Lampu Kuning: Perhatikan saat alam telah memberi warning
Ketika menyusuri Sungai Oyo atau Oya di Yogyakarta setelah dari Goa Pindul, sang tour guide bercerita bahwa jika arus sungai meluap, turis langsung dilarang untuk masuk. Meskipun sudah membayar, pengelola wisata di sana lebih memilih untuk mengembalikan uang wisatawan daripada menanggung bahaya.
Tak heran kan, banyak rambu peringatan di sekitar lokasi wisata alam demi keselamatan sang wisatawan itu sendiri. Adik sepupu saya yang hobi naik gunung berkisah, jika mereka sampai waktu Ashar atau sekitar jam 3-4 sore belum menemukan lokasi yang dituju di gunung atau hutan, tanpa ragu mereka langsung memilih untuk segera turun dan kembali ke permukiman warga terdekat yang ada agar tak tersesat pada malam hari di tempat asing yang sunyi.
Kehadiran penduduk atau warga lokal yang dapat memandu kita selama berwisata alam di suatu daerah juga pastinya sangat membantu. Mereka telah mengenal daerah itu sejak mereka lahir sehingga panca indera mereka (jauh) lebih peka terhadap perubahan, bahkan sekecil apapun, di sekitarnya yang mungkin sering tak disadari oleh para pelancong.
Meskipun wisatawan telah dibekali peralatan navigasi secanggih dan semodern apapun, setiap alat (buatan manusia) pasti memiliki keterbatasan. Setipe dengan lampu kuning yang meminta kita untuk berhati-hati, di saat inilah, kerendahan hati seseorang dalam mengakui kehebatan Tuhan Yang Maha Esa dalam menciptakan alam yang luar biasa kompleks pun diuji. Â
Lampu Hijau: Lestarikan alam agar terus unik berkilauÂ
Pengalaman saya saat berwisata  ke kebun teh di Puncak Bogor jelas lebih rileks karena kontur alamnya memang cocok untuk wisata keluarga. Meskipun begitu, turis tetap diingatkan untuk tak (kalap) memetik daun teh maupun hamparan bunga cantik yang ada.
Begitu pula saat berlibur ke Kebun Raya Bogor, pelancong harus dapat menahan diri untuk tak membuang sampah sembarangan, terutama di bawah pohon yang jauh dari keramaian. Walaupun ada sejumlah petugas kebersihan di setiap destinasi wisata, tentunya tak pantas jika wisatawan main asal buang sampah di sepanjang jalan.
Saya pun kini semakin memahami ketika ada denda dan hukuman yang diberlakukan untuk turis yang melanggar peraturan. Lampu hijau memang mengizinkan kendaraan untuk berjalan, tapi kecepatannya tentu tetap tak boleh kebut-kebutan.
Jadi jika ada lokasi wisata yang menawarkan program pelestarian lingkungan berupa donasi maupun penanaman bibit tanaman, mari segera kita ikuti dengan sepenuh hati. Kita sekarang mungkin tak menikmati manfaatnya langsung, namun kita telah mewariskan Bumi yang hijau di masa mendatang.