Di masa pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini, membuat para anak kecil, remaja, orang dewasa, orang tua, bahkan (mungkin) lanjut usia, semakin mendekatkan diri kepada ilmu teknologi modern berupa ponsel pintar. Tidak dapat dihindari, segala kegiatan yang dilakukan di rumah terkadang membuat kita merasa bosan. Ingin bermain keluar dibatasi, menonton saluran televisi tidak selalu menghibur, lalu hal yang akhirnya dilakukan adalah melarikan diri pada ponsel pintar.
Tidak dapat dipungkiri lagi memang, alat genggam yang satu ini bisa melakukan dan menyediakan banyak hal, meskipun bentuknya kecil. Hanya dengan terhubung ke internet, kita bisa dengan mudah terhubung dengan pengguna lain, menemukan beragam informasi, berbagai hiburan, ajang berkarya dan berbisnis, bersosialisasi secara daring, dan banyak hal lainnya.
Media sosial seperti Twitter, Tiktok, Instagram, dan lain sebagainya kini sangat banyak digemari oleh para remaja, orang dewasa, bahkan anak kecil. Terbukti menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi di Indonesia mencapai 226 juta, sehingga user internet diperkirakan adalah 198 juta pengguna dengan penetrasi 73,7 persen atau naik sekitar 8,9 persen sekitar 25,5 juta pengguna dibandingkan dengan tahun 2018 lalu.
Namun sayang sekali, pengguna (netizen) Indonesia menempati kedudukan pengguna tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan oleh Digital Civility Index (DCI) dalam riset yang dirilis oleh Microsoft. Indonesia menempati posisi ke-29 dari 32 negara dengan skor 76 dari 100 poin sebagai negara tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan banyaknya hoax dan penipuan, ujaran kebencian, juga diskriminasi yang dilakukan oleh netizen yang tidak bijak dan tidak bertanggungjawab.
Kemudian, akun instagram resmi milik Microsoft pun diserang oleh para netizen Indonesia, sehingga Microsoft harus menutup kolom komentar. Ini semakin memberikan bukti bahwa netizen Indonesia memang menyandang gelar tersebut. Padahal jika bertemu secara langsung, orang Indonesia selalu dikenal dengan sikap ramah, sopan, dan baiknya.
Hal ini sangat disayangkan sekali. Maka dari itu, kita harus sangat bijak dalam menggunakan jari kita dalam mengungkapkan pendapat. Jangan karena kita tidak mengenal atau bertemu dengan pengguna lain, kita bisa berbuat seenaknya. Dimanapun dan kapanpun, etika dan adab tetap harus dijunjung tinggi. Saling menghargai dan menghormati perbedaan bukanlah hal yang sulit jika kita bisa berpikir terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H