Ada satu hari yang selalu saya tunggu dengan antusias saat masih SD dulu. Hari itu adalah hari Kamis yaitu hari terbitnya majalah anak-anak Bobo setiap minggunya.
Sepulang sekolah, lembar demi lembar majalah Bobo yang berwarna-warni itu pun saya baca hingga akhir. Kumpulan cerita pendek atau cerpen Bobo menjadi hal yang paling pertama saya baca.
Bagi generasi milenial yang masa kecilnya di tahun 80 dan 90-an, buku adalah sarana hiburan sekaligus pendidikan. Selain rutin membeli majalah Bobo dan Aku Anak Saleh, saya juga menggemari buku cerita seperti kisah detektif cilik Petualangan Lima Sekawan karya Enid Blyton dari Inggris dan novel anak best-seller Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi dari Jepang.
Orangtua saya juga mendukung hobi membaca di rumah. Satu hari, Bapak saya pulang kerja dengan membawa satu edisi lengkap buku cerita bergambar dan berwarna tentang Kisah Hidup 25 Nabi: Adam hingga Muhammad saw.
Sayangnya, kebiasaan membaca buku itu mulai menurun sejak hadirnya smartphone. Saya lihat, para adik sepupu dan keponakan itu sekarang lebih senang bermain online game daripada membaca.
"Kan kita sudah baca buku pelajaran dari sekolah," begitu alasan mereka tiap kali diminta membaca. Haduh, jadi membaca buku zaman now itu identik dengan buku pelajaran saja, miris kan ya?
Lalu, bagaimana caranya agar anak-anak di era digital ini (kembali) menjadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan? Nah, silakan baca artikel ini hingga selesai ya dan dapatkan tips & trik bermanfaatnya.