Itulah penjelasan ilmiah dari orang yang tidak mengalami keluhan kesehatan apapun namun tetap memborong produk kesehatan karena dirinya merasa lebih tenang setelah mengikuti orang lain. Padahal, situasi dan kondisi kesehatan setiap individu jelas berbeda.
Jadi, sebelum kita membeli ini-itu untuk menambah imunitas tubuh, pastikan dulu situasi dan kondisi kesehatan kita memang memerlukannya. Kalau hanya sekadar ikut-ikutan, efek kesehatannya tidak akan optimal sementara pengeluaran malah jor-joran karena panic buying.
Konsultasi dengan tenaga kesehatan (nakes) juga layak kita lakukan untuk menghindari panic buying. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) bahkan tidak memungut biaya bagi pengunjungnya sehingga layak didatangi untuk berkonsultasi.
2. Cek Sejumlah Barang Alternatif
Panic buying berupa memborong masker medis di awal Covid-19 tahun 2020 lalu bisa berkurang setelah munculnya banyak produk masker kain. Harga masker pun berangsur normal.
Saat ini, kelangkaan dan meroketnya sejumlah harga produk kesehatan terjadi karena produk tersebut, khususnya susu steril itu, diyakini sebagai (satu-satunya) solusi.Â
Padahal, produsen susu cair dalam kaleng putih itu pun sudah menegaskan bahwa produk mereka sejatinya susu murni tanpa tambahan zat super ini-itu untuk kesehatan.
Bisa jadi, kebiasaan orang selama ini dengan membawa susu yang sedang viral tersebut saat menjenguk orang sakit membuat alam (bawah) sadar banyak orang mengambil kesimpulan:Â
"Oh, minum susu brand ini bisa buat kita sehat lagi lho!"Â
Tapi, kalau orang yang dijenguk memiliki alergi susu (lactose intolerance), susu pun malah buat dirinya tambah sakit, hayo gimana tuh?
So, bagi kita yang masih terpikir untuk memburu dan memborong susu brand XYZ, obat cacing yang kini sedang naik daun, vitamin jenis ABCDE, air kelapa hijau, dan sebagainya, tahan dulu!Â
Susu bubuk pun tetap oke dan begitu pula dengan air kelapa muda (tak harus hijau) untuk diminum.