Mohon tunggu...
Nisha Nurhanisa
Nisha Nurhanisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Book

Memotret Realitas Ala Ko Hyeong Ryeol

20 Juni 2023   20:52 Diperbarui: 20 Juni 2023   21:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Ikan Adalah Pertapa

Penulis : Ko Hyeong Ryeol

Penerjemah : Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah

Tahun Terbit : 2023

Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tebal : xxiii + 259 halaman

Jika berbicara perihal Korea Selatan atau biasa kita kenal dengan sebutan negeri ginseng, pikiran kita akan tertuju kepada negara yang diimpikan dan diidamkan oleh para kawula muda. Keindahan dari Korea Selatan seakan-akan memberikan kesan tersendiri bagi penduduk Indonesia. Namun, ihwalnya suatu negara yang dipimpin dan diduduki oleh seorang manusia, tentunya memiliki keelokan yang akan selalu beriringan dengan sisi kelam nan memprihatinkan. Kondisi tersebut pada akhirnya memang bisa kita rasakan dan sadari secara langsung. Begitu juga dengan seorang penyair asal Korea Selatan, bernama Ko Hyeong Ryeol yang menyadari dan merasakan kondisi tersebut juga terjadi di negaranya, dengan kesigapan dan ketajaman mata, ia merekam kondisi tersebut dan menuangkannya ke dalam karya sastra, yaitu puisi.

"Puisi hadir bukan untuk dirinya sendiri. Ia hadir tanpa bisa melepaskan diri dari kepeduliannya akan realitas sosial". Demikian ungkapan penerjemah antologi puisi Ikan adalah pertapa, Nenden Lilis Aisyah. Memang begitulah kehadiran puisi, ia berlayar merefleksikan keadaan yang benar-benar terjadi di tengah kehidupan masyarakat, kelahirannya melambangkan bentuk kejujuran yang disalurkan oleh nurani untuk menyadarkan insan dan meluruskan jalan. Kenyataan sosial inilah yang menjadi landasan seorang sastrawan dalam melahirkan karya-karyanya. Jadi, bisa dikatakan bahwa sastra tidak hanya perihal estetika semata, melainkan juga respon terhadap kenyataan sosial, politik, dan budaya.

Kita bisa melihat fenomena tersebut dengan munculnya aliran romantisme di eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Munculnya aliran tersebut merupakan respon dari adanya situasi revolusi industri yang terjadi di inggris dan eropa. Situai tersebut pada akhirnya merubah pola kehidupan dan kebudayaan masyarakat, lalu revolusi Prancis pada tahun 1789 yang menumbangkan sistem monarki dan menggantinya dengan pemerintahan yang didasarkan pada kekuasaan rakyat ("Catatan Penerjemah", Nenden Lilis A., hlm 219). Selain itu juga, bentuk respon terhadap perkembangan teknologi cetak pada abad ke-18 yang membuat penyebaran dari karya sastra dan seni lebih mudah dan cepat, sehingga menciptakan pasar baru yang lebih agung dan meningkatkan permintaan terhadap karya-karya yang baru dan berbeda dari karya sebelumnya.

Begitu pula dengan Korea Selatan, kemunculan sastra aliran kiri, dan aliran nasionalis adalah bentuk dari respon sastrawan terhadap situasi yang sedang terjadi di negerinya yang tentunya tidak terlepas dari dinamika sosial, politik, dan budaya. Fenomena yang terjadi memiliki ikatan kuat terhadap karya yang dilahirkan pada saat itu, terlebih kepada karakteristik itu sendiri ("Catatan Penerjemah", Nenden Lilis A., hlm 219). Maka, karya sastra yang lahir akan mewakili zamannya. Seperti halnya dengan lahirnya puisi-puisi dari penyair yang lahir di Sokcho Provinsi Gangwon tahun 1954, penyair terkenal di Korea, bernama Ko Hyeong Ryeol yang sangat peka merekam dinamika sosial, politik, budaya, sejarah, dan lingkungan alam yang terjadi di negerinya. Melalui antologi puisi Ikan adalah Pertapa yang merupakan kumpulan puisi dwi bahasa (Indonesia-Korea) dan diterjemahkan oleh Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah juga diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) pada tahun 2023 dengan ketebalan 260 halaman itu, KO merekam realitas yang terjadi di negerinya untuk membangunkan kita dari mimpi dan menyadarkan kita dengan kehidupan yang sebenarnya. Puisi-puisi tersebut seolah-olah memberikan kita kacamata lain terhadap hadirnya fenomena keelokan Korea Selatan terlebih kepada budaya populernya yang sering kali menghipnotis kita dari rumit dan pahitnya dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun