Saat menaiki KRL, saya jelas memilih gerbong wanita yang berada di kedua ujung kereta. Tapi, ada kalanya saat diburu waktu, mau tak mau saya masuk pintu gerbong terdekat agar tak tertinggal KRL.
Lokasi sekitar bangku khusus penumpang prioritas (ibu hamil dan menyusui, anak kecil, lansia) yang berada di kedua pojok gerbong langsung menjadi tujuan saya. Jika masih kosong, saya akan duduk dan segera berdiri saat ada penumpang yang lebih perlu duduk.
Ohya, meskipun kasus pelecehan seksual di KRL lebih sering terjadi saat jam sibuk dengan mencari celah di antara meluapnya penumpang, kita juga harus tetap waspada saat gerbong mulai sepi, terutama di malam hari. Berpindah ke gerbong yang lebih ramai pun menjadi pilihan terbaik saat sepi.
Selain itu, pastikan kondisi tubuh kita sehat saat menaiki KRL agar senantiasa awas dengan situasi di sekitar. Sebotol air mineral, buah potong, permen, atau cemilan lainnya dapat menjadi sumber energi yang praktis sekaligus realistis di KRL agar kita tetap fit.
Bentengi bagian vital tubuh
Penjahat kelamin itu lebih sering  mengincar bagian dada maupun belakang tubuh korbannya, yaitu  daerah perut ke bawah. Tak heran, saya lihat banyak penumpang wanita memakai kain panjang dan tebal (selendang atau scarf) di KRL.
Itulah alasan saya (rutin) memakai tas punggung (backpack) di bagian depan tubuh dan jaket panjang di KRL. Selain untuk menahan hawa dingin dari AC kereta, backpack dan jaket membuat saya lebih aman di gerbong penumpang campuran.
Menurut Komnas Perempuan, ada 3.014 kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan, termasuk 860 kasus kekerasan seksual di ranah publik/komunitas dan 899 kasus di ranah personal selama Januari hingga  November 2022.Â