1. Atap Masjid Agung BantenÂ
Penanda terletak pada aristektur atap Masjid Agung Banten yang berbentuk bertingkat lima yang saling tumpang tindih dan mirip Pagoda Cina. Hal tersebut berhubungan dengan petanda yaitu menggambarkan rukun Islam berjumlah lima yang mana sebelum berdirinya Kesultanan Banten, masyarakat masih menganut agama Hindu tetapi setelah adanya penyebaran agama Islam di Kesultanan Banten oleh Sunan Gunung Djati dan dilanjutkan puteranya, Sultan Maulana Hasanuddin membuat masyarakat Banten menganut agama Islam secara perlahan-lahan.Â
2. Menara Masjid Agung BantenÂ
Penanda terletak pada arsitektur menara Masjid Agung Banten yang berbentuk segi delapan mirip Mercusuar Belanda. Hal tersebut berhubungan dengan petanda yaitu menggambarkan adanya jejak bangsa Belanda yang pernah melakukan pendaratan di pelabuhan Banten dengan tujuan mencari rempah-rempah karena pada saat itu Banten menjadi bandar perdagangan internasional yang memiliki komoditas utama rempah-rempah seperti lada.Â
3. Tiyamah Masjid Agung BantenÂ
Penanda terletak pada arsitektur tiyamah atau paviliun Masjid Agung Banten yang berbentuk bertingkat dan atap tiyamah berbentuk limasan. Hal tersebut berhubungan dengan petanda yaitu menggambarkan kegunaaan tiyamah, dahulu sebagai tempat musyawarah dan diskusi keagamaan pada masa Kesultanan Banten. Sedangkan atap berbentuk limasan secara tidak langsung mencerminkan nuansa rumah tradisional Jawa yang mana berhubungan dengan asal Sultan Gunung Djati yaitu Cirebon, Jawa Barat.
4. Pintu Masuk Masjid Agung BantenÂ
Penanda terletak pada arsitektur pintu masuk Masjid Agung Banten yang berjumlah enam dengan model pintu terlihat pendek. Hal tersebut berhubungan dengan petanda yaitu enam jumlah pintu menggambarkan rukun iman, sedangkan model pintu terlihat pendek menggambarkan sikap yang dilakukan pengunjung yang masuk ke Masjid Agung Bantern agar selalu menunduk sebagai bentuk merendahkan diri kepada sang pencipta alam semesta, yaitu Allah SWT.Â
5. Mimbar Masjid Agung BantenÂ
Penanda terletak pada mimbar Masjid Agung Banten yang terdapat tulisan arab gundul dan pedang bermata dua. Hal tersebut berhubungan dengan petanda yaitu tulisan arab gundul menggambarkan masuknya kebudayaan Arab di masa Kesultanan Banten, sedangkan pedang bermata dua menggambarkan adanya perlawanan antara Kesultanan Banten dan VOC serta perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji. Selain itu, pedang bermata dua dianggap pernah dipakai oleh Khalifah Ali Bin Abu Thalib untuk berperang tetapi untuk saat ini pedang tersebut digunakan untuk khutbah pada salat Jumat yang dipegang oleh  khatib.
6. Payung Raksasa Masjid Agung Banten