Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Efisiensi Kerja Lebih Optimal di Era New Normal

3 Oktober 2021   11:31 Diperbarui: 5 Oktober 2021   17:41 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekerja di era New Normal tentunya memiliki adapasi tersendiri (Ilustrasi: peoplematters.in)

Kita pernah mengalami masa kerja yang habis di perjalanan sebelum pandemi terjadi di tahun 2020.  Jam kerja sepanjang 8 jam tak ayal bertambah dengan waktu pulang-pergi.

Saat lalu lintas normal, seseorang bisa menghabiskan sekitar 1-2 jam untuk pulang-pergi ke tempat kerja.  Ketika macet, waktu tempuhnya bisa mencapai 3-4 jam per hari.

Tentunya hal itu tidak efisien secara waktu, energi, dan biaya.  Peralihan kerja dari kantor menjadi bekerja dari rumah (work from home) ternyata membawa manfaat khusus.

Selama pandemi, suasana kerja dari rumah otomatis membuat hubungan keluarga lebih dekat.  Para orang tua dapat bekerja sekaligus memantau pendidikan ananda mereka.

Pandemi yang telah berlangsung selama setahun ini juga memunculkan era New Normal.  Kini sejumlah perusahaan tak lagi mewajibkan karyawannya bekerja dari kantor.

Contohnya, media sosial yaitu Twitter yang mengizinkan stafnya jika ingin terus berkerja dari rumah saat pandemi berakhir nanti.  Begitu pula dengan kebijakan Facebook.            

Perusahaan otomotif pun telah beradaptasi kerja di era New Normal.  Produsen mobil Peugeot memberikan pilihan kerja dari rumah bagi pekerja mereka di bagian non-produksi.

Penyesuaian kerja selama dan setelah pandemi nanti jelas tidak bisa dilihat dari satu sisi.  Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan yaitu karyawan, perusahaan, dan lingkungan.

1. Kesehatan dan Karakter Karyawan

Faktor kesehatan adalah prioritas utama untuk bekerja di era New Normal.  Karyawan dengan riwayat penyakit kronis idealnya bisa lebih banyak dan sering bekerja dari rumah.

Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko para karyawan tertular COVID-19 di luar rumah.  Karyawan tersebut tetap dapat produktif bekerja dari kediaman masing-masing.

Kebijakan work from home ini juga sangat menguntungkan bagi pekerja yang mengalami disabilitas.  Rendahnya mobilitas tak mendukung mereka bekerja di luar rumah.

Padahal, banyak penyandang disabilitas yang kecerdasan dan keterampilannya setara orang normal.  Mereka sangat layak untuk diberikan kesempatan bekerja yang sama luasnya.

Selain kesehatan fisik, karakter pribadi karyawan juga harus diperhatikan. Staf introvert cenderung akan lebih cocok bekerja dari rumah daripada rekannya yang ekstrovert.

2. Jenis dan Tujuan Perusahaan

Perusahaan harus jeli dalam menerapkan pola kerja di era New Normal.  Staf industri jasa dan pelayanan seperti retail dan pariwisata pastinya tak bisa 100% bekerja dari rumah.

Bekerja di era New Normal tentunya memiliki adapasi tersendiri (Ilustrasi: peoplematters.in)
Bekerja di era New Normal tentunya memiliki adapasi tersendiri (Ilustrasi: peoplematters.in)

Solusinya, mereka lebih realistis dalam menentukan target keuntungan perusahaan sambil konsisten menaati prokes.  Hal yang memang berat namun bisa dikelola secara tepat.

Alternatifnya antara lain mengurangi biaya seperti bekerjasama dengan komunitas lokal untuk pasokan bahan pangan.  Tindakan tersebut ramah lingkungan dan juga sosial.

Perusahaan yang memiliki pola kerja gabungan (hybrid) dari rumah dan kantor pun harus memiliki prosedur yang jelas dan sistematis.  Ini mencakup tugas kerja dan insentif.

Saat ini, produktifitas kerja tak lagi semata dinilai dari jam kerja.  Hasil kerja yang nyata, baik bekerja dari kantor maupun rumah, adalah tujuan utama di era New Normal.   

3. Lingkungan Kerja dan Sosial

Lingkungan turut mempengaruhi adaptasi kerja selama pandemi.  Daerah yang sering menjadi zona merah pandemi akan lebih ideal jika mengurangi frekuensi kerja dari kantor.

Maksudnya adalah untuk mengurangi angka kesakitan bagi para karyawan perusahaan.  Skemanya bisa 25-40% bertugas di kantor dan 60-75% bekerja dari rumah saja.

Pola ini juga bisa untuk profesi di bidang pendidikan yang melibatkan banyak orang dalam satu ruangan.  Sekolah dan kuliah tatap muka pun tak harus berlangsung setiap hari.

Untuk bidang kesehatan, konsultasi dokter dapat dioptimalkan dalam jaringan (online) jika penyakitnya masih ringan. Rumah sakit bisa lebih fokus untuk kasus darurat dan gawat.

Jasa transportasi yang diperlukan setiap hari seperti kereta Commuter Line dapat beroperasi sesuai kondisi kesehatan terbaru.  Penumpang pun tetap menaati prokes terkini.

Era New Normal ini memang memberikan tantangan di segala bidang kehidupan, tak terkecuali penyesuaian pekerja.  Tetap optimis sekaligus realistis adalah kunci menghadapinya seperti semangat 45 para pejuang bangsa terdahulu.  Salam kemerdekaan dan kebangkitan dari pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun