"Saya ke sini itu karena diundang warga lho yaa!"
Waduh, si Caleg X ini kok jumawa sekali ya? Saya perhatikan, raut warga yang tadinya antuasias otomatis langsung mulas dan ingin segera angkat kaki saat itu juga.
Namun, untuk menghormati para ketua RT dan RW yang hadir di sana, warga tetap bertahan sambil perlahan satu persatu meninggalkan lapangan. Kalau si Caleg X itu dari awal kampanye sudah merasa terpaksa saat jumpa warga, yakin nih nanti dirinya mau gigih berjuang untuk suara pemilih di dapilnya?
Janji faskes jika suara warga beres
Sekitar 21 hari setelah kampanye si Caleg X, warga diminta lagi untuk berkumpul di lapangan setelah senam bersama karena ada kampanye Caleg Y. Beliau ini adalah petahana dari partai yang identik dengan hijau (ada lebih dari satu lho partai berwarna hijau hihihi...)
Caleg Y ini (sedikit) lebih 'modal' demi menarik simpati warga yaitu dengan membagikan kaos gratis berwarna hijau yang memasang wajahnya di bagian depan.Â
Selain itu, Caleg Y ini juga menawarkan tebus kupon sembako bersubsidi berupa paket susu steril kaleng dan mie instan yang setelah warga hitung kembali harganya, nilai dari subsidinya itu kecil sekali, hadeuh!
Nah, Caleg Y ini berjanji akan memberikan satu unit mobil kesehatan ke warga jika pemilihnya dapat menembus lebih dari 500 orang. Sebelumnya, beliau memang telah menyerahkan fasilitas untuk pot gantung di taman perumahan.
"Kenapa ambulannya enggak dikasih sekarang aja? Nanti udah kepilih, lupa deh waktu ditagih janjinya!" celetuk emak-emak sambil menyeruput kuah tekwan yang menjadi konsumsi kampanye si Caleg Y itu.Â
Hmm, bagi politisi istilah 'janji tinggal janji' itu memang hal (sangat) lumrah sih.
Bazaar murah agar pemilih tambah