Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah Kurikulum Merdeka Tepat? Inilah Pengalaman Guru Les Privat

1 April 2023   17:55 Diperbarui: 4 April 2023   07:08 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum memang lebih identik dengan para guru sekolah selama ini. Tapi, setelah dua tahun menjadi guru les privat bahasa asing (non guru sekolah), saya pun merasakan langsung manfaat kurikulum.

Akhir 2021, saya mulai mengajar les privat bahasa Inggris kepada sejumlah anak tetangga yang berusia TK, SD, SMP, dan SMU. 

Orang tua mereka khawatir, anak-anak  mengalami loss learning karena setahun full belajar daring sejak pandemi pada Maret 2020.

"Anak-anak tuh sering curhat tiap kali diberi tugas karena enggak ngerti materinya meskipun rajin sekolah online. Kalau belajar tatap muka, mereka bisa tanya langsung gurunya waktu bingung," ujar para orang tua tersebut. 

Saatnya belajar kini semakin menyenangkan dan relevan (Ilustrasi 1: YouTube Kemendikbud RI)
Saatnya belajar kini semakin menyenangkan dan relevan (Ilustrasi 1: YouTube Kemendikbud RI)

"Padahal, (jaringan) internet di rumah lancar jaya jadi suara gurunya jelas terdengar lho! Gimana coba kalau di daerah yang enggak ada internet atau sinyalnya lemah?" sambung para ibu yang bekerja dari rumah (WFH) selama pandemi.

Pembelajaran daring atau jarak jauh saat pandemi memang lebih bersifat darurat (Ilustrasi 2: Dokumentasi Pribadi/Dokpri)
Pembelajaran daring atau jarak jauh saat pandemi memang lebih bersifat darurat (Ilustrasi 2: Dokumentasi Pribadi/Dokpri)

Setahun pertama mengajar les privat bahasa Inggris yaitu 2021-2022, saya sering mendapati mereka mengeluh tentang menumpuknya tugas sekolah online. Awal tahun 2022, sekalipun mereka mulai belajar hybrid, mereka masih berkeluh-kesah tentang sekolah.

Uniknya, sejak Tahun Ajaran jaran 2022/2023 lalu, para murid les privat tersebut menjadi lebih semangat bersekolah, syukur Alhamdulillah. 

Awalnya, saya duga itu karena mereka kini 100% belajar di sekolah sehingga dapat bertemu (dan bermain) kembali dengan teman sekelasnya.

"Sekarang asyik deh belajar di sekolah. Sering ada proyeknya di kelas!" begitu ujar seorang murid les privat yang pada Juli 2022 lalu masuk SMP. 

Sekilas saya lihat cover buku IPA di sekolahnya yang bertuliskan 'Kurikulum Merdeka.' 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan dalam situs resminya yaitu https://kurikulum.kemdikbud.go.id menyebutkan bahwa pada Tahun Ajaran 2022/2023 dan 2023/2024, Kurikulum Merdeka menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih satuan pendidik.

Kurikulum dapat lebih sederhana namun tetap optimal dampak positifnya (Ilustrasi 3: YouTube Kemendikbud RI)
Kurikulum dapat lebih sederhana namun tetap optimal dampak positifnya (Ilustrasi 3: YouTube Kemendikbud RI)
Menurut Mas Menteri Kemdikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, dalam webinar "Mewujudkan Pembelajaran Berkualitas Bagi Semua Melalui Kurikulum Merdeka" yang diadakan  Kompasiana.com, Kompas.com dan Kemdikbudristek pada Jum'at 3 Maret 2023 lalu, tujuan utama Merdeka Belajar yaitu "mendorong perbaikan kualitas dan pemulihan dari krisis pembelajaran, khususnya Kurikulum Merdeka."

Maka, inilah tiga hal menarik yang saya temui langsung sejak para murid les privat tersebut menjalani Merdeka Belajar dengan penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah mereka. 

Semoga artikel sederhana  ini dapat turut berkontribusi dalam proses pemulihan kualitas pendidikan nasional kita, terutama  pasca pandemi.

Murid lebih tertarik untuk belajar

Salah satu keunggulan Kurikulum Merdeka sesuai paparan Mas Menteri Nadiem dalam webinar adalah para guru dapat fokus pada materi esensial yang relevan. Hal itu dapat diwujudkan dalam bentuk proyek kelas sesuai mata pelajaran (mapel) yang diajarkan di kelas.

Nah, beragam proyek kelas inilah yang membuat para murid les privat saya tersebut lebih antusias belajar, terutama saat menyelesaikan proyek mereka. 

Salah satu materi yang berkesan untuk murid kelas 3 SD itu yaitu ketika mengerjakan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dari gabungan mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Pendidikan Pancasila tentang berbuat baik dan peduli pada mahluk hidup ciptaan Tuhan YME serta lingkungan sekitar.

Siswa belajar peduli kepada mahluk hidup kini tak hanya teori, namun juga konsisten sehari-hari (Ilustrasi 4: Dokpri)
Siswa belajar peduli kepada mahluk hidup kini tak hanya teori, namun juga konsisten sehari-hari (Ilustrasi 4: Dokpri)

Mereka lalu memilih untuk memberi makan kucing jalanan yang ada di sekitar perumahan. Selama dua minggu, mereka rutin melakukan streetfeeding setiap sore sambil mencatat jumlah kucing yang diberi makan dan memotret kegiatannya.

Siapa sangka, proyek kedua mapel tersebut membuka mata mereka bahwa selain manusia di muka Bumi ini, ada juga hewan dan tanaman yang harus dirawat sebaik mungkin. 

Tak heran, seusai proyek streetfeeding kucing-kucing tanpa tuan itu, seorang  dari mereka bercita-cita menjadi dokter hewan (vet) dan satu lagi ingin menjadi Youtuber tentang animal rescue sehingga nantinya bersama mereka dapat membangun shelter hewan, so sweet!

Materi kurikulum yang lebih sedikit namun tetap efektif menjadi idaman   (Ilustrasi 5: YouTube Kemendikbud RI)
Materi kurikulum yang lebih sedikit namun tetap efektif menjadi idaman   (Ilustrasi 5: YouTube Kemendikbud RI)
Saya lantas teringat kalimat dari Mas Mendikbudristek yang isinya bahwa Kurikulum Merdeka itu bertumpu tak hanya pada aspek kompetensi para siswa, namun juga pembentukan karakter (baik) mereka. Di Indonesia, kita tidak kekurangan orang pintar, tapi kita masih perlu (banyak) insan kreatif yang berakhlak mulia, sepakat ya?

Sekolah lebih interaktif programnya

Banjir tiap kali hujan deras dan macet parah menjadi 'ciri khas' daerah tempat tinggal saya dan juga para murid les privat itu di Tangerang. Tak heran, sekolah (terpaksa) diliburkan tiap kali banjir melanda karena akses ke jalan raya tertutup total dengan genangan air.

Seorang murid privat saya di SMP bertutur, sekalipun banjir, kini dia tetap semangat belajar karena sekolah jarak jauh (daring) tetap berjalan untuk menggantikan tatap muka. 

"Serunya lagi, kita (para siswa) bisa saling melaporkan langsung kondisi banjir di rumah masing-masing waktu sekolah online. Ya mirip reporter berita gitu, jadi lebih keren belajarnya karena enggak cuma dengerin dan ngeliatin layar laptop aja," urai siswi kelas 7 SMP yang aslinya pendiam dan pemalu tersebut, tetapi malah menyukai tugas live news report untuk mapel Bahasa Indonesia.

Kurikulum Merdeka telah dirancang dari awal untuk mendukung guru dan siswa belajar interaktif yang disesuaikan dengan kondisi relevan dan situasi unik mereka tanpa harus terbebani dengan segunung materi baku (atau kaku?) yang selama ini lekat dengan kurikulum sekolah. 

Saatnya siswa diberi keleluasaan dalam belajar memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakatnya (Ilustrasi 6: Dokpri)
Saatnya siswa diberi keleluasaan dalam belajar memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakatnya (Ilustrasi 6: Dokpri)

Riset dari Pritchett dan Beatty yang terbit dalam "International Journal of Educational Development" pada 2015 mendapati bahwa padatnya materi kurikulum ternyata malah menghambat pembelajaran di sejumlah negara berkembang karena guru lebih fokus pada capaian materi dibandingkan pemahaman belajar siswa.

Murid privat saya yang duduk di SMU mengaku lebih memahami  tata bahasa (Grammar) dalam Bahasa Inggris setelah mendapat proyek mengulas berita seputar COVID-19 di Indonesia sambil dikaitkan dengan kasus COVID-19 yang pernah diketahuinya langsung di sekitarnya dan lalu menyajikannya (presentasi) di depan kelas. 

Saat membahas tugas review tersebut bersama saya, siswi kelas X itu berkomentar, "Miss Nisa, belajar bahasa tuh memang lebih efektif dengan praktek daripada cuma dihafal. Kita bakal lupa deh kalau jarang dipakai!"

