Mohon tunggu...
Nisha Nachiar
Nisha Nachiar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Fakta Kebun Binatang yang Belum Kamu Ketahui!

25 Desember 2017   20:13 Diperbarui: 25 Desember 2017   22:36 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebun binatang memegang peran penting atas pengetahuan masyarakat mengenai hewan di alam semesta. Selain meng-edukasi masyarakat, kebun binatang juga menjadi tempat hiburan untuk keluarga. Etapi hanya sedikit dari kita yang menyadari bahwa kebun binatang tidak memberikan banyak manfaat bagi satwa-satwanya. 

Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai binatang menyebabkan masyarakat percaya bahwa, hewan lebih baik ditempatkan di kebun binatang daripada di alam liar. Faktanya, banyak satwa ditemukan sedang menunjukkan tanda-tanda stress karena minimnya ruang gerak yang disediakan oleh kebun binatang dan rasa bosan karena melihat lingkungan yang sama setiap harinya.

Tanda-tanda stress ini dapat dilihat dari perilaku mereka yang tidak alami yang disebut Zoochosis. Zoochosis adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan perilaku stereotip hewan dalam penangkaran. Perilaku stereotip digambarkan sebagai pola perilaku berulang dan berulang tanpa tujuan atau fungsi yang jelas. 

Hewan di kebun binatang atau bentuk penangkaran lainnya menderita stress atau depresi dan menampilkan perilaku yang tidak alami, seperti gajah yang menggeleng-gelengkan kepalanya, singa yang berputar-putar di kandangnya, dan monyet yang melukai dirinya sendiri. Contoh Zoochosis yang pernah ditemukan pada 2 ekor gajah di salah satu Kebun Binatang di Jakarta. Seekor gajah ditemukan sedang berjalan mundur dan gajah lainnya sedang menatap tembok lebih dari 10 menit.

Di beberapa kebun binatang bahkan terdapat berbagai acara untuk menarik pengunjung seperti, penampilan satwa (animal show), foto bersama bayi satwa, dan menunggangi satwa.

Dibalik keseruan yang ditawarkan kebun binatang tersebut, terdapat kesengsaraan yang harus dilalui oleh para satwa. Mereka harus melewati beberapa pelatihan dengan berbagai teknik agar satwa mengikuti perintah pelatih. Teknik yang biasanya dipakai untuk melatih satwa adalah, membuat satwa kelaparan, mengisolasi satwa dari orang tua atau teman-temannya, beberapa dari satwa bahkan disiksa agar satwa takut kepada pelatih.

Setelah satwa merasa lelah dan tidak kuat, baru satwa akan mengikuti perintah pelatih untuk melakukan trick-trick tertentu. Kekejaman pada satwa ini bukanlah hal yang baru. PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) sudah melakukan banyak investigasi dan menemukan banyak bukti kekejaman terhadap binatang di kebun binatang, seaworld, maupun sirkus di berbagai belahan dunia.

Kekejaman ini dilakukan semata-mata hanya untuk menarik pengunjung. Untuk berfoto bersama satwa, beberapa dari mereka harus diberi obat penenang seperti obat pengantuk agar satwa tidak berbahaya bagi pengunjung. Ketika satwa sudah lelah dan mengantuk, satwa akan dipaksa bangun untuk berfoto. Hal ini pernah terekam video oleh salah satu pengunjung di sebuah kebun binatang di Jawa Barat.

Taman Safari Indonesia diduga membius seekor singa untuk digunakan sebagai properti foto para turis.
Taman Safari Indonesia diduga membius seekor singa untuk digunakan sebagai properti foto para turis.
Kebun Binatang yang mengedepankan kepentingan pendapatan seperti ini dapat memberi pengetahuan yang tidak tepat kepada masyarakat. Contohnya adalah kebun binatang mengadakan acara penampilan lumba-lumba maupun gajah untuk menunjukkan kedua satwa tersebut adalah satwa yang cerdas. Ini adalah cara yang salah karena kecerdasan alami gajah dan lumba-lumba bukanlah dalam melakukan trick-tricktersebut. Salah satu contoh kecerdasan gajah adalah mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan bergotong-royong.

Bukan gajah yang mampu menyeimbangkan diri di kursi kecil. Kecerdasan lumba-lumba adalah dapat membantu kawannya dengan cepat jika mereka membutuhkan pertolongan, bukan mampu melompati lingkaran api. Contoh kesalahan pengetahuan lainnya adalah, penelitian membuktikan bahwa Singa dan Macan adalah binatang yang lembut. Tetapi karena banyaknya kecelakaan pelatih yang disebabkan serangan satwa yang yang sedang sengsara di penangkaran, kebun binatang menginformasikan bahwa singa dan macan adalah satwa yang berbahaya.

Banyak dari masyarakat berargumen bahwa kebun binatang baik untuk binatang, karena mereka dilindungi dan diberikan makan tanpa harus berburu. Ini adalah hal yang sangat salah dikarenakan berbeda dengan manusia, hewan diciptakan dengan intuisi dan otot yang kuat untuk berburu. Bila hewan tidak berburu, maka akan menurunkan fungsi otot dan intuisi berburu mereka yang membuat jangka hidup mereka menjadi pendek.

Source : Lionair.org
Source : Lionair.org
Di alam liar, satwa ini dapat menjelajah jauh setiap harinya. Di kebun binatang, mereka hanya dapat berjalan di ruang yang sangat kecil layaknya menjadi tahanan di penjara. Makanan yang disediakan pun biasanya tidak sebanyak makanan yang dapat mereka peroleh di habitatnya. Banyak satwa yang ditemukan sedang meminta makan kepada pengunjung. 

Contohnya adalah seekor gajah yang sedang tertangkap meminta makan kepada pengunjung di salah satu kebun binatang di Jakarta. Gajah ini tertangkap beberapa kali menaikkan belalainya didepan pengunjung. Masyarakat tidak perlu menjadi ahli binatang untuk melihat kesengsaraan yang mereka alami. Masyarakat hanya perlu melihat penangkaran dari sudut pandang para satwa. 

Hewan tidak diciptakan Tuhan semata-mata untuk menghibur dan mengedukasi masyarakat saja. Hewan merupakan makhluk yang diciptakan Tuhan hidup berdampingan dengan manusia dan wajib kita sama ratakan haknya. Melindungi satwa yang terancam punah bukanlah dengan mengurung satwa di suatu tempat yang kita inginkan, tetapi dengan menjaga habitat satwa tersebut. 

Taman Safari yang berada di Afrika adalah contoh yang tepat perlindungan terhadap satwa. Jika masyarakat ingin mempelajari mengenai binatang, masyarakat dapat berkunjung ke habitat asli mereka dan melihat langsung kehidupan mereka di alam liar serta cara mereka bertahan hidup. 

Buku dan TV pun dapat kita jadikan media untuk mempelajari hewan tanpa harus menempatkan mereka di tempat yang sempit dan bukan habitatnya. PETA percaya bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam membela hak satwa dan dapat membantu memberhentikan kekejaman terhadap satwa dengan tidak mendukung bisnis yang melibatkan hewan didalamnya.

Zivotinje.rs
Zivotinje.rs
Bagaimana menurutmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun