Antusias masyarakat dalam berkunjung ke tempat bersejarah, salah satunya dari pihak-pihak sekolah yang berkunjung dengan siswa-siswinya untuk menambah wawasan tentang tempat bersejarah. Range usia yang berkunjung dari TK hingga SMA, mereka bisa mengenal dan mengingat sejarah sebelum proklamasi dan sesudah proklamasi. Namun hal tersebut terjadi sebelum pandemic, berbeda dengan sekarang range usia yang datang ke Monumen dan Museum PETA ialah umum karena pembelajaran daring, dimana waktu banyak dihabiskan dengan keluarga. Jadi, banyak orang tua yang mengajak anaknya mengunjung ke tempat bersejarah dengan keluarga.
Ada beberapa sekolah juga berkunjun dengan virtual melalui zoom. Guru yang menyiapkan perangkat dan pemandu yang menjelaskan apa saja benda di dalam museum tersebut. Tempat ini sangat menerima kunjungan virtual dan tidak banyak memungut biaya. Masuk ke tempat ini terbilang tergolong murah, dengan Rp 10.000 kita bebas untuk  berkunjung dan diberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi sejarah Monumen dan Museum PETA.
Monumen dan Museum PETA ini dibangun sebagai sumber rekreasi, pembelajaran, dan informasi. Karena Pendidikan itu sangat penting, sejarah pun juga tidak kalah pentingnya sebagai akhlak manusia untuk Indonesia maju. "Kami mengaharapkan bagi pengunjung yang telah berkunjung ke Museum PETA, rasa Nasionalisme dan Patriotismenya tumbuh, kalau yang tadinya hanya cuek tentang sejarah Indonesia, setelah melihat Monumen PETA pikirannya terbuka tentang perjuangan para tentara-tentara PETA yang telah berjuang untuk Indonesia. Di era sekarang, kami hanya bisa memberikan dan menguatkan iman mereka dengan dasar-dasar agama yang kuat dan sejarah yang bagus." Ujar Ibu Yulis sebagai Pemandu Monumen dan Museum PETA.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI