Mohon tunggu...
Nise Syarbaini
Nise Syarbaini Mohon Tunggu... -

23 Tahun, pekerja u/ Indonesia di Jakarta, gemar bersepeda, makan es krim,dan mencintai dunia anak :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dhana Widyatmika [Opini Pribadi]

2 Maret 2012   09:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:38 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu PASTI akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yg diberi kitab sebelum kamu dan orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan (Ali-Imran : 186)

Kebiasaan saya setelah tilawah beberapa lembar, maka akan membaca terjemahnya dari ayat terakhir. Dan ayat 186 surat Ali-Imran adalah yang pertama kali saya baca subuh ini. Kaget. Luar biasa kaget. Sepanjang hari Rabu kemarin saya terus mendengar (dan membaca) berita tentang Pak Dhana Widyatmika. Tentang kasus “dugaan” korupsinya yang puluhan milyar itu. Tentang beliau yang disejajarkan kedudukannya dengan Gayus Tambunan. Tentang beliau yang walaupun bukti masih belum jelas, tapi status sudah jelas : tersangka! Ada penolakan ketika pemberitaan media yang over mengenai kasus ini. Beberapa selentingan di kantor-pun terdengar tidak mengenakkan. Terlebih setelah ada teman kantor yang nyeletuk :

DW (Dhana Widyatmika) itu anak Masjid loh! ternyata gitu ya?

Saya cuman beristighfar. Apa benar DW separah itu? sampai menangis saya dibuatnya. Berlebihan? Terserah. Saya merasa ini ujian berat buat instusi kami (Kementerian Keuangan) dan Dien kami : Islam. Dengan embel-embel yang mengikuti sosok DW : Anak Masjid, ngikwah, rajin puasa daud, dsb, saya merasa ada keterikatan secara batin sampai harus menagis. Sebelum pemberitaan media, saya sama sekali tidak tau dengan Sosok DW. Baru Rabu kemarin saya mencoba mencari tau, lewat berbagai media online dan obrolan ringan dengan beberapa teman kantor yang mengetahui sosok DW (saya bekerja di Badan Kebijakan Fiskal, salah satu bagian dari Kementerian Keuangan). Pun ternyata ada Peneliti di kantor saya yang satu angkatan dengan Pak DW saat masih kuliah di STAN dulu. Memang benar, selain Penguasa yang dzolim, media dengan berita penggiringan opini publik yang ngaco serta pemberitaan yang tidak berimbang merupakan salah banyak bentuk kejahatan yang gila-gila-an! Media sudah berani meng-upload berita yang belum jelas kebenarannya. Semisal : angka 60M yang oleh d*tik digambarkan seolah-olah mutlak, sudah pasti benar. Dari yang saya telusuri : aneh! Banyak berita-berita yang tidak masuk akal. Saya bukan pengamat hukum, bukan pengamat ekonomi, bukan pengamat apapun. Tapi dari pemberitaan yang saya terima, ada beberapa hal yang masih nge-ganjel (juga saya posting di akun twitter saya @sepedakwitang, dengan hastag #ttgDW) : 1. Kasus DW diungkap karena laporan dari masyarakat yang menaruh curiga, dan langsung diekspose oleh Kejagung begitu saja. Padahal ada banyaaaak kasus yang sudah di olah oleh PPATK, ibaratnya kalau dari PPATK “tinggal masak”, gak perlu belanja dulu cari-cari bukti dari kasus yang ada. kenapa? 2. Heboh dengan jumlah bulat : 60M. Yakin itu 60M? dari detik saya membaca seperti ini : dari sumber yang terpercaya. Loh, justru menimbulkan pertanyaan kan? Siapa itu sumber yang terpecaya? Nyatanya Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Kementerian Keuangan Fuad Rahmany menyatakan bahwa angka 60M itu akumulasi dari SELURUH transaksi di rek Pak DW, bukan jumlah saldo, sorry to say, ini yang bodoh siapa sih? Terbukti Kamis kemarin saat Pak DW mulai proses pemeriksaan, ada oknum wartawan “preman” yang bikin rusuh. Apa termasuk di dalamnya “sumber yang terpecaya, si 60M” itu? allahualam. 3. Pak DW justru di sebut-sebut sebagai Gayus Jilid II, bahkan yang lebih parah : Gurunya gayus! Karena Pak DW kakak kelas saat di STAN dulu. Media bilang Pak DW lebih sadis dari Gayus : berlagak alim, tapi korupnya lebih besar dari Gayus. Yakin lebih besar? kalau-pun nilai 60M itu disandingkan dengan kejahatan Gayus, angkanya masih di bawah Gayus kok. 4. Rumah mewah. Yakin rumah mewah? Lokasinya bukan di kawasan elit loh, rumah-nya biasa. Untuk ukuran di Jakarta-pun itu biasa. Bandingkan dengan Pejabat-Pejabat polisi yang rumahnya alaihim gambreng. Terlebih itu rumah warisan dari alm. Ibunya kok, bisa tanya ke tetangganya. 5. Mobil mewah. Asli deh media hebohnya minta ampun menggambarkan sosok DW : Muda, Kaya, Rumah mewah, Mobil Mewah, dll. Nyatanya mobil Cysler tahun 2001 kok, harga secondnya gak sampai 200 jt, bahkan bisa dibeli dengan 120jt. 6. DW sudah di tetapkan sebagai tersangka, tapi tau kah kita kalau ternyata bukti-buktinya masih dicari-cari, katanya : bertebaran kemana-mana. Lucu ya? 7. Pemberitaan media mengenai PNS yang berbisnis itu kurang lengkap. Mestinya diberitakan mengenai Presiden SBY yang sudah mengeluarkan peraturan pemerintah baru pengganti PP 30 tahun 1980 yang dikeluarkan Presiden Soeharto, diganti oleh PP 53/2010 pada 6 Juni 2010. Pun dengan PP 06 tahun 1974.  Intinya seperti ini : Dalam PP nomor 53 tahun 2010 yang dikeluarkan SBY, ternyata pasal-pasal larangan berbisnis dihapuskan. Dalam aturan tersebut, terdapat 15 poin dalam pasal 4 yang berisi larangan-larangan bagi PNS. Antara lain, PNS dilarang bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing. Kemudian PNS dilarang memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah. PNS juga dilarang melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara. 8.  Pak DW yang sudah pindah ke Dispenda diberitakan karena merasa tindakan korupsinya sudah tercium oleh pemangsa, padahal Pak DW pindah ke Dispenda karena alasan akan di mutasi ke daerah yang lebih pelosok. Allahualam.. [btw, ini Menkeu loh yang menduga,  ] Ada lagi yang mau nambahin? ** Sejak saya jadi rajin baca komen-komen di detik, well selamat ya media : Kalian berhasil menjelek-jelek-an STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Miris luar biasa.. Ini ada hastag #STANygTerzholimi (twitter.com/dedhi_suharto)

1.Bismillahirrahmanirrahim, saya telah merasakan bahwa banyak pihak telah menjadikan STAN sbg pihak yg terzholimi. 2. Byk koruptor besar di negeri ini ttp tdk pernah diekspose dr mana kuliahnya dulu. Tapi begitu Gayus, nama STAN disebut. 3. Dan skrg muncul Next Gayus, nama STAN disebut2 lagi. Dan nama STAN tdk disebut2 ktka STAN mmberikan putera2 terbaiknya. 4. Jrg org mendengar bhw Amin Sunaryadi, mantan komisioner KPK jilid I, adalah alumni STAN. Krn nama STAN tidak diekspose. 5. Juga Haryono Umar, mantan komisioner KPK jilid II, adalah alumni STAN. Karena u yg positif2 nama STAN tidak diekspose. 6. Bahkan bnyak alumni STAN yg mndarmabaktikan tenaga dan pikirannya di KPK dan BPK RI, tidak pernah diekspose oleh media. 7. Juga siapa yg tahu @Sunarsip (pengamat ekonomi), Bbrapa DPN IAI, @helmyyahya (raja quiz), Edwin Trio Libels (penyanyi).. 8. .. Igo Ilham (bintang film/dai), Ito Warsito (Direktur BEI), Dandossi (pengamat pasar modal) dll adalah alumni STAN? 9. Mungkin Anda bilang, “Gayus khan korupsinya miliaran?” Maka saya jawab,”Apa alumni lain tidak seperti itu?” 10. Mari kita hitung: korupsinya Gayus dan next gayus dan next nextnya Gayus berapa? Mencapai gak 1 Triliun? 11. Lalu berapa kontribusi alumni STAN di Pajak, Bea Cukai dll? Penerimaan pajak & BC 2011 kemarin sekitar 1000 Triliun. 12. Komposisi alumni STAN sekitar 20 s.d. 40%. Katakanlah 20% berarti kontribusinya 200 Triliun. Apakah ini tdk dianggap? 13. Mungkin ada yg mngatakan,” Apa peran STAN di masa reformasi?” Saya katakan,”Mahasiswa STAN hadir di DPR/MPR di hari2 turunnya Soeharto.” 14. Dn STAN aktif di Forum Komunikasi Senat Mahasswa (skrg BEM) se-Jakarta (FKSMJ) mngawal reformasi 1998. 15. Mungkin Anda bertanya2,” Jangan2 banyak model Gayus.” Saya katakan,”Byklah bergaul dg anak2 STAN” 16. Anda akn dapati byk anak STAN yg sederhana, bahagia, & berakhlaq mulia, baik yg di Pajak, Bea Cukai, BPK RI, BPKP, dll 17. Kami tdk menutup mata ada yg model Gayus dan yg bunuh diri, tapi jumlahnya sgt sedikit. Dan itu bukan krn STAN. 18. Kuliah STAN mngajari kami untuk jujur. Seleksi penerimaannya ketat. Kami masuk STAN hanya bermodalkan kecerdasan kami. 19. STAN satu-satunya PT yg menerapkan Sistem Maut DO setiap tahun. Kami diajari u selalu belajar dan belajar. 20. Sbg refreshing kami rutin ikut pembinaan mental agama hg ada yg jd Ustadz seperti Igo Ilham dan alm. Nurhuda Trisula. 21. Saya akhiri #STANygTerzholimi dg pesan: mari kita jaga almamater kita dg menjaga perilaku dan tindakan kita. Jgn rugikan negeri ini. 22. Brikn yg trbaik u Indonesia. Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka waatubu ilaik.

sebagai tambahan baca ini deh : http://hukum.kompasiana.com/2012/02/21/ketika-nyali-ketua-ppatk-muhammad-yusuf-mendadak-menciut/ http://www.fimadani.com/dhana-widyatmika-lelaki-di-pintu-surga/ ** Al haqqu mirrabbikum, falaa takunnana minal mumtariin, Yang benar/Haq itu datangnya dari ALLAH SWT, dan janganlah kamu menjadi orang yang ragu.. Ps. Saya belum mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya seperti apa. Apa benar Pak DW melakukan tindak korupsi, atau tidak. Apa itu Fitnah atau tidak. Ini hanya menshare opini pribadi. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.. Anyway, buat temen-temen di Kemenkeu, Khususnya DJP : SEMANGAAAAATTT!! kita gak sendirian, ada ALLAH ^___^ *juga di-posting di http://sepedakwitang.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun