Isu lingkungan memang dapat dibilang tidak (terlalu) semenarik isu ekonomi dan politik. Namun, saat dikemas dalam bentuk film animasi, topik lingkungan dapat menjadi lebih unik untuk dilirik.
Film animasi berjudul 'Mars Goes Green' karya Lakon Studio (Lakons) dan diproduksi tahun 2013 ini dapat menjadi tontonan yang mendidik sekaligus menghibur. Mars Goes Green adalah film animasi pendek kedua dari Lakons setelah di tahun 2011, lembaga/studi pelatihan animasi itu meluncurkan animasi debutnya yaitu 'Pada Suatu Ketika'.
Awalnya saya sangka, Mars Goes Green adalah film animasi produksi luar negeri. Tanpa teks/subtitle, animasi berdurasi sekitar 8 menit tersebut memang memiliki kualitas grafis 3D yang halus mirip aslinya.
Mars Goes Green berkisah tentang usaha keras seorang penduduk planet Mars yang menanam sebutir benih tanaman. Kondisi Mars yang kering kerontang membuatnya harus ekstra sabar, bahkan dalam menunggu mulai dari sebutir benih tanaman hingga tunasnya tumbuh.
Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan keadaan di planet Bumi yang mayoritas kaya air sehingga tanahnya subur. Tak heran, seorang penduduk Mars itu benar-benar berusaha agar benih tanamannya dapat tumbuh dengan segala bentuk perawatan yang optimal.
Saat kuncup tanaman yang diharapkan mulai muncul, si warga Mars yang single fighter itu pun otomatis kegirangan. Siapa kira, budaya selfie juga dikenal di Mars ketika penduduk Mars itu berswafoto dengan tanamannya.
Nah, di sinilah konflik dimulai. Tak hanya di Bumi, tanaman di Mars pun tak luput dari aksi jahat penebangan, ironis banget kan ya?
Sang penduduk Mars yang hanya seorang diri itu lantas berjibaku dalam menyelamatkan tanamannya. Baginya, tunas pohon itu adalah hidupnya sehingga harus dipertahankan sekuat tenaganya.
Lalu, mampukah seorang warga Mars itu menyelamatkan tanaman yang begitu dirawatnya dari sebutir benih hingga tanamannya tumbuh besar?Â