Sejak menerapkan pola hidup minimalis yang ramah lingkungan, semua baju yang saya miliki jadi pakaian kesayangan.Â
Salah satu prinsip hidup minimalis dalam busana yaitu "buy less but better (beli lebih sedikit tapi lebih baik)."
Menurut Zero Waste Indonesia, produksi sebuah baju memerlukan sedikitnya 2700 liter air dan emisi karbon yang dihasilkan setara dengan emisi mobil yang ditempuh dari Bogor ke Bekasi. Sebanyak 2700 liter air tersebut sama dengan rata-rata air minum yang dikonsumsi seseorang selama 900 hari (sekitar 3 tahun), waduh!
Ironisnya, data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2018 menunjukkan 80-81% sampah di lautan Indonesia adalah sampah tekstil.
Setelah mengetahui borosnya air untuk membuat satu baju sekaligus menggunungnya sampah pakaian, saya pun mengoptimalkan baju yang ada daripada membeli baru.
Selain mengurangi baju baru, kini saya pun lebih memilih baju lungsuran (second-hand/preloved) yang masih layak pakai. Jumlah baju yang secukupnya itu membuat saya lebih hati-hati dan teliti saat merawat pakaian.
Proses mencuci baju hingga menyimpannya pun saya pilih yang ramah lingkungan. Bahan alami untuk merawat baju pastinya lebih sering saya pakai sekarang.
Ketika saya perhatikan, merawat pakaian dengan bahan ramah lingkungan ternyata membuat baju lebih awet pula. Serat kain jadi tak mudah terlepas dan warna baju pun tak gampang pudar seperti halnya perhatian dari sang mantan, eh! Hehehe...
Maka inilah 5 (lima) tips merawat pakaian yang ramah lingkungan. Cara ini bisa dilakukan di rumah masing-masing sesuai jenis kain dari bahan pakaian kita.
1. Cuci dengan sabun alami
Kita bisa memakai buah lerak sebagai sabun cuci baju dan juga piring. Bentuknya bisa berupa buahnya langsung maupun sudah dalam bentuk sabun batang dan cairan dari produsen ataupun kita buat sendiri di rumah.