B. Tokoh dan penokohan
Tokoh dan penokohan dalam legenda Gunung Pinang, sebagai berikut.
a. Ibu Dampu Awang memiliki watak yang baik, penyabar, dan setia.
b. Malin Kundang memiliki watak yang baik, penurut, sombong, dan jahat.
c. Teuku Abu Mastyah memiliki watak yang baik dan dermawan.
d. Siti Nurhasanah: tidak dijelaskan secara eksplisit tapi dapat disimpulkan memiliki watak yang baik dan sombong.
Tokoh dan penokohan legenda Malin Kundang, sebagai berikut.
a. Mande Rubayah (ibu Malin Kundang) memiliki watak yang baik, penyabar, dan setia.
b. Malin Kundang memiliki watak baik, penurut, sombong, dan jahat.
c. Saudagar: tidak dijelaskan secara eksplisit tapi dapat disimpulkan memiliki watak yang baik dan dermawan.
d. Istri Malin Kundang memiliki watak yang baik dan sombong.
Tokoh yang digunakan dalam legenda Gunung Pinang dan Malin Kundang berjumlah empat orang dan penokohan pun memiliki watak yang sama.
C. Alur
Alur yang digunakan dalam legenda Gunung Pinang dan Malin Kundang yaitu alur lurus/progresif/maju karena cerita yang disampaikan runtut dari awal hingga akhir.
D. Latar
Latar yang digunakan dalam legenda Gunung Pinang dan Malin Kundang terdiri dari latar tempat berfokus pada kehidupan di tepi pantai. Legenda Gunung Pinang di tepi pantai teluk Banten dan legenda Malin Kundang di tepi pantai Air Manis. Latar waktu kedua legenda tersebut yaitu pada siang hari dan latar sosial-budaya yaitu kehidupan masyarakat yang tinggal di tepi pantai diidentikkan dengan nelayan atau bekerja sebagai awak kapal.
D. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam legenda Gunung Pinang dan Malin Kundang yaitu sudut pandang orang ketiga berfokus pada "dia atau nama tokoh."
E. Amanat
Amanat yang didapatkan dari legenda Gunung Pinang dan Malin Kundang sebagai berikut.
a. Jangan durhaka kepada orang tua, berbuat baiklah kepadanya, dan ingatlah jasa-jasa yang telah diberikan.
b. Kekayaan dapat mengubah perilaku seseorang.
c. Kesombongan berujung malapetaka.
2. Perbedaan terdapat pada bagian akhir penceritaan
Bagian akhir penceritaan legenda Gunung Pinang yaitu kapal Dampu Awang yang terombang-ambing di lautan kemudian terpental dan tengkurap di tepi pantai yang berubah menjadi gunung dengan nama Gunung Pinang. Selain itu, bagian akhir penceritaan legenda Malin Kundang yaitu kapal Malin Kundang yang terombang-ambing di lautan menjadi hancur dan terpental disertai Malin Kundang dalam keadaan sedang bersujud di tepi pantai berubah menjadi batu.
Kehadiran sastra lisan berupa legenda memberikan pembelajaran untuk kehidupan masyarakat setempat maupun masyarakat umum meskipun legenda yang disampaikan dari mulut ke mulut akan berbeda tergantung perspektif orang yang mengetahui legenda tersebut. Oleh karena itu, mari lestarikan sastra lisan sebagai wujud budaya yang menarik dan menjadi ciri khas setiap daerah agar generasi yang akan datang mampu mengetahui keanekaragaman sastra.