Mohon tunggu...
Nisha Nurhanisa
Nisha Nurhanisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Book

Memotret Realitas Ala Ko Hyeong Ryeol

20 Juni 2023   20:52 Diperbarui: 20 Juni 2023   21:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antologi puisi ini ditujukan kepada pembaca Indonesia yang sebelumnya hanya mendapatkan gambaran Korea Selatan dari permukaan saja, puisi pada antologi ini berusaha untuk menyelami lebih dalam ke dasar persoalan masyarakat dengan goresan luka dan kepedihan, bagaikan goresan silet yang ditaburi oleh butiran garam. Keresahan, kepedihan, dan kepahitan sebuah negeri impian yang dihantui oleh warna hitam legam yang mengerikan itu memberikan kita kesadaran tentang humanisme. Walaupun persoalan itu tidak terjadi di negeri kita Indonesia, tetapi nilai-nilai yang terkandung dapat menjadi bahan refleksi.

Ko Hyeong Ryeol membagi bagian antologi puisinya dengan empat bagian yang masing-masing bagiannya diisi oleh lima belas puisi. ke enam puluh puisi yang terkumpul tersebut dapat kita ambil benang merahnya, yaitu tema yang diangkat adalah persoalan yang berkaitan dengan sejarah, politik, masalah sosial, permasalahan eksploitasi lingkungan alam, dan refleksi personal dari penyair terhadap nilai-nilai kehidupan.

Marilah kita bahas salah satu puisi yang menyoroti masalah sosial yang terjadi di Korea, yaitu puisi berjudul "Lelaki di Atas Atap Tinggi". Puisi ini berbicara tentang penderitaan atas tekanan tinggi secara sosial yang dirasakan oleh orang-orang Korea. Fenomena Hell Joseon dan kesenjangan sosial dan bunuh diri di negeri ginseng ini menjadi isu sosial yang kehadirannya tertutup oleh megahnya pembangunan infrastruktur, industri, dan gemerlapnya dunia hiburan Korea yang sudah menembus kancah internasional. Hell Joseon itu sendiri adalah istilah yang muncul dan populer sebagai bentuk keluhan dan keresahan terhadap ketidaklayakan dunia kerja yang memberikan tekanan besar pada orang-orang Korea tanpa bayaran yang setimpal. Belum lagi, terhadap persoalan lain yang sifatnya lebih tersembunyi, yaitu ketatnya persaingan sosial yang terjadi antara penduduknya menjadi faktor terjadinya kesenjangan yang terjadi di Korea, seperti persaingan yang ketat untuk masuk ke dunia pendidikan dan hiburan.

Bahasa puisi ini seolah-olah tak menunjukkan tentang sesuatu yang berkaitan dengan "kesenjangan sosial" karena penyair memperhalus bahasanya dengan menggunakan imaji yang dapat dirasakan dan personifikasi. Namun, pada diksi "Loncat", yaitu pada larik Seorang lelaki berdiri di atas atap tinggi/ Alas atap tinggi itu panas seolah membakar/ Kalau tidak terbang/ Mungkin dia loncat ke bawah/ Sepertinya tak ada jalan lain kecuali jalan itu/ Di atas atap tinggi// ("Lelaki di Atas Atap Tinggi", Ryeol, hlm 118-119) kita menjadi tercerahkan tentang kemana arah pembicaraan penyair Ko.

Penyair disini menjelaskan begitu kerasnya persaingan untuk mencapai kedudukan tinggi di Korea, kalau kedudukan itu tidak dapat dicapai tidak menutup kemungkinan bahwa bunuh diri menjadi solusi untuk mendapatkan ketenangan. Karena bagi sebagian mereka tidak ada jalan lain untuk mencapai kesejahteraan hidup selain mendapatkan kedudukan tinggi, baik itu di bidang pendidikan maupun karir.

Puisi demi puisi yang tertulis dalam antologi puisi Ikan adalah Pertapa ini tidak hanya memiliki maksud yang hanya bersifat tunggal. Namun, di setiap tanda-tanda yang terdapat di dalam puisi tersebut memiliki milyar-milyar, juta-juta makna yang berbeda dari berbagai penjuru arah. Setiap pembaca pasti memiliki interpretasi tersendiri terhadap puisi yang dibaca dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang ia rasakan. Saya sendiri sebagai pembaca puisi KO mengamini bahwasanya Ko Hyeong Ryeol adalah seorang penyair terkenal yang memiliki mata tajam bagaikan pisau dalam memotret realitas yang terjadi di negaranya, Korea Selatan. Antologi puisi ini dapat dibilang sebagai bahan bacaan yang cukup memerlukan ketajaman analisa terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di Korea Selatan juga memerlukan pengetahuan yang mumpuni untuk dapat memaknai puisi demi puisinya, sehingga antologi ini cocok dibaca oleh kalangan tertentu yang memiliki ketertarikan terhadap sastra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun