"Kalau hanya sebentar di lokasi wisata, selain ke masjid di sana, sempatkan pula ke pasar rakyat terdekat. Pasar itu ciri khasnya suatu daerah," begitu pesan orang tua saya setiap kali keempat buah hati mereka akan bepergian.Â
Di Indonesia, pasar rakyat memiliki ciri khasnya masing-masing sehingga berpeluang emas mendukung Desa Wisata semakin berkelas saat cerdas dikemas.
Bagi warga sekitar, keunikan pasar tersebut mungkin dianggap wajar saja karena terbiasa melihatnya sehari-hari. Namun, lain ceritanya bagi pelancong yang baru pertama kali datang ke sana untuk berlibur.
Contohnya, mencicipi soto lontong koya Mbah Kasiran atau "Mbah Rah" yang dijual selama lebih dari 120 tahun di Pasar Turen, Malang, Jawa Timur adalah pengalaman unik wisata kuliner sekaligus sejarah. Pasar Turen ini berjarak hanya 8 km dari Desa Wisata Sanankerto, Malang, Jawa Timur.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Andi Yuwono, Indonesia memiliki 1.838 Desa Wisata yang tersebar di seluruh Nusantara per Agustus 2021. Sementara itu, data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan jumlah total pasar tradisional yang mencapai 16.175 unit di seluruh Indonesia.
Ini berarti peluang pasar rakyat untuk menjadi bagian menarik dari atraksi di Desa Wisata masih terbuka sangat lebar. Modal utama suatu Desa Wisata bertumpu pada tata cara dan tradisinya, khususnya pasar rakyat yang menjadi bagian keseharian warga Desa Wisata.
Jika diibaratkan tubuh, pasar rakyat adalah jantungnya desa, terutama pada Desa Wisata. Pasar rakyat tak hanya berisi kegiatan ekonomi warga, namun juga interaksi sosial budaya seperti halnya di Pasar Wisata Samarang, Garut, Jawa Barat yang kini ramai didatangi kaum muda untuk berswafoto, terutama saat sore dan malam hari.
Setipe dengan Pasar Turen yang berlokasi tak jauh dari Desa Wisata Sanankerto, Malang, Pasar Wisata Samarang bahkan hanya berjarak 5 km atau sekitar 15 menit perjalanan dari Desa Wisata Saung Ciburial, Garut, Jawa Barat.
Lalu, bagaimana caranya pasar rakyat dapat mendukung Desa Wisata di sekitarnya agar terus menggema namanya hingga ke seluruh dunia? Berikut ini ulasan lengkapnya yang semoga dapat menambah wawasan kita semua.
1) Pasar adalah potensi unik desa
Jika kita perhatikan, setiap Desa Wisata pasti memiliki daya tariknya (attraction) masing-masing. Ada desa wisata yang potensi alamnya unik seperti hutan bambu yaitu ekowisata 'Boon Pring' yang menjadi atraksi utama Desa Wisata Sanankerto di Malang dengan fasilitas aktifitas air di telaganya.
Namun, ada pula Desa Wisata yang potensi utamanya yaitu seni budaya yang sudah turun-menurun ratusan tahun seperti usaha kerajinan gerabah tradisional di Desa Wisata Karanganyar, Jawa Tengah. Hadirnya Pasar Budaya selama tiga hari pada November 2021 lalu yang berlokasi di Desa Wisata Karanganyar tentunya tak hanya mendongkrak ekonomi rakyat, namun juga mengangkat wisata budaya berupa kerajinan tangan dan kesenian tradisional.
Maka itulah, kirab kebudayaan dan Tari Kubro Siswo (Kesenian Brodut Ponco Siswo)Â yang turut ditampilkan pada perhelatan Pasar Budaya 2021 di Desa Wisata Karanganyar tersebut telah sesuai dengan unsur terpenting dari desa wisata yaitu 'identitas lokal'. Tari Kubro Siswo dari Dusun Banjaran-Klipoh ini biasanya ditampilkan saat acara pernikahan.
Kehadiran pasar rakyat sebagai pendukung utama Desa Wisata ini tentunya tak terlepas dari hadirnya akses transportasi menuju daerah tersebut. Suatu lokasi baru dapat disebut sebagai destinasi wisata saat telah memenuhi minimal '3A' berikut: Attraction (daya tarik), Accessibility (mudah dicapai), dan Amenities (fasilitas pendukung).
Tanpa adanya atau minimnya akses yang memadai ke suatu desa jelas akan membuat potensi wisata di daerah tersebut sulit diketahui masyarakat luas. Tak heran, lokasi pasar rakyat seringkali berada tak jauh dari pusat transportasi publik yaitu terminal dan stasiun seperti Pasar Legi Kotagede Yogyakarta yang berlokasi hanya 3.1 km (10 menit) dari Terminal Giwangan.
2) Pasar jadi akses multidestinasi
Saat kita hendak bertemu di tempat baru, biasanya titik bertemu (meeting point) yang disepakati yaitu tempat umum yang terkenal, antara lain pasar. Bagi wisatawan, pasar jadi semakin menarik jika dekat dari berbagai obyek wisata.
Itulah kelebihan berupa akses dan lokasi strategis yang dimiliki Pasar Adat di Desa Wisata Carangsari, Kabupaten Badung, Bali. Pasar Adat Carangsari terletak tak sampai 3 km (kurang dari 10 menit dengan berkendara) dari tiga tujuan wisata di Desa Wisata Carangsari.
Penggemar wisata budaya plus sejarah dapat segera mengunjungi Puri Agung Carangsari yang terletak hanya 100 m (1 menit) dari Pasar Adat Carangsari. Puri Agung Carangsari didirikan oleh Radja Kerajaan Payangan yang terakhir, dari Dinasti Patjoeng Prami, yang bergelar: Ida Tjokoratu Agung Patjoeng Gede Oka ( I Goesti Ngoerah Patjoeng Gede Oka).
Untuk pecinta wisata alam dan air berupa hutan konservasi serta pecinta hewan, Alam Tirta Rafting yang berlokasi hanya sejauh 1.2 km (3 menit) dan Bali Elephant Camp yang berjarak hanya 2.4 km (6 menit) dari Pasar Adat Carangsari sangat layak untuk menjadi daftar pertama kunjungan saat berlibur di Desa Wisata Carangsari. Bagi penikmat wisata kuliner, sarapan di Pasar Adat Carangsari dengan menyantap Bubuh Bali yang khas karena merupakan perpaduan resep bubur China dan bubur Bali asli tentunya wajib dicoba, setuju?
Desa Wisata dan Pasar Adat Carangsari di Bali ini termasuk contoh sukses adanya kerjasama yang solid antara warga, khususnya peran tokoh masyarakat, dengan pengusaha lokal dalam merintis desa wisata yang tetap kuat dalam merawat kebudayaan dan adat tradisinya. Tentu hal itulah yang membuat Desa Wisata Carangsari di Bali berhasil terpilih sebagai salah satu dari 50 Desa Wisata Terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dan juga Desa Wisata Ramah Berkendara yang disponsori oleh kerjasama Adira Finance dan Kemenparekraf.
3) Pasar terbuka terhadap inovasi
Keunggulan lainnya dari pasar rakyat dalam mendukung desa wisata adalah peluang inovasinya yang dapat terus berkembang seiring zaman tanpa melupakan akar sejarahnya. Ini karena pasar rakyat di Indonesia tak sedikit yang telah berdiri selama puluhan tahun.
Pasar Legi Kotagede di Yogyakarta yang berjarak hanya 2 km (7 menit) dari Desa Wisata Rejowinangun adalah pasar yang telah hadir sejak abad ke-16. Pasar Legi Kotagede ini meski hanya pasar tradisional, tapi dari sisi kelengkapan jauh lebih lengkap dari mall sehingga saat cocok untuk tempat membeli oleh-oleh khas Yogya bagi turis seperti blangkon dan batik tulis.
Pasar Wisata Samarang di Garut pun menjadi contoh nyata ketika citra pasar rakyat yang acapkali kumuh ternyata dapat diubah dengan adanya revitalisasi gedung dan bangunan. Pasar Samarang yang dapat ditempuh selama 15 menit dari Desa Wisata Saung Ciburial Garut ini kini telah menjadi salah satu obyek wisata selfie bagi anak muda saat sore dan malam.
Wajarlah saat Festival Pasar Rakyat merupakan salah satu bagian dari Festival Kreatif Lokal (FKL) 2022 yang diinisiasi Adira Finance bersama Kemenparekraf RI untuk memajukan Desa Wisata di seluruh Indonesia. Festival Pasar Rakyat, adalah sebuah kampanye gerakan sosial bagi warga agar pasar rakyat di daerah Desa Wisata dapat menjadi ruang publik bagi ekonomi kreatif dan turut membantu pelaku UMKM tentang literasi keuangan.
Ke depannya, kita berharap agar semakin banyak pasar rakyat di daerah Desa Wisata yang dapat memanfaatkan inovasi teknologi dan media sosial untuk mendukung promosi kegiatan mereka. Tak tertutup kemungkinan, setelah melihat galeri foto dan video yang Instagramable di pasar rakyat, turis pun berbondong-bondong datang ke suatu daerah Desa Wisata.
Festival Kreatif Lokal untuk Desa Wisata Berkualitas Global
Suksesnya tumbuh kembang suatu Desa Wisata dan pasar rakyat di sekitarnya pastinya perlu partisipasi yang aktif dan intensif antara pihak pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat lokal. Di era digital ini, kompetisi itu jelas perlu, namun kolaborasi tetap harus melaju.
Oleh karena itulah, Adira Finance kembali meluncurkan program Corporate Social Responsibility berupa Festival Kreatif Lokal (FKL) untuk ketiga kalinya sebagai wujud komitmen Adira dalam mendukung majunya ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya pada daerah Desa Wisata. Tema FKL tahun 2022 ini yaitu 'Desa Wisata Ramah Berkendara' di 5 Desa Wisata di daerah Jawa dan Bali.
FKL mempunyai 3 kegiatan utama yaitu (1) Desa Wisata Kreatif, (2) Jelajah Desa Wisata Ramah Berkendara, dan (3) Festival Pasar Rakyat. Kelima Desa Wisata Ramah Berkendara tersebut antara lain:
1- Desa Saung Ciburial, Garut, Jawa Barat
2- Desa Karanganyar, Jawa Tengah
3- Desa Rejowinangun, Yogyakarta
4- Desa Sanankerto, Malang, Jawa Timur
5- Desa Carangsari, Badung, Bali
Kegiatan FKL berlangsung mulai dari Agustus hingga November 2022. Adapun kelima pasar rakyat tersebut yaitu:
1- Pasar Wisata Samarang, Garut, Jawa Barat
2- Pasar Borobudur, Karanganyar, Jawa Tengah
3- Pasar Legi Kotagede, Yogyakarta, DIY
4- Pasar Turen, Malang, Jawa Timur
5- Pasar Adat Carangsari, Badung, Bali
Ketika pasar rakyat berdaya, maka Desa Wisata pun berjaya. Yuk, mari bersama kita dukung Desa Wisata beserta pasar rakyat di sekitarnya untuk berhasil di skala lokal hingga sukses terkenal secara global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI