Tahun 2015 adalah tahun terakhir saya memiliki koleksi barang. Enam tahun terakhir ini saya menjalani hidup minimalis.
Konsekuensinya, saya hanya membeli dan menyimpan barang yang memang saya gunakan (hampir) setiap hari. Kini, saya pun tak lagi memiliki koleksi barang.
Koleksi barang terakhir yang saya miliki yaitu album prangko. Saya mengumpulkan prangko sejak masih duduk di bangku SD.
Sayangnya, album prangko itu hilang ketika saya pindah rumah kost. Saking banyaknya barang saat pindahan, sangat mungkin album itu terselip entah di mana.
Saya bahkan sampai datang lagi ke rumah kost lama hanya untuk memastikan album prangko itu mungkin masih tertinggal di sana. Namun, penghuni baru kamar yang saya tempati sebelumnya bilang, kamar sudah benar-benar kosong dan bersih saat dimasuki.
Okelah, memang sudah takdirnya saya untuk tak lagi mengoleksi barang. Namun, jika ditanya koleksi barang yang paling berkesan, jawabnya tentu saja yaitu album prangko tersebut.
Saya menyimpannya selama hampir 25 tahun lamanya. Inilah kenangan tentang album prangko tersebut yang masih teringat.
Sejarah kemajuan suatu bangsa
Seingat saya, prangko Indonesia terlama yang pernah saya miliki yaitu keluaran tahun 1964. Sementara itu, prangko luar negeri tertua koleksi saya berasal dari Bulgaria yang bertahun 1956.
Koleksi prangko saya merupakan prangko bekas yang dijual di toko buku. Ada pula prangko yang didapat dengan cara barter antara sesama kolektor prangko (filateli).
Beberapa prangko Indonesia tersebut bergambar pembangunan nasional di masa Orde Baru. Tulisannya yaitu antara lain 'Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun).'