Di sejumlah film nasional tahun 70-an, tokoh wanita malah acapkali identik sebagai korban yang tak berdaya antara lain akibat kawin paksa, kesulitan ekonomi, bahkan hingga pelecehan seksual. Film 'Si Manis Jembatan Ancol' (1973) menampilkan aktris Lenny Marlina sebagai Mariah yang dikisahkan menjalani jalinan cinta yang tragis dengan pernikahan sandiwara dan bahkan tewas karena ulah penjahat suruhan dari mantan kekasihnya.
Tokoh siswi sekolah pun tak luput dari aksi tercela berupa rudapaksa dalam film di era 70-an seperti halnya aktris Yenny Rahman sebagai tokoh Bunga dalam film 'Binalnya Anak Muda' (1978) yang berhasil lolos dari nafsu bejat si Ketua OSIS. Namun, aktris Yatti Surachman yang berperan sebagai adik Bunga bernama Rini yang malah menjadi korban rudapaksa.
Tahun 80-an hingga 90-an:
Karakter Idealis, tapi juga Pemanis
Kehadiran sosok wanita mandiri yang berpendidikan tinggi tak pelak membuat film nasional pada tahun 80-an lebih berwarna.Â
Film 'dr. Karmila' (1981) yang dibintangi Tanty Josepha bercerita tentang Karmila sebagai mahasiswi kedokteran yang tetap sukses meraih gelar dokter meskipun terpaksa menikahi dan melahirkan anak dari pria yang melecehkannya.
Film 'Amalia S.H.' (1981) juga patut ditonton bagi penggemar film hukum karena berkisah tentang aktris cantik sepanjang masa yaitu Widyawati yang memerankan pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum. Penampilan Amalia yang elegan dengan ladylike blouse ala tahun 80-an di film itu pun mampu memberikan pesan bahwa wanita yang berkiprah di bidang hukum juga tetap dapat tampil menarik.
Sayangnya, memasuki tahun 90-an, film Indonesia mengalami krisis kualitas sehingga mati suri mulai tahun 1993 hingga 2003, tak terkecuali para tokoh wanita utamanya. Tak heran, hanya dua aktris yang meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Perempuan Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) yaitu Meriam Bellina sebagai Desi dalam film 'Taksi' (1990), dan Lydia Kandou sebagai Cece dalam film 'Boneka dari Indiana' (1991) serta Ramona dalam film 'Ramadhan dan Ramona' (1992).