Eh, namanya juga mahasiswa yang awam tentang belanja. Setelah hampir 30 menit di supermarket, kami belum juga mendapatkan buah yang diinginkan karena masing-masing ingin buah pilihannya yang dibeli, ya ampun!
Kami berenam pun lalu dihampiri seorang staf supermarket. Mbak-mbak itu kemudian menawarkan buah-buahan dari Sunpride sebagai solusinya.
Setelah memilih buah jeruk, mangga, melon, pear, dan pisang dari Sunpride sebagai pilihan terpercaya untuk buah tangan bagi ibu profesor yang sedang dalam masa pemulihan pasca kecelakaan mobil, kami pun bergegas membayarnya di kasir. Agar lebih manis, kami lalu mengemas buah-buahan tersebut dalam sebuah keranjang bambu yang dihias pita warna-warni.
Sesampainya di rumah sang ibu profesor yang terpaksa duduk di kursi roda untuk sementara, kami pun dipersilakan untuk menikmati kue-kue basah khas Imlek seperti kue mangkok, kue ku, kue wajik, dan kue kering ong lei. Mulanya kami mengira kue ong lei itu kue nastar karena sekilas memang mirip yaitu sama-sama memakai isian nanas di dalam kuenya.
Saya sempat membatin dalam hati kala itu,Â
"Kok kue keranjang tidak disajikan ya?".
 Pikir saya lagi,Â
"Ah, mungkin sudah habis kuenya."
Buah-buahan yang kami bawakan malah kemudian ikut pula disuguhkan. Sebagai guru besar budidaya pertanian, sang ibu profesor jeli betul pengamatannya dengan mengetahui buah-buahan itu dari Sunpride padahal labelnya sudah dilepas satu per satu lho!
"Sunpride ini satu-satunya pemegang sertifikat GAP (Good Agricultural Practices). Jadi pembeli produk bersertifikat GAP itu turut mendukung petani sejahtera," ujar beliau.
 Kami berenam pun spontan tersenyum karena telah tepat memilih buah dari Sunpride.