KRL merupakan salah satu fasilitas publik yang kerap menjadi target lokasi para penjahat kelamin dalam melancarkan aksi menjijikkan mereka antara lain meremas atau menyentuh bagian tubuh, menempelkan alat kelamin, hingga eksibisionis dan onani.
Jadi, selain tas dan jaket/kain, kita juga dapat memakai bahan bacaan seperti buku, koran, dan majalah untuk menutup bagian dada dan daerah di bawah perut.Â
Jika kita berdiri di KRL, bersandar pada dinding kereta juga dapat menjadi alternatif agar (relatif) lebih terlindungi saat berdesak-desakan.
Cari bantuan resmi terdekatÂ
Lain waktu, saat berdiri di dekat pintu dalam Commuterline  dari Tanah Abang menuju Jurangmangu pada suatu sore, seorang pria usia sekitar 30-40 tahunan  mengajak saya mengobrol dengan suaranya yang (sok) mendayu-dayu.Â
Saya hanya menoleh sekilas lalu membuang muka seakan tak mendengarnya hingga akhirnya dia berhenti sendiri karena tak ditanggapi sedikitpun.
Saat di perjalanan, sikap curiga dan hati-hati mutlak selalu dijaga demi kebaikan kita masing-masing dengan menghindari sikap ramah yang berlebihan.Â
Jika kita bingung dan panik, langsung berteriaklah seperti ini, " Tolong! Ada penjahat kelamin di sini!" di tempat kejadian saat itu juga ketika dilecehkan dan segera laporkan kasusnya kepada petugas resmi KRL ataupun KAI di kereta maupun stasiun terdekat.
Penumpang juga dapat melaporkan via pesan (DM) ke akun Instagram resmi @commuterline dan @kai121. Selain itu, contact center KAI melalui telepon di 121 atau WhatsApp (WA) di nomor resmi KAI yaitu 08111-2111-121 juga dapat dihubungi 24/7 saat penumpang mengalami kendala di kereta, tak terkecuali ketika menjadi korban kasus pelecehan seksual.