Para tokoh wanita dalam film nasional di era 10 tahun vakumnya FFI tersebut memang sebatas 'pemanis' karena perannya seputar urusan ranjang sehingga sejumlah aktris yang bermain di film-film erotis tahun 90-an sampai dijuluki 'bom seks.' Alih-alih diingat karena kualitas aktingnya, mereka tak lebih sebagai objek seksualitas untuk  menarik penonton pria, duh! Jangan sampai terulang lagi deh masa kelam itu.
Tahun 2000-an hingga sekarang:
Wanita Pendobrak dan Petarung
Munculnya film 'AADC' di tahun 2002 dengan tokoh Cinta sebagai anak gaul yang puitis menjadi pelopor beragamnya karakter tokoh wanita dalam film Indonesia. Sosok penulis muda bernama Adjeng, yang memendam trauma masa kecil karena ulah cabul kekasih ibunya, dalam film unik 'Mereka Bilang, Saya Monyet' (2008) berhasil diperankan dengan apik oleh Titi Radjo Padmaja dan membawa terobosan baru dalam tema yang masih tabu di Indonesia yaitu 'seksualitas perempuan.'
Tokoh istri di film tahun 2000-an pun lebih banyak berperan sebagai wanita karier yang dapat bersuara dalam rumah tangga alias tak semata sebagai pendamping suami.Â
Hal ini terlihat pada sosok Tata yang berprofesi sebagai praktisi periklanan dan diperankan Acha Septriasa dalam film drama romantis 'Test Pack: You're My Baby' (2012) setelah mengetahui bahwa rumah tangganya bersama Rahmat (Reza Rahadian) ternyata tak akan dikaruniai keturunan dari rahimnya. Â
Status janda pun ternyata tak menghalangi tokoh Marlina, (sekilas) sosoknya terkesan lemah dan pasrah, yang dilakoni Marsha Timothy dalam film 'Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak' (2017) saat menghabisi nyawa tujuh pria yang merampok rumahnya. Film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' (2021) juga menampilkan Ladya Cheryl sebagai petarung tangguh yang tak segan melibas setiap lelaki jahat.
Peran wanita di film-film nasional terbaru pun kini turut menyentuh kecanggihan teknologi. Laura Basuki memerankan tokoh Dina dalam film bergenre social media thriller berjudul 'Sleep Call' (2023) yang terjebak tak hanya di perusahan pinjaman online (pinjol) ilegal demi melunasi hutangnya, namun juga terlibat kisah cinta dengan pria misterius yang baru dikenalnya melalui aplikasi kencan (dating apps) sehingga hidupnya pun tak lagi setenang dahulu.
Ke depannya, semoga setiap peran wanita dalam film nasional dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi penontonnya agar lebih berdaya serta maju hidupnya. Bukankah kedua hal tersebut yang selalu diimpikan Kartini bagi kaumnya?