Saya perhatikan, para murid les privat yang saya ajar seminggu sekali tersebut, baik di SD, SMP, hingga SMU lebih menikmati serta memahami pola belajar yang dekat dengan keseharian mereka sembari mempelajari peristiwa terbaru yang terjadi di Indonesia dan juga negara lainnya. 

Pendidikan tak hanya mencerdaskan otak, namun juga meningkatkan akhlak (Ilustrasi 7: YouTube Kemendikbud RI) 
Pendidikan tak hanya mencerdaskan otak, namun juga meningkatkan akhlak (Ilustrasi 7: YouTube Kemendikbud RI) 
Kutipan visioner dari John Dewey (1859-1952), seorang psikolog dan pendidik dari Amerika Serikat dalam tulisannya 'My Pedagogic Creed' di tahun 1897 yaitu: "Saya percaya akan pendidikan itu adalah kehidupan dan bukannya persiapan untuk hidup," semakin sesuai dengan urgensi penerapan kurikulum yang dinamis dan fleksibel di Indonesia.

Orang tua lebih sadar potensi anak

Era dunia masa depan yang penuh dengan VUCA (Volatility/volatilitas, Uncertainty/ketidakpastian, Complexity/kompleksitas, dan Ambiguity/ambiguitas) pastinya menuntut pembelajar sekaligus pengajar yang adaptif serta inovatif terhadap setiap tantangan masa depan, tak terkecuali di bidang pendidikan. 

Istilah VUCA world ini dipopulerkan Warren Bennis dan Burt Nanus, dua orang ahli bisnis dan pakar kepemimpinan dari Amerika pada tahun 1987 atau 90 tahun setelah Dewey menuliskan kalimat bijaknya dalam My Pedagogic Creed bahwa "pendidikan itu sejatinya adalah kehidupan (anak) itu sendiri yang sesuai dengan minat tiap individu."

Itulah sebabnya, peniadaan jurusan IPA dan IPS di SMU dengan adanya Kurikulum Merdeka tersebut dapat membuat murid les privat saya di SMU (sedikit) lega karena orang tuanya kini lebih memahami potensinya. 

Awalnya, ayahnya ingin dirinya menjadi dokter karena nilai Biologinya bagus, sedangkan sang ibu mengarahkan dirinya (yang hobi mengakses online games di saat luang) agar menjadi  diplomat karena nilai Bahasa Inggrisnya rutin di atas angka 9 sejak masih di SD.

Pemilihan karir masa depan sesuai minat siswa dapat dilatih sejak dini (Ilustrasi 8: Dokpri)
Pemilihan karir masa depan sesuai minat siswa dapat dilatih sejak dini (Ilustrasi 8: Dokpri)
"Saya tertarik kuliah Teknologi Informasi plus Biologi. Pingin banget bisa buat online games tentang IPA, terutama contohnya sehari-hari supaya belajar sains tuh lebih fun," urainya. Web Developer dan Software Development Engineer adalah dua alternatif profesi di bidang IT yang saya sarankan ketika fans Blackpink itu bertanya.

Di era kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) saat ini, guru bersama  murid perlu terus meng-update serta meng-upgrade skill IT yang ada. Maka, Platform Merdeka Mengajar hadir agar guru dapat terus Mengajar, Belajar, dan Berkarya dari manapun dan kapanpun di zaman ketika arus informasi kini mengalir dengan  sekali klik dalam hitungan menit.Sebagai guru les privat, saya pun semakin menyadari bahwa belajar dan mengajar itu (selalu) berbentuk proses dua arah yang saling melengkapi, baik di lingkungan formal sekolah maupun di rumah serta lingkungan masyarakat. Tiap kita sejatinya adalah pembelajar mulai dari masih dalam buaian hingga kematian.

Sekolah dapat maju sesuai sumberdaya dan potensi siswanya masing-masing (Ilustrasi 9: YouTube Kemendikbud RI) 
Sekolah dapat maju sesuai sumberdaya dan potensi siswanya masing-masing (Ilustrasi 9: YouTube Kemendikbud RI) 

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan Kurikulum Merdeka yang tentunya perlu terus beradaptasi dengan (pesatnya) perkembangan zaman. 

Semoga Merdeka Belajar yang menjadi inti dari kurikulum yang telah dipilih untuk diterapkan pada lebih dari 140.000 satuan pendidikan di Indonesia pada Tahun Ajaran 2022/2023 ini mampu mencetak generasi berkompetensi global dan berkarakter optimal. Puncak Bonus Demografi di Indonesia pada 2030 pun kelak bermanfaat untuk kesejahteraan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun