Kuncinya yaitu jangan telan mentah-mentah setiap info yang kita terima mengenai COVID-19. Â Saya pribadi selalu memastikan asal informasi tersebut memang berasal dari institusi resmi pemerintah, lokal atau global.
Saya pun mengikuti sejumlah akun resmi media sosial yaitu Instagram Kemenkes dan WHO serta UNICEF untuk memastikan keabsahan informasi pandemi. Â Lembaga resmi kesehatan nasional dan internasional itulah yang bertanggungjawab merilis berita serta data resmi terkini tentang COVID-19 secara rutin.
Selain institusi resmi kesehatan, sejumlah laman dan akun media sosial yang ditunjuk pemerintah untuk menyebarluaskan informasi COVID-19 yang valid juga layak diikuti. Â Mereka antara lain Kominfo dan covid19.go.id. Â Â Â
2.Cek Tipe Informasi
Kita harus selalu mengingat hoaks dapat berupa tulisan (artikel) dan juga lisan (video/multimedia). Â Saya sering mendapati orang masih menganggap hoaks itu hanya berbentuk tulisan sehingga lebih percaya tayangan video, khususnya berita dari Youtube.
Padahal, banyak video yang editingnya sangat meyakinkan namun tetap termasuk hoaks. Â Ingat, asal informasi harus diketahui dahulu dengan pasti saat kita membaca maupun menonton berita COVID-19 yang terbaru. Â Â
3.Cek Media Informasi
Isu hoaks tentang COVID-19 tidak hanya beredar luas via media sosial, namun juga marak diteruskan melalui media daring (online). Harap diingat, tidak semua media berita online tersebut telah tercatat resmi pada Kominfo.
Portal berita online di Indonesia juga harus terverifikasi resmi pada Dewan Pers untuk memberantas penyebaran berita abal-abal. Di level pers global, informasi pandemi dari laman berita daring yang tergabung dalam International Fact-Checking Network (IFCN) dari Poynter Institute di Amerika Serikat layak pula untuk dipercayai.
Perlawanan terhadap hoaks seputar COVID-19 itu pun berarti kita turut membantu dalam mengurangi jumlah korban karena kebodohan dan ketidakpedulian. Â Tak tertutup kemungkinan, banyak nyawa bisa terselamatkan setelah berhasil terhindar dari jebakan isu hoaks yang membahayakan. Â Salam literasi media. Â Â Â Â Â
Referensi: