Selama ini, film tentang hewan dan satwa memang (masih) didominasi film Barat. Tapi, setelah merawat kucing sejak tahun 2021, film-film tentang kucing dari Jepang ternyata tak kalah menariknya untuk ditonton cat lovers khususnya dan juga penonton umumnya lho!
Film "Kimi to Boku (You and Me)" produksi tahun 2011 dari Jepang adalah salah satu film tentang kucing yang menjadi healing therapy saya setelah awal Februari 2024 ini, kucing rescue jantan di rumah kami, Wawan, meninggal karena sakit di usia tuanya. Wawan telah kami rawat selama 2.5 tahun setelah pemilik sebelumnya meninggal dan kucing belang putih hitam serta abu itu sempat berkeliaran sebagai kucing jalanan.
Kimi to Boku merupakan animasi flash populer karya Shigeto Yamagara yang lalu diadaptasi menjadi live action dengan aktor manusia dan juga kucing sebagai pemerannya. Boleh dibilang, kisah persahabatan antara penulis manga (mangaka) dan kucingnya dalam film ini tak sedramatis film-film kucing Holywood yang top.
Namun, kebersamaan tokoh Shigemi Yamamoto (aktor Nakamura Aoi) bersama kucingnya yang bernama Gin’ougo (pengisi suara oleh Maaya Sakamoto) sangat realistis sehingga mudah dipahami alias relatable bagi para penonton dan terutama para pemelihara kucing. Selama 45 menit, kita dapat menyaksikan plot film bergerak dari datar saja hingga akhirnya membuat keluar air mata.
Maka, inilah tiga hal yang dapat kita pelajari tentang hubungan kucing dan manusia yang merawatnya dari film Kimi to Boku ini. Film yang ditulis dan juga disutradarai oleh Kubota Takashi ini layak ditonton baik oleh para orang tua anabul maupun yang sedang dalam proses untuk menjadikan kucing sebagai bagian dari keluarga sehari-hari.
Kucinglah yang Memilih Manusia
Pesan "Adopt, Don't Shop!" para kucing termasuk salah satu hal menarik yang disampaikan film Kimi to Boku ini. Hewan peliharaan, tak terkecuali kucing, bukanlah boneka yang pantas untuk kita beli saat masih lucu dan sehat lalu malah dibuang ketika tua dan sakit.
Yamamoto bertemu Gin’ougo yang saat itu baru berusia sekitar 3 bulan atau masih kitten (anak kucing) di suatu malam sepulangnya berbelanja. Terdorong rasa kasihan karena melihat Gin’ougo seorang diri tanpa ditemani induk maupun saudaranya, Yamamoto pun membawanya pulang ke kamar apartemennya yang cukup sempit.
Awalnya, Yamamoto tak berniat untuk merawat Gin’ougo karena dirinya saja masih pas-pasan untuk membiayai hidupnya, apalagi sampai harus ditambah untuk memelihara seekor kucing. Terlebih lagi, peraturan di apartemennya pun melarang para penghuninya untuk memelihara hewan di sana, waduh!
Seperti halnya Wawan yang telah memilih saya sebagai guardian-nya sejak Juli 2021 hingga Februari 2024 ini, Gin’ougo juga mampu untuk mengikat hatinya dengan Yamamoto sehingga mereka bisa bersama hingga 10 tahun 5 hari di kamar apartemen yang sederhana itu. Yamamoto dan Gin’ougo juga tumbuh bersama sebagai teman sekamar yang saling memahami.
Relakan Kucing yang Dicintai 'Pergi'
Saat menonton adegan Yamamoto dan Gin’ougo melewati hari di kamar apartemen, mau tak mau saya pun teringat masa-masa bersama Wawan saat dirinya masih sehat.
Bagi para orang tua anabul alias anak bulu, kehadiran mereka adalah teman yang menyenangkan karena tanpa harus berkata-kata (atau berpura-pura?) layaknya manusia, kita dapat merasakan tulusnya cinta dari para anabul itu.
Gin’ougo pun menjadi penyemangat untuk Yamamoto yang jatuh bangun meniti karir sebagai mangaka dengan begitu ketatnya persaingan di dunia manga. Untuk menutupi biaya hidup sehari-hari mereka berdua, Yamamoto juga bekerja sebagai kasir supermarket.
Tanpa terasa, Gin’ougo pun menjadi kucing tua. Setelah menguburkan Wawan karena sakit di usia tuanya, saya akhirnya paham bahwa kematian hewan peliharaan itu jelas tak terelakkan, namun hal itu tetap menyakitkan dan menyesakkan.
Adegan saat Yamamoto membawa Gin’ougo berobat ke vet juga membuat saya kembali terkenang dengan pengalaman yang sama dengan Wawan saat di dokter hewan. Keputusan dilematis antara 'menidurkan (euthanasia)' atau membiarkan Gin’ougo meninggal secara alami pun sempat dialami Yamamoto setelah mendengar hasil diagnosis di klinik hewan.
Jiwa Kucing Selalu di Sekitar Kita
Jika kita belum pernah merawat hewan, pasti melihat seseorang yang menangisi anabul tercintanya setelah mereka meninggal maupun hilang tanpa kabar itu mungkin terasa absurd dan berlebihan serta tak masuk akal. Itu pulalah yang dilihat teman Yamamoto ketika melihatnya terpuruk setelah hanya foto-foto Gin’ougo yang kini tersisa.
Tapi, percayalah, seperti halnya manusia yang terdiri atas jiwa dan raga, kucing pun juga memiliki ruh selain bentuk fisiknya. Yamamoto masih merasakan Gin’ougo ada di sekitarnya sekalipun dunia mereka berdua kini telah beda dimensinya.
Hal serupa juga saya rasakan usai Wawan raganya tak lagi bersama saya serta Buban, yaitu kucing betina berusia dua tahun yang juga hasil rescue dan selama dua tahun ini tinggal bersama Wawan di lantai dua rumah.
Kenangan tentang Gin’ougo ternyata juga memotivasi Yamamoto untuk tak lama-lama bersedih dan terus melanjutkan hidup karena (jiwa) hewan yang telah kita rawat itu ternyata tetap ingin pemiliknya bahagia meskipun raga mereka tak lagi ada di dunia.
Film Kimi to Boku yang berbahasa Jepang ini dapat kita saksikan secara gratis di YouTube dengan subtitle bahasa Inggris. Ohya, tisu patut disiapkan karena film ini jelas mengandung bawang hikshikshiks!
Sejatinya, cinta dan kasih sayang antara hewan peliharaan dan pemiliknya itu dapat sama kuatnya seperti hubungan antara sesama manusia. Ingatlah selalu bahwa hewan itu juga mahluk hidup yang diciptakan bersama tumbuhan oleh Allah swt Yang Maha Kuasa untuk menemani hidup manusia sehingga lebih bermakna dan juga berwarna.
Judul: Kimi to Boku / You and Me /
キミとボク
Genre: Drama
Sutradara: Kubota Takashi
Durasi: 45 menit
Rilis: 14 Mei 2011
Negara: Jepang
Bahasa: Jepang
Pemeran: Nakamura Aoi, Maaya Sakamoto, Inaba Yu, Nakamura Eriko, Kobayashi Yuto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H