 20,65 juta keluarga tidak mampu.
Anggaran pemerintah untuk BLT ini sebesar Rp12,4 trilun.
Kemudian, bagi pekerja dengan gaji maksimum Rp3,5 juta per bulan, akan diberikan bantuan subsidi upah sebesar Rp600.000 yang dibayarkan satu kali. Untuk bantuan ini, pemerintah menganggarkan 9,6 triliyun untuk 16 juta pekerja.
Pak Presiden Jokowi menambahkan, ia telah memerintahkan pemerintah daerah untuk menggunakan 2% dana transfer umum sebesar Rp2,17 triliun rupiah untuk bantuan angkutan umum,ojek online,dan nelayan.
"Pemerintah berkomitmen untuk agar penggunaan subsidi, yang merupakan uang rakyat, harus tepat sasaran."
"Subsidi harus lebih menguntungkan untuk masyarakat yang kurang mampu" kata Pak Jokowi
Tetapi biasanya ada yang tidak menerima bantuan tersebut, dikarenakan sebagian besar orang yang tidak mampu jarang sekali ada yang memiliki alat elektronik. selama ini masyarakat sudah sering mengkritik penyaluran bantuan sosial yang tidak tepat sasaran. Kekurangan dan ketidaksesuaian data biasanya menjadi masalah utama. Di lapangan tak semua masyarakat miskin masuk ke dalam daftar penerima bantuan sosial terbaru, termasuk masih menyasar kepada kelompok mampu. Dan seharusnya harus ada yang menindaklanjuti untuk urusan seperti ini agar orang yang kurang mampu bisa mendapatkan bantuan sosial juga.
Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi ini juga bukan hanya menyasar kelompok kurang mampu, tapi juga menengah, termasuk industry.
"Keputusan menaikkan BBM bersubsidi itu menjadi resiko besar yang akan mempertaruhkan reputasi pemerintah, reputasi Pak Jokowi."
BLT itu tidak mengurangi dampak negative kenaikan BBM bersubsidi. Sakitnya tetap dirasakan, ibarat, "semua orang digebuki, sebagian dikasih permen," kata Piter.
Dan Piter mengatakan pemerintah masih bisa mengambil opsi lain dengan tidak menaikkan BBM bersubsidi. Di antaranya tetap menahan harga BBM bersubsidi seperti saat ini, karena pemulihan pereknomian masih berlanjut hingga tahun-tahun mendatang. Menurutnya 'perlebaran defisit (APBN) itu nggak besar-besar banget".
Kedua, membuat produk bahan bakar baru antara Pertalite dan Pertamax. Cara ini pernah dilkukan saat pemerintah menghapus produk BBM Premium dengan RON 88. "Dengan cara ini, orang tidak berbondong-bondong belinya Pertalite, karena ada pilihan yang lebih baik," katanya.
Dan menurut saya pribadi, saya setuju dengan pendapat yang ke 2 dikarenakan kita tidak perlu menaikkan harga BBM dan dengan cara mengganti produk BBM dengan bahan lain yang penggunaannya sama dan bisa lebih terjangkau dan mungkin bisa ramah di lingkungan dan mungkin bisa diterapkan lagi dengan cara ini, namun mesti ada beberapa orang yang tidak setuju dan berbeda pendapat dengan kita tetapi balik ke diri masing-masing untuk lebih cermat memilih pilihan dan tindakan kita. Untuk itu mungkin dan daripada menaikkan lebih baik dan agar juga lebih hemat kita bisa memakai opsi ke 2 untuk pilihan dari menaikkan BBM atau mengganti bahan untuk bahan bakar.
Dan untuk opsi dengan menaikkan BBM adalah juga keputusan yang kurang tepat dikarenakan menurut saya bagi masyarakat menengah dan masyarakat kurang mampu, ini masih keberatan soal harga BBM ini, BBM ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari tetapi masih terlalu mahal dengan harga yang diberikan oleh pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H