laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."(Q.S. Al-Furqaan:53)
"Dan Dialah yang membiarkan dua"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." (QS. ar-Rahman [55]: 19-22).
Dua penggalan ayat diatas merupakan salah satu bukti kemukjizatan kitab suci agama islam yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan saintifik. Keduanya menunjukkan salah satu lokasi yang menghubungkan Benua Afrika dan Benua Eropa, yaitu Selat Gibraltar.Â
Selat Gibraltar (bahasa arab : jabal thoriq, bahasa spanyol: estrecho de gibraltar)Â
adalah selat yang memisahkan benua eropa dan afrika, tepatnya antara negara Spanyol di sebelah utara dan Maroko di sebelah selatan. Â Selat ini diambil dari nama panglima perang Bani Umayyah yang memimpin 7000 prajurit islam pada tahun 92 Hijriah/ 711 M pada masa penaklukan Andalusia. Beliaulah Thariq bin Ziyad, seorang panglima pada pemerintah Daulah Bani Umayyah yang lahir dari bangsa Barbar. Pada penaklukan Spanyol oleh Islam, Pasukan Islam bergerak hingga menyeberangi sebuah selat hingga berhenti di salah satu bukit. Kemudian Thariq bin Ziyad memberikan pidato kepada pasukannya, Bukit yang menjadi tempat berpidato itulah yang kemudian dinamakan Jabal Thariq atau Gibraltar. Sehingga yang semula bernama Selat Hercules, pemisah antara benua Afrika dan Eropa menjadi Selat Gibraltar.
Tempat Bertemunya Dua Jenis Air LautÂ
Selat Gibraltar menghubungkan dua perairan, yaitu Samudra Atlantik dan Laut Tengah/Mediterania. Akibat pertemuan kedua perairan tersebut, maka terjadilah fenomena alam yang unik, yakni munculnya batasan atau garis diantara keduanya yang membuat seolah Selat Gibraltar terbelah. Fenomena tersebut dinamakan halocline.
Secara saintifik, fenomena terbelahnya perairan tersebut karena perbedaan karakteristik, suhu air, kadar garam, dan kerapatan air (density) yang berbeda. Dalam buku 'Alquran vs Sains Modern menurut Dr Zakir Naik' karya Ramadhani dkk, seorang ahli oseanografi bernama Francis J Cousteau pernah menyampaikan laporannya sebagai hasil pengkajiannya terhadap fenomena alam tersebut.
 Apa kata peneliti?
"Kami mempelajari pernyataan peneliti tertentu tentang penghalang yang memisahkan lautan dan mengamati bahwa Laut Mediterania memiliki salinitas dan kerapatan yang berbeda serta menjadi tempat hunian bagi flora dan fauna yang khas dari tempat itu," jelas Cousteau.
Pihaknya meneliti air di Samudera Atlantik dan menemukan sifat yang sama sekali berbeda dengan Laut Tengah. Awalnya mereka mengira kedua laut yang bertemu di Selat Gibraltar mestinya menunjukkan sifat yang serupa dalam salinitas, kerapatan, dan sifat-sifat lainnya. Namun, kedua laut itu menunjukkan sifat berbeda walaupun keduanya berdampingan. Hal tersebut sangat mengherankan. "Sebuah tabir ajaib mencegah keduanya bercampur. Tabir serupa juga diamati di Bab Al Mandab di Teluk Aden yang bertemu dengan Laut Merah," tambahnya.
Selat Gibraltar: Ayat Kauniyah Surat Arrahman dan Al-FurqanÂ
Dan hebatnya lagi, ternyata fenomena tersebut telah digambarkan dalam ayat Quran sekitar 14 abad yang lalu dimana belum ada penelitian dari para ahli oseanografi. Dalam Surat Al-Furqon telah disebutkan bahwa keduanya memiliki sifat yang berbeda, antara tawar segar dengan asin lagi pahit. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Francis J Cousteau. Selain itu, dalam Al-Furqon telah dijelaskan pula terdapat batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing, oleh karena itu Lautan di perairan Selat Gibraltar terlihat seperti terbelah dan tidak menyatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H