Ternyata, Hans tak hanya piawai menggocek bola, namun juga memasak kuliner Papua yaitu Ikan Kuah Kuning dengan Papeda (sejenis sagu). Begitu pula dengan Mak yang tak segan menolong Hans tanpa banyak pertimbangan setelah melihatnya terbaring tak sadar di jembatan penyeberangan dengan kepala terluka sehingga sempat disangka sebagai seorang perampok oleh Natsir yang curiga.
Lokasi pertemuan Hans dan Mak di Jakarta pun semakin mempertegas peran Jakarta sebagai melting pot di Indonesia. Saat datang dan tinggal di Jakarta, apapun sukunya, kita harus mampu berpikir terbuka dan bersikap toleran, yoi kan?
Gotong royong ciri khas Indonesia
Budaya komunal memang lekat dengan masyarakat Nusantara, terutama tradisi gotong royong sehari-hari sebagai balas budi maupun aksi kepedulian. Sebuah pepatah Minang yaitu "Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang (Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing)" pun menjadi penguat adegan kebersamaan para pemeran dalam film Tabula Rasa yang meraih empat piala pada Festival Film Indonesia (FFI) 2014.
Tak heran, Hans sigap mencuci piring dengan sukarela setelah pertama kali diberi makan gratis oleh Mak meskipun sempat dilarang oleh Natsir.Â
"Bapak, biar saya saja yang cuci piring sebentar. Sa tidak mau makan di sini cuma-cuma, Bapak," tegas Hans dengan logat Papua yang kental.
Supir mobil box milik Rumah Makan Caniago yang sedang lelap tertidur sekaligus saingan bisnis Takana Juo pun bersedia menolong Natsir yang mendadak harus membawa Mak ke Rumah Sakit saat dini hari setelah Hans mendapati Mak pingsan di dapur yang kompornya masih memakai kayu bakar. Di awal film, para adik Hans di panti asuhan pun patungan membeli kado kenangan untuknya yang diberikan sesaat sebelum Hans naik pesawat ke Jakarta dari bandara kecil di Serui yang masih rancak bana laut dan alamnya lho!
Semangat bahu-membahu itu pula yang bisa jadi membuat semangat para diaspora Indonesia sigap mempromosikan film Tabula Rasa tersebut agar budaya dan kuliner Indonesia dapat terkenal di seluruh negara. Para WNI di keempat negeri ini yaitu Amerika Serikat (New York), Australia (Victoria), Bulgaria (Sofia), dan Namibia (Windhoek) telah bekerjasama dengan kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) setempat dalam memutar film Tabula Rasa dalam acara pekan maupun festival film Indonesia untuk nobar (nonton bareng) dengan penduduk lokal.
Menu lezat dukung konflik mencair
Ibarat masakan, rasanya pasti hambar jika tra ada bumbunya, iyo toh? Film Tabula Rasa pun jadi tambah seru dengan konflik antara Hans, Mak, dan Uda Parmanto yang bahkan sampai berakibat pecah kongsi bisnis antara kawan lama.
Ternyata, menu Gulai Kepala Ikan Kakap ampuh mendekatkan lagi hubungan yang sempat retak. Siapa sangka, Uda Parmanto yang paling menentang adanya Hans dari awal, malah menjadi pahlawan penolong bagi Hans yang sempat linglung tanpa arahan Mak saat memasak. Â