Suatu sore, saat berdiri di kereta menuju Stasiun Sudimara dari Tanah Abang, seorang pria asing (seolah) tak sengaja menyenggol lengan saya lebih dari sekali. Saya cek sekitar, keretanya tak penuh kok jadi sentuhan fisik bisa dihindari.
Kali keempat, saya bergeser menjauhinya sambil menatap tajam laki-laki berusia sekitar 50 tahunan  itu. Dia segera berhenti dan pura-pura bermain HP, awas saja kalau dia berani menyentuh lagi!
Manajer External Relations KAI Commuter, Leza Arlan di Jakarta pada Kamis (22/12/2022) mengungkapkan, "Per November 2022 ada sebanyak 70 kasus pelecehan seksual di kereta rel listrik (KRL) dan terbanyak terjadi di rute KRL Jakarta Kota-Bogor."Â
Wah, lamanya waktu tempuh KRL Jakarta Kota-Bogor yaitu sekitar 95 menit ternyata dimanfaatkan para penjahat kelamin untuk beraksi.
Padahal, KRL sudah menjadi moda transportasi favorit. Adanya kasus pelecehan seksual tentu memicu rasa ketakutan penumpang wanita.
Maka itulah, kita perlu bersiap diri dalam menghadapi para predator seksual yang berkeliaran di luar sana, tak terkecuali di KRL. Ingat, ingat! Kejahatan tak hanya terjadi karena adanya niat pelaku, namun juga oleh terbukanya kesempatan.
Antisipasi kondisi dan situasi
Saat menaiki KRL, saya jelas memilih gerbong wanita yang berada di kedua ujung kereta. Tapi, ada kalanya saat diburu waktu, mau tak mau saya masuk pintu gerbong terdekat agar tak tertinggal KRL.
Lokasi sekitar bangku khusus penumpang prioritas (ibu hamil dan menyusui, anak kecil, lansia) yang berada di kedua pojok gerbong langsung menjadi tujuan saya. Jika masih kosong, saya akan duduk dan segera berdiri saat ada penumpang yang lebih perlu duduk.
Ohya, meskipun kasus pelecehan seksual di KRL lebih sering terjadi saat jam sibuk dengan mencari celah di antara meluapnya penumpang, kita juga harus tetap waspada saat gerbong mulai sepi, terutama di malam hari. Berpindah ke gerbong yang lebih ramai pun menjadi pilihan terbaik saat sepi.
Selain itu, pastikan kondisi tubuh kita sehat saat menaiki KRL agar senantiasa awas dengan situasi di sekitar. Sebotol air mineral, buah potong, permen, atau cemilan lainnya dapat menjadi sumber energi yang praktis sekaligus realistis di KRL agar kita tetap fit.
Bentengi bagian vital tubuh
Penjahat kelamin itu lebih sering  mengincar bagian dada maupun belakang tubuh korbannya, yaitu  daerah perut ke bawah. Tak heran, saya lihat banyak penumpang wanita memakai kain panjang dan tebal (selendang atau scarf) di KRL.
Itulah alasan saya (rutin) memakai tas punggung (backpack) di bagian depan tubuh dan jaket panjang di KRL. Selain untuk menahan hawa dingin dari AC kereta, backpack dan jaket membuat saya lebih aman di gerbong penumpang campuran.
Menurut Komnas Perempuan, ada 3.014 kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan, termasuk 860 kasus kekerasan seksual di ranah publik/komunitas dan 899 kasus di ranah personal selama Januari hingga  November 2022.Â
KRL merupakan salah satu fasilitas publik yang kerap menjadi target lokasi para penjahat kelamin dalam melancarkan aksi menjijikkan mereka antara lain meremas atau menyentuh bagian tubuh, menempelkan alat kelamin, hingga eksibisionis dan onani.
Jadi, selain tas dan jaket/kain, kita juga dapat memakai bahan bacaan seperti buku, koran, dan majalah untuk menutup bagian dada dan daerah di bawah perut.Â
Jika kita berdiri di KRL, bersandar pada dinding kereta juga dapat menjadi alternatif agar (relatif) lebih terlindungi saat berdesak-desakan.
Cari bantuan resmi terdekatÂ
Lain waktu, saat berdiri di dekat pintu dalam Commuterline  dari Tanah Abang menuju Jurangmangu pada suatu sore, seorang pria usia sekitar 30-40 tahunan  mengajak saya mengobrol dengan suaranya yang (sok) mendayu-dayu.Â
Saya hanya menoleh sekilas lalu membuang muka seakan tak mendengarnya hingga akhirnya dia berhenti sendiri karena tak ditanggapi sedikitpun.
Saat di perjalanan, sikap curiga dan hati-hati mutlak selalu dijaga demi kebaikan kita masing-masing dengan menghindari sikap ramah yang berlebihan.Â
Jika kita bingung dan panik, langsung berteriaklah seperti ini, " Tolong! Ada penjahat kelamin di sini!" di tempat kejadian saat itu juga ketika dilecehkan dan segera laporkan kasusnya kepada petugas resmi KRL ataupun KAI di kereta maupun stasiun terdekat.
Penumpang juga dapat melaporkan via pesan (DM) ke akun Instagram resmi @commuterline dan @kai121. Selain itu, contact center KAI melalui telepon di 121 atau WhatsApp (WA) di nomor resmi KAI yaitu 08111-2111-121 juga dapat dihubungi 24/7 saat penumpang mengalami kendala di kereta, tak terkecuali ketika menjadi korban kasus pelecehan seksual.
Jadi yuk buruan disimpan ya nomor KAI dan diikuti juga akun media sosialnya.
Wajib diingat, setiap diri kita itu sangat berharga dan tidak layak untuk dilecehkan dengan alasan apapun. Jangan salah sangka ya gaiss, ternyata penumpang yang  berbusana normal serta sopan pun terbukti tetap dapat menjadi korban dari gerombolan penjahat kelamin
Bagaimana? Kini semakin lebih percaya diri dan tenang saat berkereta kan, khususnya bagi para puan yang harus menaiki KRL untuk beraktivitas sehari-hari. Mari terus kita kampanyekan kesadaran untuk melawan pelecehan seksual di manapun dan kapanpun juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H