♦♦♦
Hari ke tiga pernikahan kami, aku masih menikmati cuti dari kesibukanku menjadi pengajar di salah satu SMA swasta di Jakarta Selatan. Menjadi istri adalah status baru yang tengah ku nikmati, tapi baru sehari kami menikah kak Mario sudah kembali bekerja.
♦♦♦
Hari ini aku mau masak ayam sambal ijo, masakan yang lumayan aku bisa, maklum aku ngga terbiasa memasak, ibuku yang selalu memasak, kalau aku sih paling masak air ketika bapakku minta dibuatkan kopi dengan air mendidih. Tapi sekarang aku tengah menyiapkan sarapan nasi goreng telur dadar untuk sang suami terkasih. Loh, ku tengok kak Mario di kamarnya, kak Mario masih tertidur pulas padahal sekarang sudah jam tujuh, biasanya jam segini ia sudah rapi dengan kemejanya.
"Kak...kak...bangun kak, emang kak Mario ngga kerja" kubangunkan suamiku dengan lembut plus kecupan di keningnya.
"Eh...istriku sayang, hari ini aku ngga ngantor ah, aku mending di rumah bercanda sama bidadariku yang paling cantik" kak Mario membuka matanya bersamaan dengan kata-katanya yang membuatku malu.
"Sini-sini, suamimu mau peluk kamu dulu, cantik banget sih kamu, istri ciapa cih...istri Mario Satrio gitu loh, he...he..." kak Mario masih saja merayuku.
"Ih...jelekkkk, ayo bangun, nasi gorengnya udah siap tuh" balasku sambil menarik tangannya dari tempat tidur.
♦♦♦
Sabtu ini, tepat tiga bulan aku berumah tangga dengan kak Mario, semakin hari rasanya hari-hari kami semakin indah, kak Mario ternyata sangat menyayangiku lebih dari yang aku tau sebelum kami menikah. Sewaktu aku demam sepekan yang lalu, kak Mario menangis lantaran sedih aku sakit, ia setia menjagaku, menyuapiku serta mengompresku. Sewaktu aku sakit ia yang memasak, mencuci serta membereskan rumah. Padahal aku kan sakit tak separah itu, tapi cintanya padaku yang membuatnya begitu.
Hari sabtu ini kak Mario tetap saja ke kantor, biasanya ia sudah pulang jam satu, tapi sudah jam lima belum pulang juga. Ah, aku telfon dia. Belum juga aku menelfonnya, kak Mario sudah tiba di rumah, namun dengan tergesa ia langsung menuju ke kamar.