Setiap kali ditanya resep tetap kurus dari zaman kuliah sampai kini, jawaban spontan saya adalah,Â
"Rahasianya? Turun naik tangga stasiun!" Sejak 2011, rute Kereta  Commuter Line (KAI Commuter) di Bogor, Jakarta, dan Tangerang rutin saya lalui dengan ongkos tak sampai 20 ribu.
Syukur Alhamdulillah, saya termasuk penumpang yang merasakan transformasi positif KAI Commuter  dalam 10 tahun ini. Salah satunya yaitu adanya eskalator di Stasiun Manggarai dan Tanah Abang yang menghemat waktu saya di pagi hari saat harus cepat sampai di kantor.
Sore harinya, saya memilih naik turun tangga stasiun saja plus berolahraga karena sekalian berkeringat sepulang kerja hehehe...
Hasil studi di Taiwan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa warga yang rutin commuter ke lokasi kerja berpeluang 15% lebih rendah untuk mengalami kasus kegemukan (overweight) daripada yang naik mobil ke kantor.
Dikutip dari akun resmi Instagram @commuterline, jumlah pengguna KAI Commuter dari bulan Januari hingga bulan Juni 2023 kemarin ternyata menembus  155 juta orang, loh!
 Meningkatnya jumlah penumpang KAI Commuter tersebut karena mereka, termasuk saya, telah mengalami langsung manfaat keuangan dan juga kesehatan dengan KAI Commuter sebagai transportasi umum favorit di Jabodetak yang murah, aman, nyaman, dan cepat.
Maka, inilah pengalaman saya dalam mendapat manfaat ekonomi sekaligus manfaat kesehatan dengan menaiki KAI Commuter. Semoga artikel ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi agar KAI Commuter semakin lebih baik ke depan dalam melayani penumpang yang terus bertambah.
Â
Manfaat ekonomi naik KAI CommuterÂ
1. Hemat pengeluaran rutin
Pagi hari, saldo e-money saya terpotong 6 ribu dari Stasiun Tanah Abang-Bogor dengan waktu tempuh 1.5 jam. Sorenya, saya menambah 2 ribu dan 30 menit yaitu dari Stasiun Bogor-Sudimara sebesar 8 ribu selama 2 jam perjalanan.
Jadi, dalam sehari saya membayar total 14 ribu untuk naik KAI Commuter dengan waktu perjalanan 3.5-4 jam.
KAI Commuter bisa menghemat ongkos saya sampai 30% per hari dan tak macet pula daripada jika saya naik bus termurah (ekonomi AC) antar Jabodetabek yang rawan macet.
Saat gajian, saya mengisi saldo (top up) e-money KAI Commuter dan busway serta e-wallet ojek online (ojol) untuk sebulan ke depan. Kini, naik KCL juga semakin praktis sejak aplikasi C-Access dari KAI Commuter tersambung dengan e-wallet ojol langganan saya, wah nyaman deh!
Selain fitur tarif antar stasiun, C-Access akan tambah oke jika memuat berita seputar tips (penghematan) keuangan bagi para 'anker atau anak kereta.' Artikel berfaedah itu pun dapat menemani perjalanan jadi lebih bermanfaat.
2. Â Mendukung Sharing Economy
Sharing economy adalah "sistem ekonomi dengan penggunaan teknologi untuk memfasilitasi akses layanan barang atau jasa antara dua pihak atau lebih."Â
Ojol tergolong sharing economy yang banyak dipakai pengguna KAI Commuter, termasuk saya saat di pagi hari.
Bagi saya, naik ojol itu lebih cepat dan praktis untuk sampai ke stasiun. Tak heran kan, driver ojol memenuhi stasiun di jam sibuk.
Aplikasi C-Access yang terhubung dengan e-wallet GoPay sebagai platform sharing economy lokal terbesar dari Indonesia juga sangat menghemat waktu. Turun dari ojol tanpa repot membayar tunai, kita pun dapat segera masuk stasiun dengan scan saldo GoPay, siplah!
Selain ojol, jika kelak C-Access bekerja sama dengan sewa rumah berbasis sharing economy, seperti Air BnB yaitu fasilitas penginapan terjangkau saat wisata, naik KAI Commuter yang terdekat dari lokasi wisata seperti Stasiun Bogor dengan Kebun Raya Bogor akan jadi pilihan utama para wisatawan.Â
Tambah nyaman deh traveling plus healing saat sistem transportasi dan akomodasinya sudah terintegrasi.
3. Sistem Cashless lebih Produktif
Bagi warga Jabodetabek, sistem pembayaran non tunai (cashless) itu memang sudah jadi rutinitas sehari-hari, tak terkecuali saat naik KAI Commuter. Resiko uang tunai hilang di jalan atau sulit mencari kembalian saat bertransaksi pun berkurang.
Itu belum lagi jika uang ditolak karena palsu maupun rusak (robek atau terlipat). Saya ingat, pernah sampai 40 menit mengantri tiket ke Bogor di Stasiun Kota saat Sabtu sore pada tahun 2015 karena waktu itu masih harus membayar di loket.
Sistem cashless pun kini membuat waktu antri keluar masuk KAI Commuter semakin singkat. Saya pribadi tetap memakai e-money dan e-wallet secara bergantian saat naik KAI Commuter. Â
Saat diburu waktu, saya memakai e-money yang (relatif) lebih cepat saat tapping di gate elektronik KAI Commuter karena tak bergantung pada sinyal provider HP. Tapi tenang! Â Petugas KAI Commuter sigap membantu saat proses scan tiket di HP tersendat.
Manfaat kesehatan naik KAI CommuterÂ
1. Badan berpeluang lebih langsing
Coba perhatikan deh, naik KAI Commuter  itu membuat badan kita minimal melakukan tiga jenis aktifitas fisik berikut ini:
(1) berdiri,
(2) berjalan kaki, dan
(3) naik turun tangga.
Eh, tambahkan juga berlari sprint saat mengejar gerbong KAI Commuter  yang akan segera berangkat padahal kita baru aja sampai stasiun hihihi... Â
Hasil Survei Perjalanan Nasional di Inggris (the English National Travel Survey) pada transport publik dari
tahun 2010 hingga 2014 mendapati  aktifitas fisik para pengguna kereta 2x lebih lama durasinya yaitu 28 menit dalam perjalanan tiap harinya daripada pengguna bis yang hanya aktif bergerak selama 16 menit.
Jika ada survei serupa di Indonesia, sangat bisa jadi besar hasilnya serupa, apalagi bagi pelintas di dua stasiun transit KAI Commuter yang besar yaitu Manggarai, dan Tanah Abang.
Di pagi hari, strategi saya yaitu rutin naik gerbong ketiga dari belakang pada jalur 3 di Tanah Abang dalam KAI Commuter  menuju Bekasi yang transit di Manggarai. Ini agar bisa turun tepat di depan eskalator dan lalu berlari secepat kilat menuju jalur 12 di lantai 3 Stasiun Manggarai demi mengejar KAI Commuter ke Bogor, go go go!
Sampai di Bogor, perlu waktu sekitar 5 menit untuk saya keluar stasiun lalu naik turun jembatan penyeberangan sebelum naik angkot atau ojol ke kantor. Anggap saja ini olahraga tiap pagi hehehe...
2. Mengurangi resiko hidup sedenter
"Sitting is the new smoking." Hayo, siapa yang di kantornya hampir sepanjang jam kerja itu duduk saja?
Yakin deh, mayoritas pengguna KAI Commuter itu di tempat kerjanya pasti lebih banyak duduk di depan meja atau minim sekali aktifitas fisiknya.
Menurut Sedentary Behavior Research Network (SBRN) dilansir dari Medical News Today, "gaya hidup sedenter (sedentary lifestyle) adalah jenis aktivitas fisik yang pengeluaran energinya sangat rendah seperti duduk, berbaring, atau rebahan sehingga memicu timbulnya obesitas (kegemukan)."
Nah, sebagai anker, saya bersyukur banget dengan naik KAI Commuter karena (mau tak mau) fisik harus terus bergerak saat keluar masuk stasiun dan gerbong KAI Commuter. Siapa sangka, bahkan berdiri saja (termasuk saat naik kereta) dapat membakar 50% kalori lebih banyak daripada duduk.
Itulah yang membuat saya lebih memilih turun tangga di Stasiun Manggarai saat sore hari dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Tanah Abang, lalu naik turun tangga dari jalur 2 menuju jalur 5 dan 6 ke Stasiun Sudimara.Â
Lumayanlah, ini jadi olahraga sore yang oke dan jika ditotal dengan waktu 'olahraga' paginya ternyata dapat mencapai sekitar 20-30 menit per hari lho!
3. Mengasah otak saat di kereta
Selain tidur dan cek HP, membaca buku juga jadi kegiatan favorit saya selama naik KAI Commuter. Membaca di kereta jelas lebih nyaman karena lajunya stabil daripada di bus atau mobil.
Rata-rata, saya dapat membaca 5-15 halaman saat di kereta selama 30-90 menit. Tak jarang, satu buku dapat saya tamatkan dalam seminggu dengan dibaca di KAI Commuter.
Laporan dari BBC Capital pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa seseorang di Inggris yang menghabiskan waktu commuting selama 6 jam per minggu dapat membaca (mendengar via podcast) sampai 100.000 kata di buku.
Bayangkan betapa bertambah luasnya ilmu kita dengan (meluangkan waktu) membaca di kereta, bahkan sesingkat 5 menit sekalipun saat menunggu gerbong tiba.
Pasti karena itulah, saya sering melihat mahasiswa pengguna KAI Commuter fokus membaca materi selama musim ujian saat hendak ke kampus. Tak sedikit pula tampak mahasiswa mengetik di laptopnya saat menyelesaikan tugas kuliah selama perjalanan dengan kereta.
Â
Semoga ke depannya, baik pihak KAI Commuter dan para penumpangnya sama-sama terus berbenah diri untuk kualitas pelayanan serta kenyamanan dan keamanan selama perjalanan. Kerjasama antara keduanya tentu saja akan membawa manfaat bagi semua pihak sehingga transportasi publik di Indonesia, khususnya KAI Commuter, terus menjadi pilihan terfavorit dan prioritas utama warga untuk bepergian dengan aman dan nyaman. Salam hemat dan sehat ala anak kereta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H